Perubahan iklim ternyata berdampak ke banyak hal di masyarakat. Salah satunya yang mungkin tak terduga adalah pengaruhnya ke turbulensi penerbangan.
Dalam sepekan terjadi dua turbulensi penerbangan yang parah. Pertama yang dialami Singapore Airlines dalam penerbangan Boeing 777-300ER pad Selasa (21/5/2024). Terbaru, Qatar Airways dalam penerbangan Boeing 787 Dreamliner mengalami turbulensi parah dengan 12 orang terluka pada Minggu (26/5).
Selain produsen pesawat Boeing tengah disorot karena banyaknya kasus yang menyangkut pesawat buatannya, ternyata ada beberapa faktor lain yang dianggap berperan, misalnya perubahan iklim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir AP, Senin (27/5), beberapa ilmuwan mencatat bahwa laporan terkait turbulensi tengah meningkat. Beberapa peneliti telah menunjukkan potensi dampak iklim terkait itu.
Thomas Guinn dari Embry-Riddle Aeronautical University menjelaskan bahwa beberapa orang memprediksi perubahan iklim dapat mengubah aliran jet dan meningkatkan pergeseran angin. Itu pada akhirnya akan meningkatkan turbulensi di udara.
Dalam pernyataan pada Selasa, (21/5), profesor ilmu atmosfer di University of Reading di Inggris, Paul Williams, mengatakan bahwa ada bukti kuat bahwa turbulensi meningkat karena perubahan iklim.
Sebagai contoh, ia menjelaskan bahwa tim risetnya baru-baru ini menemukan bahwa turbulensi udara bersih yang parah di Atlantik Utara telah meningkat 55 persen sejak 1979. Proyeksi terbaru, menjelaskan bahwa turbulensi parah di aliran jet dapat meningkat dua atau tiga kali lipat dalam beberapa dekade jika kondisi global terus seperti ini.
Namun, faktor lain pun juga diduga berperan. Guy Gratton berpendapat bahwa kita lebih sering menghadapi turbulensi. Dia berpendapat alasan lainnya bisa jadi karena orang-orang masa kini lebih banyak terbang.
Langit yang kian sibuk membuat keputusan pilot untuk menghindari turbulensi menjadi lebih rumit: mereka harus menjaga jarak minimum yang aman dari pesawat lain di daerah tersebut.
Lalu, bagaimana cara traveler tetap aman?
Cara termudah adalah mengencangkan sabuk pengaman. Walau turbulensi sulit diprediksi, tetapi para ahli penerbangan mengatakan bahwa garis pertama pengamanan di udara adalah dengan menggunakan sabuk pengaman.
"Pesawat umumnya dibuat untuk tahan terhadap turbulensi," kata Guinn.
Dia mencatat bahwa penumpang yang tidak mengenakan sabuk pengaman merupakan sumber cedera yang besar akibat turbulensi dalam penerbangan.
Guinn juga mengatakan meskipun tidak ada tindakan pencegahan yang paling jitu, mengenakan sabuk pengaman sangat meningkatkan peluang seseorang untuk menghindari cedera serius.
"Kenakan sabuk pengaman Anda," kata Guinn
"Itu adalah tindakan yang sangat cepat untuk mencegah cedera," dia menambahkan.
(wkn/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol