Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Ni Made Ayu Kartini, menyebut muncul tren berwisata di Indonesia. Apa saja?
Tren wisata terbaru itu dikelompokkan pada empat wisata, yakni memburu desa wisata, hidden gems, wisata kuliner, dan wisata komunitas, baik sesuai hobi atau yang lain. Made Ayu menilai perubahan tersebut sebagai tren positif.
Dia mengaitkan dengan ancaman krisis lingkungan saat ini. Ya, Climate Change Service Uni Eropa melaporkan pemanasan global periode Februari 2023 hingga Januari mencapai 1,52 Celsius. Itu telah melewati ambang batas yang dijanjikan pada Perjanjian Iklim 2015 di Paris.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebetulnya desa wisata ini tren baru, kembali ke alam, kembali ke memberikan sesuatu yang lebih kepada masyarakat. Jadi sekarang banyak sekali wisatawan yang justru mencari hal-hal unik yang mereka kangen pada masa lalu, masa waktu kecil misalnya ke sawah, ke sungai, hal-hal simpel seperti itu, itu menjadi tren. Desa Wisata bukan hanya untuk membantu, karena itu kan dikelola oleh dari penduduk desa," kata Made Ayu dalam Press Conference Di Indonesia Aja Travel Fair yang dilakukan secara daring, Pada Selasa (24/9/2024).
Kedua, tren yang tengah berkembang adalah penemuan tempat-tempat tersembunyi atau hidden gems. Menurutnya, karena anak muda suka tempat-tempat yang tidak mainstream. Lalu, di posisi ketiga adalah wisata kuliner yang masih menjadi tren. Kemudian, spot wisata alam masih menarik bagi para traveler.
"Keempat community, atau bisa dibilang komunitas lari, komunitas yang olahraga, itu tren juga. Mereka nggak mau rame-rame mungkin 10 orang dalam grup, mereka mengeksplor daerah-daerah yang banyak adventurenya gitu. Nah, ini cocok banget Indonesia kan 17 ribu pulau untuk dijajal," ujar dia.
Made Ayu sekaligus mengingatkan berwisata sebagai bagian dari menjaga lingkungan. Makanya, kali ini Di Indonesia Aja Travel Fair memilih tema 'keep the wonder. Dia menyebut istilah regeneratif tourism untuk menjaga Indonesia.
"Bahwa kita ingin walaupun berwisata justru tidak merusak, bahkan bisa memperbaiki atau menjadikan wilayah tersebut lebih baik. Contoh kalau dia ke pantai mereka ikutan program mungkin dari resort-nya, di sana untuk memungut sampah plastik misalnya, menanam mangrove, ikutan melepas anak penyu," kata dia.
"Jadi mereka memiliki tanggung jawab, istilahnya consieus bahwa mereka ingin memberikan kontribusi lebih ke alam, kemudian tetap menghormati budaya, dan pada saat yang sama tetap memberikan kontribusi ekonomi," dia menambahkan.
Senada dengan itu, menurut Ketua DPP Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASTINDO), Pauline Suharno, tren wisata yang diminati traveler saat ini adalah pengalaman unik hingga ekowisata yang berkelanjutan.
"Astindo menyesuaikan dengan tren perjalanan sekarang, di mana traveler lebih suka aktivitas dengan pengalaman unik. Dulu traveler suka pergi ke atraksi, baik man made ataupun yang alam, tapi sekarang ini pelaku perjalanan lebih suka mengalami unique experience, kemudian juga ecotourism, hal-hal yang berkaitan dengan sustainability," kata Pauline.
(wkn/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Sound Horeg Guncang Karnaval Urek Urek Malang
Status Global Geopark Danau Toba di Ujung Tanduk