Dua pesawat diguncang turbulensi dalam sepekan terakhir. Apa itu turbulensi dan bagaimana penanganan jika terjadi turbulensi?
Buat kamu yang kerap menggunakan moda transportasi udara tentunya tak asing dengan fenomena turbulensi. Fenomena itu merupakan perubahan kecepatan aliran udara yang mengakibatkan terjadinya guncangan pada pesawat.
Fenomena tersebut lumrah terjadi dalam penerbangan. Turbulensi bisa juga menjadi malapetaka ketika guncangan tersebut dalam skala yang besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ya, turbulensi bisa mengakibatkan kerusakan pada pesawat hingga mengakibatkan kecelakaan yang fatal.
Turbulensi disebut-sebut sangat dipengaruhi oleh dampak perubahan iklim. Selain itu, turbulensi terjadi seiring semakin meningkatnya jumlah penerbangan.
Dikutip dari APNews, Senin (27/5/2024), turbulensi pada dasarnya merupakan kondisi udara yang tidak stabil yang pergerakannya tak bisa terprediksi. Banyak yang mengaitkan turbulensi denga badai besar, namun justru jika diklasifikasikan turbulensi yang paling berbahaya adalah turbulensi pada cuaca yang cerah.
Turbulensi cuaca cerah biasa terjadi di dekat dataran tinggi karena adanya pergeseran angin atau dikenal dengan arus jet. Chair of Applied Aviation Sciences Department di Embry-Riddle Aeronautical University of Daytona Beach, Thomas Guinn, menyebut saat pergeseran angin terjadi mampu menyebabkan aktivitas angina yang tak terkendali.
"Ketika terjadi pergeseran angin yang kencang di dekat arus jet, hal itu dapat menyebabkan udara (terbalik). Dan hal ini yang menciptakan gerakan kacar di udara," kata Guinn.
Dan saat pergeseran angin begitu besar mampu mengakibatkan pesawat terombang-ambing dan membuat pesawat hilang kendali, inilah yang membuat penumpang terkejut sampai mengalami cedera.
Lalu bagaimana caranya agar penumpang tetap tenang pada saat terjadi turbulensi?
Guinn mengatakan yang paling wajib adalah penumpang harus mengenakan sabuk pengaman. Memakai sabuk pengaman merupakan hal dasar yang menjadi salah satu faktor penting untuk meminimalkan cedera. Langkah lainnya adalah tetap tenang saat turbulensi terjadi.
"Pesawat pada umumnya dibuat untuk tahan terhadap turbulensi. Kenakan sabuk pengaman, itulah cara yang sangat tepat untuk mencegah terjadinya cedera," kata Guinn.
Selain perlunya mengenakan sabuk pengaman dan tetap tenang, dalam keadaan turbulensi penumpang harus mengikuti instruksi arahan dari pihak awak pesawat serta jangan melakukan hal-hal di luar arahan. Dan untuk membantu agar tidak panik coba dengan metode pernafasan 4-4-8, empat detik tarik nafas, empat detik menahan nafas, dan delapan detik menghembuskan nafas.
Adapun, ilmuwan dari National Science Foundation's National Center for Atmospheric Research, Larry Cornman yang menegaskan kemungkinan korban jiwa saat turbulensi terjadi sangatlah kecil, terutama pada pesawat angkut yang besar.
"Bukan hal yang aneh jika terjadi turbulensi yang menyebabkan cedera ringan, misalnya patah tulang. Tetapi adanya korban jiwa saat turbulensi sangat-sangat jarang, terutama pada pesawat angkut besar," kata Larry.
Risiko itu telah diminimalkan dengan adanya prosedur keselamatan yang telah terstandarisasi yang membantu dalam pencegahan fenomena tersebut. Prosedur standarisasi itu meliputi peninjauan prakiraan cuaca, laporan pilot ketika mengalami turbulensi, dan menangguhkan perjalanan ketika terjadi cuaca yang buruk.
Sebagai informasi, berikut merupakan jenis-jenis turbulensi menurut buku 'Hello, This Is Your Captain Speaking' garapan Monika Anggreini.
1. Turbulensi Kecil atau Ringan
Keadaan turbulensi ini tidak berdampak besar pada pesawat. Karena guncangan yang terjadi cenderung kecil sehingga tak mengganggu pesawat secara signifikan.
2. Turbulensi Sedang
Walaupun dengan skala yang sedang, turbulensi ini biasanya akan diinformasikan oleh awak pesawat kepada penumpang yang berupa imbauan untuk mengenakan sabuk pengaman. Dalam keadaan turbulensi sedang ini penumpang akan merasakan guncangan.
3. Turbulensi Ekstrem
Sama halnya dengan turbulensi sedang, awak pesawat akan mengimbau penumpang untuk mengenakan sabuk pengaman. Pada situasi turbulensi esktrem, guncangan yang terasa akan lebih besar dan pesawat bahkan akan jadi sulit terkendali.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol