Keluarga Lowri Gallagher terlunta-lunta di Bandara Palma gegara penerbangan easyJet dibatalkan. Kompensasi yang didapatkan tidak sepadan.
Gallagher bepergian bersama istri, Shane Stevenson, dan bayi dua balita, anak pertama berusia dua tahun, dan anak kedua berumur satu tahun. Mereka terbang menggunakan pesawat easyJet untuk berlibur di Wales.
Dengan maskapai yang sama, mereka berencana pulang ke Leeds pada 14 Agustus 2024. Jadwal penerbangan pukul 23.20 waktu setempat dan tiba di bandara sekitar pukul 19.00.
Petaka dimulai di sini. Pada pukul 20.00, aplikasi memberitahukan bahwa penerbangan dibatalkan. Gallagher meminta bantuan bandara namun tak ada satu pun staf easyJet di sana.
Setelah menunggu, mereka menerima email pemberitahuan bahwa penerbangan baru baru ada keesokan harinya, pukul 14.30. Keluarga dan penumpang lain diminta untuk mencari akomodasi masing-masing.
Setelah mengecek harga hotel lewat aplikasi pemesanan, harga sewa hotel termurah adalah 1.500 pound sterling (sekitar Rp 30 juta) semalam. Mereka tidak yakin untuk menyewa kamar hotel karena tidak yakin dengan kompensasi yang akan didapatkan dari maskapai penerbangan.
Di saat bersamaan tetap berada di bandara juga bukan perkara murah. Mereka harus membayar harga yang sangat mahal untuk makanan dan minuman selama di bandara. Gallagher juga harus membeli popok dengan 'harga bandara'.
Keesokan harinya, terjadi penundaan lagi selama lima jam. Eh, setelah menanti lima jam, ternyata diumumkan penerbangan dibatalkan.
Lagi-lagi, tidak ada perwakilan easyJet yang terlihat di bandara itu.
Hingga kemudian, mereka memilih untuk terbang ke Leeds, dengan biaya hampir 600 pound sterling atau setara dengan Rp 12 juta. Di Leeds ada keluarga Shane. Di sana, mereka bisa keluar bandara dan beristirahat sejenak di rumah ibunda Shane.
Setelah menghabiskan malam bersama keluarga Shane, mereka meminjam mobil saudara perempuannya untuk kembali ke Bristol dan menuju rumah di Wales Selatan.
EasyJet kemudian menghubungkan gangguan penerbangan tersebut dengan cuaca buruk dan masalah kontrol lalu lintas udara di bandara Palma. Pada tanggal 19 Agustus, maskapai penerbangan memastikan bahwa keluarga tersebut akan menerima permintaan maaf penggantian biaya sebagai bukti ada itikad baik dari maskapai.
Penggantian biaya baru cair setelah enam minggu. Gallagher menilai biaya penggantian itu tidak sebanding dengan apa yang dialaminya.
Gallagher mendapatkan voucher senilai 200 pound sterling atau sekitar Rp 4 juta, kemudian dinaikkan jadi 240 pound sterling (Rp 4,8 juta). Voucher langsung diterapkan di aplikasi easyJet miliknya tanpa bertanya apa mereka mau menerimanya.
"Voucher itu sama sekali tidak bernilai karena saya tidak akan pernah terbang dengan easyJet lagi dan 240 pound sterling sama sekali tidak sebanding dengan penderitaan saya dan pasangan," kata Gallagher.
"Bayi kami tidur di lantai beton yang dingin tanpa seorang pun dari easyJet yang hadir di bandara untuk memberi solusi atau membantu meskipun mereka mengklaim bahwa staf hadir," ujar Gallagher.
Simak Video "Video: Turki Bakal Denda Penumpang yang Berdiri Sebelum Pesawat Berhenti"
(fem/fem)