Para ahli penerbangan mempertanyakan desain Bandara Muan yang menempatkan gundukan tanah dan dinding beton di ujung landasan pacu. Tembok itulah yang ditabrak pesawat Jeju Air hingga menewaskan 179 orang di dalamnya.
Pesawat Jeju Air penerbangan 7C2216 meledak usai menabrak tembok beton pembatas landasan pacu pada Minggu (29/12/2024). Pesawat Boeing 737-800 tersebut mendarat darurat karena roda pesawat tak keluar.
Perut pesawat menghantam landasan pacu. Pesawat itu terus melaju hingga menghantam tanah dan dinding pembatas di ujung landasan pacu Bandara Muan hingga kemudian ledakan terjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adanya gundukan dan beton itu pun dipertanyakan. Salah satunya muncul dari Todd Curtis, yang bekerja nyaris satu dekade sebagai insinyur keselamatan di Boeing.
"Tentu saja hal itu menyulitkan untuk menghentikan pesawat dengan aman," kata Todd Curtis, pendiri Air Safe Media, yang melacak kecelakaan penerbangan dan insiden-insiden lainnya, mengutip CNBC, Selasa (31/12/2024).
Beberapa ahli penerbangan mengatakan bahwa jumlah korban jiwa dapat diminimalisir seandainya pesawat tidak menabrak dinding beton.
"Anda melihat pesawat tergelincir, melambat, melambat, dan semuanya berjalan dengan cukup baik hingga menabrak tembok," kata seorang konsultan keselamatan penerbangan dan pilot Boeing 737, John Cox.
Cox mengatakan bahwa ia menduga penyebab kematian sebagian besar penumpang di dalam pesawat adalah trauma benda tumpul karena menabrak dinding.
Tetapi, penghalang di landasan pacu bandara adalah hal yang umum dan direkomendasikan.
Misalnya, di Bandara LaGuardia New York, terdapat sistem penahan material yang direkayasa. Material itu dapat dihancurkan dan memperlambat laju pesawat di luar landasan pacu serta mencegahnya meluncur ke area yang lebih berbahaya.
Pada 2016, pesawat calon wakil presiden Mike Pence melewati landasan pacu di LaGuardia dan akhirnya dihentikan oleh sistem tersebut.
Namun, penghalang di tepi landasan pacu Bandara Internasional Muan nampak tidak rapuh, atau terlalu kokoh. Menurut rekaman video dan analisis para ahli, itu juga kemungkinan besar akan menjadi fokus para penyelidik.
Sementara para penyelidik kecelakaan membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bahkan lebih untuk mengidentifikasi penyebab kecelakaan terburuk yang pernah terjadi di Korea Selatan tersebut.
Mereka akan memeriksa segala sesuatu seperti catatan perawatan pesawat, penjadwalan pilot, hingga rekaman suara kokpit.
Praduga awal awal menunjukkan bahwa serangan burung bisa jadi penyebab paling krusial dalam kemungkinan kerusakan mesin. Sementara para ahli memperingatkan bahwa penyelidikan masih dalam tahap awal.
(wkn/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Sepi, Waktu Tempuh 1,5 Jam dari Bandung Jadi Biang Kerok?
TNGR Blokir Pemandu Juliana Marins, Asosiasi Tur Bertindak