Kisah Ondel-ondel Ikon Jakarta Dulu Boneka Tolak Bala, Alat Ngamen di Jalanan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Ondel-ondel Ikon Jakarta Dulu Boneka Tolak Bala, Alat Ngamen di Jalanan

Natasha Kayla Ananta - detikTravel
Senin, 10 Jun 2024 11:27 WIB
Rumah Ondel-ondel Setu Babakan
Rumah Ondel-ondel Setu Babakan (Natasha Kayla Ananta/detikcom)
Jakarta -

Ondel-ondel sebagai ikon Jakarta masih gampang ditemui. Sayangnya, kini lebih sering dijumpai di jalanan, sebagai alat ngamen, berbeda fungsi dengan zaman dulu.

Ondel-ondel berupa boneka besar dengan tinggi sekitar 2,5 meter dengan garis tengah Β± 80 cm. Ondel-onel dibuat dari anyaman bambu yangd dirangkai sedemikian rupa sehingga mudah dipikul oleh orang di dalamnya.

Bagian wajah berupa topeng dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan berwarna putih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai ikon Jakarta, ondel-ondel bahkan memiliki monumen raksasa di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat. Patung itu berupa sepasang ondel-ondel pria dan wanita.

Miniatur ondel-ondel juga menjadi oleh-oleh yang dijajakan di tempat wisata di Jakarta.

ADVERTISEMENT

Sejarah Ondel-Ondel

Dikutip dari arsip Museum Betawi, peneliti kebudayaan Betawi, Yahya Andi Saputra, mengatakan bahwa masyarakat Betawi jauh sebelum kedatangan agama Islam, meyakini bahwa ondel-ondel memang memiliki kekuatan gaib.

Jika dirunut, ondel-ondel sudah sering tampil sebelum tahun 1600. Dalam buku perjalanan yang ditulis oleh seorang pedagang dari Inggris yang bernama W. Scot, menceritakan tentang sebuah kebudayaan unik yang terdiri dari pertunjukan boneka raksasa dalam upacara adat masyarakat Sunda Kelapa. Walau nama boneka raksasa tidak disebutkan, diyakini bahwa jenis boneka itu adalah ondel-ondel.

Rumah Ondel-ondel Setu BabakanRumah Ondel-ondel Setu Babakan (Natasha Kayla Ananta/detikcom)

Bukti lain ditemukan dalam buku karya wisatawan Amerika yang tinggal cukup lama di daerah Batavia, E.R. Scidmore di akhir abad 10. Dalam buku berjudul 'Java, the Garden of The East' yang menyebutkan adanya pertunjukan seni jalanan tarian kesenian dengan boneka raksasa yang menari-nari diiringi musik seadanya.

Dengan begitu diyakini bahwa ondel-ondel memang sudah ada sejak zaman dulu. Dalam buku Mengenal Kesenian Nasional 6 Ondel-Ondel, Kustopo menceritakan bahwa terbentuknya ondel-ondel dimulai oleh upacara usir wabah penyakit yang terjadi di kampung negeri Sundapura.

Saat itu, ada seorang warga kampung yang mengalami demam, menggigil, dan muncul kemerahan pada tubuhnya. Karena sakit yang diidapnya, warga tersebut juga memiliki tingkah laku yang aneh sehingga membuat keluarga merasa bingung.

Keesokan harinya ditemukan warga lain yang terkena penyakit serupa. Semakin hari orang yang terkena penyakit serupa kian bertambah hingga menyebar hampir ke seluruh penduduk kampung hingga menjadi suatu wabah penyakit.

Karena belum adanya tenaga ahli medis, akhirnya banyak warga yang memilih dukun sebagai metode pengobatannya. Karena saking banyaknya yang membutuhkan pertolongan dukun tersebut akhirnya melakukan meditasi untuk menemukan obat mujarab untuk seluruh warga.

Usut punya usut sang dukun pada akhirnya mendapat wangsit untuk membuat orang-orangan dengan ukuran yang besar. Saat itu kepercayaan masyarakat masih berupa animisme dan dinamisme, yaitu kepercayaan pada kekuatan-kekuatan gaib.

Dibuatlah orang-orangan besar yang saat itu dikenal sebagai 'Barongan'. Orang-orangan ini diyakini dirasuki oleh dewa penolong akhirnya dipikul dan diarak oleh masyarakat keliling kampung untuk melawan dan mengusir penyakit serta roh-roh jahat yang akan menghancurkan kampung itu diiringi alat musik sederhana seperti bambu, memukuli pohon-pohon besar, serta menaruh sesaji pada tempat-tempat yang dianggap angker.

Selang beberapa hari seluruh penduduk dinyatakan sembuh dari penyakit tersebut. Akhirnya setiap pergantian musim, diselenggarakan acara ritual rutin upacara adat ondel-ondel tersebut untuk melindungi masyarakat kampung untuk melindungi kampung dari roh-roh jahat.

Asal Usul Nama Ondel-ondel

Mulanya ondel-ondel dikenal sebagai Barongan karena memiliki wajah yang menyeramkan. Nama ondel-ondel diketahui berasal dari besarnya ondel-ondel tersebut. Untuk membawa orang-orangan ini perlu dipikul oleh beberapa orang. Karena berat.

Boneka orang orangan yang berjalan ini seakan-akan berjalan dengan menggeleng-gelengkan kepala maka dinamakan "ondel-ondel". Nama ini juga diubah mengikuti fungsi ondel-ondel yang mulai beralih menjadi seni pertunjukan.

Halaman selanjutnya: Ritual Ondel-ondel

Ada Upacara Khusus Dalam Ritual Ondel-ondel

Tak sembarangan, pada zaman dulu dalam ritualnya ada tahapan khusus agar kekuatan ondel-ondel tak jadi celaka bagi banyak orang. Pimpinan ondel-ondel mengadakan upacara khusus, yang diberi nama ngukup.

Ngukup adalah upacara selamatan dengan membaca doa-doa dengan tujuan agar dalam memainkan ondel-ondel tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Perlengkapan ngukup terdiri atas kembang tujuh rupa, lisong, kopi pahit, kopi manis, air putih, teh manis, teh tawar, kue-kue tujuh macam, menyan, bubur merah putih, rujak tujuh rupa, dan dupa.

Ondel-Ondel Dipakai di Seremoni Hingga Kini

Keberadaan ondel-ondel disebutkan memang tak lepas dari anggapan adanya kekuatan mistis dalam raganya. Masyarakat Betawi mempercayai adanya kekuatan supranatural yang dapat digunakan sebagai penolak bala bagi siapapun yang memajangnya. Dengan begitu boneka raksasa ondel-ondel kerap disertakan dalam upacara adat, pernikahan, atau peresmian suatu gedung sebagai pelindung dari marabahaya.

Warga berfoto dengan ondel-ondel saat mengikuti kegiatan budaya Lebaran Kukusan di Kawasan Kukusan, Depok, Jawa Barat, Sabtu (20/4/2024). Silahturahmi bertema Lebaran Kukusan dengan kegiatan makan bersama itu merupakan napak tilas suasana Lebaran suku Betawi tempo dulu yang bertujuan untuk melestarikan budaya daerah . ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/Spt.Warga berfoto dengan ondel-ondel saat mengikuti kegiatan budaya Lebaran Kukusan di Kawasan Kukusan, Depok, Jawa Barat, Sabtu (20/4/2024). (Yulius Satria Wijaya/Antara)

Dalam walking tour bersama jktgoodguide, Rony, pemandu, mengatakan banyak gedung-gedung Jakarta yang diresmikan dengan menggunakan ondel-ondel sebagai tolak bala.

"Dulu disebutnya bukan ondel-ondel, dulu disebut barongan dan topengnya memang dibuat seram akhirnya dibuat lebih menarik supaya gak serem sebagai sarana hiburan. Dulu setiap acara peresmian gedung atau slametan pasti bakal dipasang atau dipajang ondel-ondel. Kaya beberapa bangunan di Kota Tua kaya Gedung OLVEH disitu salah satunya diresmikannya pakai ondel-ondel, beberapa bangunan juga banyak yang menggunakan ondel-ondel," kata Rony.

Perkembangan Ondel-Ondel Hingga Saat Ini

Pada pemerintahan Gubernur Ali Sadikin 1966-1977 ondel-ondel dijadikan boneka seni khas Betawi dan seni pertunjukan rakyat yang diiringi tanjidor.

Sejak Jakarta semakin modern tahun 1960an hingga kini wajah ondel-ondel mulai dimodifikasi tak lagi seram dan berbau mistis. Dulu topenh atau kedok ondel-ondel biasanya dihiasi dengan rambut dari ijuk dan kembang kelapa pada bagian kepalanya.

Dengan mata yang melotot, alis tebal, dan taring kesan menyeramkan dari ondel-ondel semakin terasa tajam. Ditambah lagi dengan warna wajah merah menyala pada ondel-ondel laki-laki dan putih pada ondel-ondel perempuan membuat nuansa 'keangkeran' semakin terasa. Kini ondel-ondel diubah memiliki mimik wajah yang lebih ramah.

Perajin menata suvenir ondel-ondel dari limbah botol plastik di industri rumahan Ondel-Ondel Bang Yudhi, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (4/10/2023). UMKM tersebut memanfaatkan limbah botol plastik untuk dijadikan beragam suvenir berbentuk ondel-ondel yang dijual Rp20 ribu hingga Rp700 ribu per buah. ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/aww.Perajin menata suvenir ondel-ondel dari limbah botol plastik di industri rumahan Ondel-Ondel Bang Yudhi, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (4/10/2023). (Sulthony Hasanuddin/Antara)

Ondel-ondel memiliki struktur bagian tubuh yang mirip baik laki-laki dan perempuan mulai dari kembang goyang, stagan/mahkota, rambut ijuk, wajah/topeng. Perbedaannya terletak pada pakaian yang digunakannya. Ondel-ondel laki-laki memakai cukin, sadariah, ikat pinggang, dan kain. Sedangkan perempuan menggunakan toka-toka, selendang, baju kurung, ikat pinggang dan kain.

Di era modern, ondel-ondel tetap menjadi ikon budaya Betawi yang digemari. Boneka raksasa ini sering tampil dalam berbagai acara budaya dan festival, menjadi daya tarik bagi wisatawan dan masyarakat lokal.

Ondel-ondel is a form of folk performance using large puppets. It originated from Betawi, Indonesia and is often performed in festivals. The word ondel-ondel refers to both the performance and the puppet.Ondel-ondel ikon Jakarta dan kisahnya kini. (Getty Images/benito_anu)

Sangat disayangkan, munculnya fenomena pengamen ondel-ondel yang tak sesuai kaidah justru menimbulkan stigma negatif tentang ondel-ondel di kalangan masyarakat. Pengamen ondel-ondel juga sebenarnya sudah melanggar peraturan beberapa peraturan diantaranya Pergub No. 11 Tahun 2017, Perda No.4 Tahun 2015, dan Perda No.8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum.

Sanksi yang didapatkan bagi para pelanggarnya pun tak remeh. Mulai dari pidana penjara maksimal 60 hari dan denda sebesar Rp 20 juta. Meskipun begitu seluruh pemerintahan terkait terus menjaga budaya Ondel-ondel agar tetap lestari.

Bahkan, ondel-ondel digunakan untuk langkah politik, seperti menjelang Pilpres lalu.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Pramono Masih Godok Aturan Larangan Pengamen Ondel-Ondel"
[Gambas:Video 20detik]
(fem/fem)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Dua Wajah Ondel-ondel
Dua Wajah Ondel-ondel
13 Konten
Ondel-ondel merupakan ikon budaya Jakarta. Ondel-ondel dinilai memiliki nilai sakral oleh warga Jakarta. Tetapi, kini ondel-ondel juga diajak turun ke jalan, mengemis atau pun mengamen.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads