Bubur khas Tambun mudah dikenali lewat para pedagangnya yang berjualan dengan menggunakan motor dan gerobak di atasnya yang berwarna silver. Para pedagang bubur khas Tambun itu juga tersebar di banyak daerah perumahan, perkantoran, hingga industri, di sekitar Jakarta, Tangerang, dan Bekasi.
Bubur khas Tambun ini disajikan bagi masyarakat yang mencari sarapan praktis namun lezat di pagi hari. Karena berjualan di pagi hari dan meliputi area yang jauh, para pedagang pun telah memulai aktivitasnya dan berangkat sejak subuh.
Para pedagang itu ternyata tinggal di sejumlah kampung yang berada di Tambun, Bekasi, Jawa Barat. Kampung itu biasa saja, tidak ada papan nama atau tugu yang menandakan wilayah itu sebagai wilayah bubur ayam.
Tetapi, di kampung itu puluhan motor dengan rombong dari alumunium yang mengkilap ada di mana-mana. Setiap pagi, mereka melaju ke destinasi yang sudah menjadi langganan.
Ibu-ibu juga memiliki aktivitas hampir serupa, meracik bawang merah dan bumbu lain untuk menyokong para tukang bubur itu.
Lekat dengan bubur khas China
Bubur motor Tambun memiliki khasnya tersendiri jika dibandingkan bubur gerobakan yang memiliki referensi Cianjur. Adapun bubur khas Tambun mengambil referensi yang lekat dengan bubur khas China ataupun Bandung.
Dalam satu porsi, bubur akan disajikan bersama dengan ayam, seledri, bawang goreng, kecap asin, sambal kacang, tongcai, dan cakwe.
"Bubur dorong itu kan beda isiannya, nggak ada cakwe, jadi kayak china-chinaan. Awal-awalnya bubur ini awalnya dateng dari China Bandung katanya, makanya ada tongcai," kata Bang Aziz, salah satu pedagang bubur motor khas Tambun, saat ditemui detikTravel, Kamis (11/7/2024).
Menurut pedagang bubur senior Edi yang telah berjualan sejak 1981, bubur yang mereka jual lekat kaitannya dengan bubur khas Bandung ataupun China. Bahkan bubur mereka awalnya disebut bubur khas China.
"Kalo khas tambun kan cakwe tongcai, Itu memang udah dari dulu khasnya gitu anak tambun gitu. Cakwe, tongcai, nggak dipakein kuah kuning kalau bubur asli tambun bubur motor Sumberjaya itu," kata Edi.
"Tapi sebenarnya Bandung, dulunya khas cina gitu, tapi laen, maksudnya laen rasanya kalau china sama tambun. Dulunya doang itu disebut oh bubur China ini, sebelum disebut bubur Tambun," ujar dia.
Bermula dari kumpulan perantau
Edi mengungkapkan bahwa para pedagang bubur ini bermula dari kumpulan para perantau di Jakarta pada sekitar tahun 1980-1990-an. Beberapa perantau tersebut pun sudah menjual bubur dengan gerobakan ataupun dengan dipikul.
Lalu, beberapa perantau tersebut pun memutuskan kembali ke rumah dan berjualan bubur di sekitar Tambun dengan gerobak ataupun sepeda.
Berdagang dengan motor meningkatkan rejeki
Awal mula motor menjadi alat berjualan itu bermula dari praktik kredit motor yang sudah mulai ditawarkan. Akhirnya, banyak di antara pedagang itu memberanikan diri mengambil kredit untuk berjualan dan menjangkau pelanggan yang lebih jauh.
Sejak itu, semakin banyak pedagang bubur yang menjajakan bubur hingga luar kota di sekitar Jakarta. Bekasi, hingga Tangerang.
Menurut Aziz, berkat sistem bubur motor pula, pendapatan mereka berjualan bubur menjadi meningkat.
"Iya, jadi jangkauannya jarak jauh bisa. Kalau kita pakai sepeda jual ke Jakarta kan kita harus tinggal di sana (mess) dulu. Kalau kita pakai motor bisa tuh ke Jakarta misalnya Kelapa Gading, Bukit Cinere, Pasar Minggu, Kalibata, dan lain-lain, bahkan ada yang nyampe BSD," kata Aziz.
Banyak dari mereka pun terbantu ekonominya dari aktivitas menjual bubur. Itu pula yang mungkin menggerakkan masyarakat untuk ikut mencoba peruntungan berjualan bubur hingga besar sebesar ini.
(wkn/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan
Sound Horeg Guncang Karnaval Urek Urek Malang