Agenda itu berlangsung selama dua hari, Selasa (15/4) dan Rabu (16/4) di kawasan Senayan, Jakarta Pusat. Hadir dalam agenda itu perwakilan UN Tourism dan perwakilan dari negara-negara Asia Timur dan Asia Selatan.
Pariwisata berkelanjutan menjadi agenda utama. Nah, untuk mewujudkannya negara-negara itu berkolaborasi, karena tantangan selalu dinamis, tidak hanya politik dunia tetapi juga perubahan lingkungan dan perubahan iklim.
"Ekonomi sirkular bukan hanya soal lingkungan, tapi juga tentang manfaat ekonomi riil bagi warga," ujar Ni Luh dalam pidato penatapan.
Dalam penutupan forum pariwisata regional PBB itu, Ni Luh juga menyoroti pentingnya investasi hijau sebagai katalisator transformasi sektor pariwisata di Asia-Pasifik.
Dia mengatakan sejumlah inisiatif seperti proyek energi bersih, pengembangan ekowisata, hingga pariwisata regeneratif harus terus didorong agar sektor itu tak hanya tumbuh, tetapi juga tahan terhadap krisis iklim dan ekonomi.
"Investasi hijau membuka peluang besar bagi pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan," ujar dia.
Ni Luh menambahkan bahwa kolaborasi lintas negara, sektor swasta, dan komunitas lokal adalah kunci agar transisi menuju pariwisata hijau bisa berjalan mulus.
Direktur Regional UN Tourism Harry Hwang memuji Indonesia sebagai tuan rumah yang berhasil menunjukkan praktik pariwisata hijau yang nyata-dari pengurangan plastik hingga inovasi daur ulang sampah bernilai ekonomi.
"Kita melihat banyak peluang dan inovasi yang menginspirasi dari Indonesia," kata Harry.
Sebagai penutup, delegasi forum diajak mengikuti technical tour ke Museum Nasional dan pusat UMKM Sarinah sebagai contoh praktik pariwisata berbasis budaya dan ekonomi lokal.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan
Foto: Aksi Wulan Guritno Main Jetski di Danau Toba