Musim Hujan Tiba, Begini Cara Warga Bandung Melawan Banjir di Rancaekek

Dian Nugraha Ramdani - detikTravel
Minggu, 02 Feb 2025 18:08 WIB
Penghijauan di bantaran sungai Citarik (dok. Istimewa)
Bandung -

Musim hujan tiba, traveler yang mau berwisata harap berhati-hati. Simak cara warga Bandung melawan banjir di Rancaekek berikut ini.

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dari 1 Januari hingga 8 Desember 2024, banjir tercatat sebagai bencana yang paling sering terjadi di Indonesia, dengan 962 kejadian.

Salah satu wilayah yang sering terdampak adalah Kecamatan Rancaekek di Kabupaten Bandung. Ketika banjir melanda, banyak rumah terendam dan aktivitas sekolah terganggu.

Untuk mengurangi dampak tersebut, program Ketangguhan Masyarakat Berbasis Lanskap (KMBL) oleh Save the Children Indonesia, Yayasan SHEEP Indonesia, dan The Korea Financial Industry Foundation (KFIF) pun dilakukan.

Program ini bertujuan meningkatkan ketangguhan masyarakat melalui pendekatan lanskap dari hulu ke hilir. Caranya dengan penguatan sistem peringatan dini, serta tata kelola pengurangan risiko bencana yang partisipatif, dengan fokus pada kelompok rentan seperti anak-anak, disabilitas, dan perempuan.

"Ketika banjir terjadi, anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan. Oleh karena itu, kami mengutamakan upaya perlindungan yang menyeluruh, mulai dari memperkuat kesiapsiagaan komunitas dan sistem peringatan dini, hingga memastikan mereka mendapatkan informasi yang tepat tentang cara bertindak selama banjir, agar dampak buruknya dapat diminimalkan," jelas Rosianto Hamid, Chief Of Partnership Strategic and Program Operation Save the Children Indonesia, Minggu (2/2/2025).

Program KMBL melakukan serangkaian strategi untuk memastikan pendekatan yang menyeluruh dan berkelanjutan. Pertama dengan mengidentifikasi kesenjangan dalam sistem peringatan dini untuk memahami titik lemah yang harus diperkuat agar respons terhadap banjir menjadi lebih efektif.

Kedua dengan membentuk Satuan Tugas Siaga Warga Rancaekek, penyusunan rencana aksi, dan pengembangan Standard Operating Procedures (SOP) untuk memastikan warga setempat memiliki panduan yang jelas dalam merespons banjir.

Selanjutnya bekerjasama dengan Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) untuk memperkuat sistem peringatan dini yang telah ada dengan menginstalasi alat tambahan di lokasi-lokasi strategis. Upaya ini juga untuk mendukung dan memperkuat sistem yang telah diterapkan oleh BPBD, sehingga sistem peringatan dini di wilayah tersebut menjadi lebih efektif dan menyeluruh.

Keempat, melakukan pelatihan kapasitas, simulasi, serta edukasi kepada masyarakat, termasuk anak-anak, terkait langkah-langkah menghadapi banjir dan pentingnya menjaga lingkungan seperti menanam pohon sebagai bagian dari upaya pengurangan risiko banjir.

Kolaborasi yang erat antara berbagai pihak sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan berkelanjutan bagi anak-anak dan masyarakat.

Melalui program ini, diharapkan masyarakat tidak hanya lebih siap dalam menghadapi banjir, tetapi juga memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya menjaga lingkungan, serta berperan aktif dalam upaya pengurangan risiko bencana.

Indra Gazi Ahmad Maraghi, Tokoh Pemuda Pamoyanan mengatakan wilayah tersebut masuk ke Desa Nanjungmekar. Kepala Desa Nanjungmekar, Rancaekek menginstruksikan agar ada upaya pelestarian bantaran sungai.

"Digarap oleh warga Karapiak, instruksi dari kades untuk melestarikan alam. Merubah dari tempat sampah menjadi area penuh tanaman, jadi semacam taman," kata Indra.

Wajah baru bantaran Sungai Citarik di sekitar Astana Jawa itu menurut Indra sudah berlangsung sekitar 4 bulan. Seiring dengan perbaikan jalan terusan jembatan. Sambil membenahi jalan, warga juga membenahi bantaran supaya bersih dari sampah.

"Sekarang tidak boleh lagi warga, baik warga Karapiak maupun Pamoyanan yang membuang ke tempat itu. Sampah ditarik oleh masing-masing wilayah ke TPS3R masing-masing," katanya.


-------

Artikel ini telah naik di detikJabar.



Simak Video "Video: Kenapa Musim Kemarau 2025 Datang Lebih Lambat Ya?"

(wsw/wsw)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork