Wilayah utara Mae Hong Son di Thailand, terkenal dengan keindahan alamnya dan menjadi tujuan wisata backpacker yang populer. Namun, kini wilayah tersebut tengah menghadapi tantangan akibat lonjakan jumlah wisatawan.
Distrik Pai, yang dulunya merupakan desa pasar yang tenang dengan sawah, sumber air panas, dan sungai, kini telah berkembang menjadi destinasi wisata yang ramai.
Dikutip dari Thaiger, Minggu (16/2/2025) aspek gaya hidup yang terjangkau, serta kehidupan malam yang hidup membuat para backpacker betah berlama-lama, bahkan sering kali memperpanjang masa tinggal mereka tanpa batas waktu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang pelancong asal Kanada bernama Alex Chambers adalah salah satu contoh dari fenomena itu. Ia telah mengunjungi Pai sebanyak sembilan kali.
"Begitu Anda berada di sini, Anda akan merasakan betapa istimewanya Pai. Sangat sulit untuk meninggalkannya," ujarnya.
Dengan tata letak kota yang mudah dijelajahi berjalan kaki, makanan yang enak dan terjangkau, serta iklim yang menyenangkan, Pai semakin menarik perhatian wisatawan. Para pengunjung terlihat sering menjelajahi kota dengan sepeda motor sewaan, mengunjungi air terjun, dan menikmati matahari terbenam di Pai Canyon yang disebut Chambers sebagai keajaiban geologi.
Salah satu aktivitas yang populer adalah Tipsy Tubing, di mana wisatawan membayar 250 baht (sekitar Rp 107 ribu) untuk mengapung di Sungai Pai dengan ban karet, sambil singgah di bar-bar di sepanjang sungai.
"Mereka yang telah 'jatuh ke dalam lubang Pai' merasa puas dan bangga menyebut tempat ini sebagai rumah," tambah Chambers.
Namun, lonjakan jumlah wisatawan telah mempengaruhi budaya lokal Pai. Meskipun pariwisata memberikan dampak positif terhadap ekonomi setempat, kota tersebut berisiko kehilangan identitas budayanya.
Dengan banyaknya pendatang asing di pusat kota, sebagian besar penduduk lokal kini memilih untuk pindah ke pinggiran kota, seperti yang dilaporkan oleh Bangkok Post.
"Ada ketegangan antara penduduk lokal dan turis karena perbedaan budaya," ujar Chambers.
Perilaku tidak sopan beberapa turis di toko dan restoran, yang seringkali diperparah dengan konsumsi alkohol, semakin memperburuk situasi. Chambers berharap ketegangan tersebut dapat mereda setelah sebagian besar turis meninggalkan Pai pada musim kebakaran yang akan datang.
(upd/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol