Tak Ada Pesta Kembang Api di Festival Diwali Tahun Ini

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tak Ada Pesta Kembang Api di Festival Diwali Tahun Ini

bonauli - detikTravel
Jumat, 01 Nov 2024 12:16 WIB
Girls takes selfie on an illuminated road on the Hindu festival of lights Diwali in Ahmedabad, India, Thursday, Oct. 31, 2024. (AP Photo/Ajit Solanki)
Festival Diwali di India (AP/Ajit Solanki)
Delhi -

Polusi udara yang terus memburuk membuat Festival Diwali terdampak. Festival yang biasanya meriah itu harus senyap tanpa kehadiran petasan.

Dilansir dari AP News pada Jumat (1/11/2024), India merayakan hari pertama Festival Diwali. Warga mulai menyalakan lampu minyak atau lilin dari tanah liat, bersosialisasi, dan bertukar hadiah dengan keluarga dan teman.

Perayaan Diwali tahun ini tidak sama. Pemerintah melarang petasan dalam bentuk apa pun, termasuk kembang api. Petasan mengeluarkan asap yang menyebabkan kabut asap beracun, sehingga membutuhkan waktu berhari-hari untuk dibersihkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Petasan itu dilarang karena berpotensi menambah polusi udara yang sedang mengurung Delhi. Saat Diwali kali ini, Delhi menjadi salah satu kota dengan kualitas udara terburuk di India. Kota itu diselimuti kabut asap abu-abu beracun dan berbau busuk. Tidak terbayangkan jika Diwali dirayakan dengan kembang api.

Pihak berwenang ibu kota dan beberapa negara bagian lain telah melarang penggunaan dan penjualan petasan sejak 2017. Mereka meminta masyarakat untuk memilih opsi yang lebih berkelanjutan seperti petasan ramah lingkungan dan pertunjukan cahaya, tetapi aturan tersebut sering dilanggar. Petasan dapat dengan mudah dibeli dari kios dan toko pinggir jalan.

ADVERTISEMENT

Warga masih menentang larangan kembang api saat Diwali. Seorang warga bernama Renu senang dengan datangnya Diwali. Setiap tahun anak-anaknya menyalakan petasan di malam hari. Ia memberi tahu mereka untuk berhati-hati tetapi tidak menahan diri untuk tidak menggunakannya.

"Diwali adalah hari perayaan dan kebahagiaan bagi kami yang hanya datang setahun sekali, dan menurut saya larangan itu tidak boleh ada," katanya.

Sementara itu, tak sedikit warga yang memiliki pendapat bertentangan dengan Renu. Ia adalah Ruhaani Mandal, bocah 13 tahun yang tidak mau menentang petasan. Ia mengakui bahwa itu menyenangkan, tetapi mengatakan itu berbahaya bagi manusia dan hewan.

"Saya telah melihat sendiri perjuangan ayah saya, yang kehilangan indra penciumannya karena polusi, dan saya melihat bagaimana kesehatannya memburuk setelah perayaan Diwali," katanya.

New Delhi dan beberapa kota di India utara biasanya mengalami tingkat polusi udara yang sangat tinggi antara Oktober dan Januari setiap tahun, mengganggu bisnis dan menutup sekolah dan kantor. Pihak berwenang menutup lokasi konstruksi, membatasi kendaraan berbahan bakar diesel, dan memasang alat penyiram air dan senjata anti-asap untuk mengendalikan kabut asap yang menyelimuti cakrawala.

Tahun ini, kabut asap tebal dan beracun telah mulai menyelimuti New Delhi. Pada hari Rabu, pihak berwenang melaporkan AQI lebih dari 300, yang dikategorikan sebagai "sangat buruk."

Beberapa penelitian memperkirakan bahwa lebih dari satu juta orang India meninggal setiap tahun akibat penyakit yang berhubungan dengan polusi udara. Partikel kecil dalam kadar tinggi dapat bersarang jauh di dalam paru-paru dan menyebabkan masalah kesehatan utama, termasuk penyakit pernapasan kronis.

Masalah New Delhi tidak hanya disebabkan oleh petasan. Emisi kendaraan, kebakaran pertanian di negara bagian tetangga, dan debu dari konstruksi adalah penyebab utama masalah polusi udara di ibu kota. Namun, para ahli kesehatan mengatakan asap yang dikeluarkan dari petasan bisa lebih berbahaya.

"Asap yang dihasilkan oleh petasan mengandung logam berat seperti sulfur, timbal, dan gas beracun seperti karbon monoksida serta asap logam berat yang berbahaya bagi sistem pernapasan kita," kata Arun Kumar Sharma, seorang profesor kedokteran komunitas di Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas New Delhi.

Sementara itu, pihak berwenang di New Delhi sebagian besar gagal menegakkan larangan ketat penggunaan petasan untuk menghindari menyinggung jutaan umat Hindu di seluruh negeri, yang menganggap Diwali sebagai salah satu festival terbesar. Untuk menghindari larangan tersebut, banyak penjual menawarkan petasan secara daring, beberapa dengan kemudahan pengiriman ke rumah.

Seorang pemilik toko, Gyaanchand Goyal, mengatakan larangan petasan telah merugikan para pedagang seperti dirinya dan memengaruhi sumber pendapatan terbesar mereka selama musim perayaan.

"Pemerintah memberlakukan pembatasan petasan semata-mata untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap lingkungan. Selain itu, saya rasa tidak ada konsekuensi lain dari larangan ini," katanya.




(bnl/fem)

Hide Ads