Tradisi menjelang Ramadhan yang masih terjaga hingga kini adalah Ruwahan Sendangduwur. Gelaran ini jadi salah satu agenda tahunan di Lamongan.
Pemerhati budaya Lamongan, Navis Abdul Rouf, mengatakan tradisi ruwahan di Lamongan masih tetap hidup dan lestari. Biasanya, ruwahan di Lamongan berbarengan dengan malam Nisfu Syaban.
Di Lamongan, ketupat dan lepet menjadi sajian yang selalu ada saat ruwahan atau malam Nisfu Syaban. Keberadaan kupat (ketupat) dan lepet mengandung makna yang dalam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketupat atau dalam Bahasa Jawa kupat berarti ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Sehingga ketupat menjelang bulan Ramadan merupakan simbol ungkapan maaf. Serta agar mampu menjalankan ibadah puasa maupun lainnya dengan khusyuk," kata Navis, dikutip dari detikJatim, Jumat (14/2/2025).
Menurut Navis, tradisi ketupat di malam Nisfu Syaban menjadi simbol ungkapan maaf masyarakat kepada Sang Pencipta maupun sesama. Sekaligus, lanjutnya, tradisi ini bertujuan agar ibadah puasa Ramadan dapat dijalankan dengan khusyuk.
"Sebuah kebiasaan turun-temurun yang masih lestari hingga kini," jelasnya.
Dua minggu sebelum bulan Ramadan tiba, terang Navis, warga meyakini malam ini penuh berkah dan menjadi momen untuk menyucikan diri dengan memohon maaf kepada tetangga, serta masyarakat sekitar sebagai bagian dari persiapan spiritual menyambut Ramadan.
"Dalam ritual tersebut, warga membuat beragam hidangan tradisional seperti ketupat, lepet, dan kue apem," ungkapnya.
Makanan-makanan tersebut, termasuk kupat dan lepet, nantinya dibawa ke langgar atau masjid untuk didoakan, lalu dinikmati bersama.
![]() |
"Namanya tradisi brahatan yang biasanya juga dilakukan di Gresik, tapi di Lamongan ya juga menggunakan tradisi ini," imbuhnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan, Siti Rubikah, menuturkan tradisi Ruwahan Sendangduwur digelar di Desa Sendangduwur, Kecamatan Paciran, dan sudah menjadi salah satu event atau agenda wisata tahunan di Lamongan.
"Tahun ini pun, Ruwahan Sendangduwur kembali digelar dengan memunculkan beragam budaya khas Sendangduwur," kata Siti.
Rubikah menjelaskan, tradisi Ruwahan Sendangduwur yang digelar pada Senin (10/2) menghadirkan berbagai kesenian, kuliner, sejarah, dan budaya. Selain dalam rangka haul Sunan Sendang ke-440, acara ini rutin diadakan setiap menjelang ibadah puasa Ramadan.
Diungkapkannya, rangkaian event ini diawali dengan bazar UMKM, pameran sejarah dan budaya, sedekah kuliner, pawai budaya, hingga drama kolosal.
"Drama kolosal menceritakan keajaiban sumur jangkang, di mana tersimpan kisah tentang harmoni, konflik, dan keputusan besar yang mengubah segalanya," pungkasnya.
------
Artikel ini telah tayang di detikJatim.
(upd/upd)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol