Negara Ini Jual Kewarganegaraan Seharga Rp 1,7 Miliar, Ini Alasannya

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Kamis, 13 Mar 2025 20:05 WIB
Nauru (CNN)
Nauru -

Nauru merupakan sebuah negara kepulauan yang luasnya hanya 8 mil persegi di barat daya Samudra Pasifik. Traveler dapat memiliki kewarganegaraannya dengan harga USD 105.000 atau setara Rp 1,7 miliar.

Mengutip CNN, Kamis (13/3/2025), pulau kecil di dataran rendah ini telah meluncurkan program paspor emas. Tujuan mereka adalah mengumpulkan dana untuk mendanai aksi mengatasi perubahan iklim.

Nauru menghadapi ancaman eksistensial dari naiknya permukaan air laut, gelombang badai, dan erosi pantai. Penyebabnya adalah seiring dengan menghangatnya planet ini.

Namun, negara terkecil ketiga di dunia ini tidak memiliki sumber daya untuk melindungi diri dari krisis iklim yang secara tidak proporsional didorong oleh negara-negara kaya.

Pemerintah mengatakan bahwa menjual kewarganegaraan akan membantu mengumpulkan dana yang dibutuhkan untuk rencana memindahkan 90% dari sekitar 12.500 penduduk pulau ini. Lokasinya ke tempat yang lebih tinggi dan membangun komunitas yang benar-benar baru.

Nauru (CNN)

Paspor emas bukanlah hal yang baru, namun kontroversial. Sejarahnya penuh dengan contoh-contoh yang menunjukkan bagaimana paspor emas dieksploitasi untuk tindakan kriminal.

Namun, ketika negara-negara berkembang berjuang untuk mendapatkan dana yang mereka butuhkan untuk mengatasi dampak iklim yang meningkat, kesenjangan pendanaan kemungkinan akan diperburuk oleh Amerika Serikat yang menarik diri dari aksi iklim global. Mereka dipaksa untuk mencari cara baru untuk mengumpulkan uang.

"Sementara dunia memperdebatkan aksi iklim, kita harus mengambil langkah proaktif untuk mengamankan masa depan negara kita," kata Presiden Nauru David Adeang kepada CNN.

Paspor ini akan dikenakan biaya minimal USD 105.000, tetapi akan dilarang bagi orang-orang dengan sejarah kriminal tertentu. Paspor Nauru menawarkan akses bebas visa ke 89 negara termasuk Inggris, Hong Kong, Singapura, dan Uni Emirat Arab.

"Hanya sedikit dari pemegang paspor baru ini yang mungkin akan mengunjungi Nauru yang terpencil. Tetapi kewarganegaraan memungkinkan orang untuk menjalani kehidupan di kancah global," kata Kirstin Surak, profesor sosiologi politik di London School of Economics.

Bagi Nauru, program ini merupakan kesempatan untuk mengamankan masa depan pulau ini, yang memiliki sejarah kelam. Nauru ditambang untuk mendapatkan fosfat sejak awal tahun 1900-an.

Selama hampir satu abad, lanskapnya dicungkil oleh para penambang. Kegiatan itu meninggalkan bagian tengah pulau yang nyaris tandus dengan bebatuan bergerigi.

Prosesnya menyebabkan sekitar 80% dari pulau ini tidak dapat dihuni. Artinya sebagian besar penduduknya kini tinggal berkelompok di sepanjang garis pantai, terpapar oleh kenaikan permukaan air laut yang telah meningkat dengan kecepatan yang lebih cepat daripada rata-rata global.



Simak Video "Video: Penjelasan Yusril soal Paulus Tannos yang Pindah Jadi WN Afsel"

(msl/wsw)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork