Batik Marunda menjadi jalan bagi penghuni Rusunawa Marunda untuk menjalankan ekonomi kreatif sekaligus membangun budaya baru. kini, ibu-ibu perajin batik cuan.
Batik Marunda merupakan kreasi batik yang dibuat oleh warga Rusun Marunda, Jakarta Utara. Mayoritas pembuat batik di sana merupakan ibu rumah tangga.
Sebelum mahir dalam menggoreskan cairan malam pada kain, terlebih dahulu mereka melakukan pelatihan untuk memulainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Batik Marunda baru muncul pada 2014. Selama satu dekade ini, batik itu telah memiliki pelanggan dan cukup diminati.
Salah satu pecanting batik Marunda adalah Saras. Dia sebetulnya merupakan warga Pluit yang kemudian direlokasi ke rusun tersebut.
Setelah pindah ke Rusun Marunda awalnya ia bingung harus melakukan pekerjaan apa dan pada akhirnya bergabung dengan pelatihan membatik hingga akhirnya ia mampu menikmatinya sampai saat ini.
"Saya bingung di sini itu pekerjaan saya apa, nggak punya pekerjaan gitu kan terus ada pelatihan dan saya ikut. Kebetulan alhamdulilah dilatih sampai bisa terus sekarang sampai produksi, sampai menghasilkan cuan bisa membantu keluarga terutama ekonomi suami," ucap Saras kepada detikTravel, Jumat (5/7/2024).
Ia bergabung dengan ibu-ibu pecanting batik Marunda lain di Rusunawa itu pada 2017. Tidak disangka, keputusan itu turut mendongkrak ekonomi keluarganya.
Saras dan beberapa ibu-ibu pecanting batik Marunda lainnya mampu memberikan sumbangsih ekonomi untuk keluarga mereka. Dia tidak menyangka kini memiliki tabungan melalui batik Marunda.
"Kalau ada kebutuhan yang mendadak itu kita udah punya tabungan sendiri karena dikit-dikit lama-lama kan kita tabung, lumayan lah jadi punya pekerjaan tapi tidak membebankan," kata Saras.
Terdapat 10 pecanting yang memproduksi Batik Marunda ini dan biasanya ibu-ibu hebat ini mencanting batik ketika pekerjaan di rumah mereka selesai. Biasanya mereka akan memulai untuk membatik dari pukul 10.00 sampai 17.00 WIB dengan hasil yang cukup produktif, setiap orang mampu mencanting batik hingga lima kain dalam satu hari.
"Rata-rata ibu rumah tangga semua jadi kalau pekerjaan rumah sudah selesai kita langsung mencanting bareng-bareng di sini gitu. Kalau ibu-ibu kan kelar masak, beres-beres rumah sekitar jam sembilan atau sepuluh baru stand by di sini sampai jam lima," kata Saras.
Saras menuturkan bukan hanya cuan yang didapatkan saat membatik. Dia bahkan menjadikan membatik sebagai cara healing yang menghasilkan uang.
Ia begitu menikmati kesehariannya dalam produksi batik Marunda ini. Dia sangat berterima kasih kepada Irma Gamal Sinurat yang merupakan pembimbing Batik Marunda.
Tanpa Irma, menurut Saras kehidupan mereka tak akan seperti saat ini, memiliki tabungan sendiri, bisa menghilangkan stress, memiliki tempat berkreasi dan juga yang terpenting mampu meningkatkan perekonomian warga di Rusun Marunda.
"Terima kasih kepada Ibu Irma yang sudah membimbing kita dari jatuh bangunnya kita sampai sekarang kita udah pokoknya luar biasa," kata Saras.
Koordinator Produksi Batik Marunda, Mulyadi, mengatakan memang menggaet pecanting ibu-ibu di Rusunawa Marunda sebagai upaya untuk memberdayakan warga sekitar. Dia berharap ibu-ibu di rusunawa itu bisa memiliki keahlian membatik dan memanfaatkan waktu luang mereka.
"Iya untuk wilayah Marunda sebenarnya untuk ibu-ibu yang tidak memiliki pekerjaan daripada nongkrong-nongkrong di rumah, ngobrol-ngobrol, gosip-gosip nah kita menarik mereka untuk dilatih awalnya begitu," kata pria yang akrab disapa Mul itu.
Batik Marunda memiliki motif yang unik yakni menggambarkan suasana Kota Jakarta misalnya bangunan-bangunan yang ada di Jakarta seperti Monumen Fatahilah, Monumen Nasional (Monas), Jakarta International Stadium (JIS), dan masih banyak lagi motif-motif urban lainnya.
Walaupun pada awalnya batik Marunda memiliki kekhasannya melalui bentuk flora dan fauna yang berada di wilayah Jakarta seperti motif Pakis dan Serangga di Taman Suropati, Burung Kipasan Belang di Pulau Seribu, Daun Semanggi, Bebek Menari, wedelia seruni di Taman Ayodya sampai motif flamboyan di Ancol.
Motif itu menjadi representatif 'kejakartaan' Batik Marunda yang membuat unik berbeda dengan batik lainnya. Ide di balik motif-motif batik Marunda itu adalah desainer Wendy Sibarani.
Mul juga menyebut pemasaran batik Marunda itu tidak hanya di wilayah Indonesia saja tapi juga hingga luar negeri. Batik Marunda juga rutin mengikuti pameran di berbagai festival-festival.
Dengan semakin luasnya informasi tentang Batik Marunda maka minat terhadap batik Marunda juga akan meningkat, dan nantinya berpengaruh terhadap ekonomi warga Marunda.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol