Libur panjang Hari Kemerdekaan China diprediksi meningkatkan perjalanan domestik, meski pengeluaran tetap stabil. Tiket pesawat turun, wisatawan pilih tujuan dekat.
Melansir Japan Today, Rabu (2/10/2024) ekonomi China tengah melambat dan keyakinan konsumen berada tepat di atas titik terendah dalam sejarah. Para pakar memperkirakan banyak wisatawan memilih tujuan domestik yang lebih murah, dekat, dan memanfaatkan penurunan harga tiket pesawat pada libur Golden Week yang berlangsung 1-7 Oktober.
Periode liburan biasanya menghasilkan jumlah perjalanan warga China yang tinggi, terutama ke luar negeri. Tetapi tahun ini berbeda. Pemerintah memperkirakan jumlah rata-rata perjalanan harian yang ditangani oleh sektor transportasi nasional hanya naik 0,7% dari tahun sebelumnya.
Pejabat di divisi pariwisata lembaga penelitian China Society for Futures Studies, Liu Simin, mengatakan total pengeluaran yang stabil lebih realistis daripada adanya peningkatan.
"Akan menjadi hasil yang baik jika pengeluaran untuk pariwisata tetap stabil seperti tahun lalu. Orang-orang lebih bersedia untuk bepergian ketika ekonomi sedang baik, tetapi ketika tidak ada pertumbuhan ekonomi, tidak ada pertumbuhan pariwisata jug," kata Liu.
Salah satu pekerja kantoran di Beijing bernama Wang Xin mengatakan bepergian menggunakan kendaraan bermotor dengan keluarga dan destinasinya dekat adalah pilihannya di Libur Nasional kali ini.
"Tidak ada biaya tol selama liburan jadi kami akan menyetir mobil daripada naik kereta. Lebih baik tidak mengeluarkan uang yang tidak perlu saat situasi ekonomi seperti ini, banyak orang kehilangan pekerjaan dan di usia saya jika itu terjadi, saya tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan," kata lelaki berusia 45 tahun itu.
Sebelum pandemi, Wang mengatakan tujuan di masa Golden Week keluarganya adalah Singapura dan Amerika Serikat.
Harga Tiket Pesawat Turun
Menurut data dari platform perjalanan Flight Master, harga tiket pesawat domestik diperkirakan turun 21% dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, tiket pesawat kelas ekonomi internasional diprediksi akan 25% lebih murah dibandingkan tahun 2023, dan 7% lebih rendah dibandingkan 2019.
Destinasi internasional yang masih menjadi pilihan utama wisatawan untuk bepergian adalah negara-negara Asia yang jaraknya tak jauh. Yakni, mulai dari China seperti Jepang, Korea Selatan, Thailand, hingga Singapura.
Agen perjalanan daring terbesar di China, Trip.com, juga mencatat meskipun destinasi terpopuler masih di Asia, ada pergeseran yang signifikan menuju destinasi jarak jauh seperti Australia, Selandia Baru, Inggris, dan Prancis dengan masa tinggal yang lebih lama.
"Wisatawan kemungkinan akan memanfaatkan harga tiket yang lebih rendah untuk bepergian lebih jauh, tinggal lebih lama, dan memilih akomodasi yang lebih mewah," ujar seorang analis dari HSBC.
Meskipun stimulus besar-besaran yang diumumkan minggu lalu akan mempengaruhi pengeluaran, namun dampaknya diperkirakan terbatas. Para pakar memperkirakan bahwa pembelian tiket mencapai angka tahun lalu, tetapi tidak melebihi pada periode yang sama.
Beberapa maskapai penerbangan internasional seperti British Airways dan Qantas Airways, telah mengurangi atau menghentikan penerbangan ke China tahun ini karena permintaan yang menurun serta persaingan harga yang ketat dari maskapai lokal. AirAsia Filipina juga mengumumkan akan menghentikan penerbangan antara Manila dan China pada kuartal keempat.
Dengan CEO mereka menyatakan bahwa pangsa lalu lintas dari China yang mencapai 30% pada tahun 2019, kini hanya tinggal 2% tahun ini. Sementara, AirAsia belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar.
Namun ada pengecualian bagi Korean Air Lines yang melaporkan bahwa permintaan perjalanan regional menunjukkan perbaikan dan bulan ini mengumumkan peluncuran atau pengenalan kembali beberapa rute ke dan dari China.
Simak Video "Ekonomi China Sedang Tidak Baik-baik Saja"
(upd/fem)