Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata, Hariyanto, mengingatkan warganet agar tak terpancing membalas rating buruk wisata Brasil dengan serangan serupa. Dia mengatakan pariwisata seharusnya menjadi jembatan persahabatan, bukan ajang balas dendam digital.
"Review bintang satu dari Warga Brazil tentu saja tidak kita harapkan, namun kita juga mengerti atas kekecewaan mereka," kata Hariyanto dikutip dari Antara, Kamis (4/7/2025).
"Untuk rating balasan dari warga Indonesia, sebaiknya kita tidak terpancing melakukan balasan review bintang satu," dia menambahkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya di media sosial beredar kabar bahwa masyarakat Brazil memberikan bintang satu pada Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai buntut dari musibah yang menimpa wisatawan Brazil yakni Juliana Marins yang terjadi pada Sabtu (21/6).
Masyarakat Indonesia kemudian merespons dengan memberikan penilaian buruk tersebut dengan membalas memberikan rating buruk pada hutan Amazon yang disebut memiliki banyak ular hingga tak dapat menemukan bubur ayam di sana.
Hariyanto mengingatkan agar masyarakat memahami duka yang sedang dirasakan oleh keluarga mendiang Juliana. Dia berpendapat akan lebih baik jika masyarakat membalas penilaian buruk tersebut dengan menyampaikan informasi-informasi yang benar tentang proses penyelamatan Juliana hingga pemulangan jenazah.
"Kita harus berusaha untuk menumbuhkan kembali rasa percaya wisatawan Brasil untuk mau berwisata ke Indonesia," kata dia.
Sementara terkait dengan jalur Gunung Rinjani yang termasuk dalam pendakian ekstrem dan berisiko tinggi, Hariyanto menyebut Standar Operasional Prosedur (SOP) pendakian Gunung Rinjani sudah dituangkan dalam SK Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Nomor 19 Tahun 2022.
Di dalamnya sudah dijelaskan bahwa untuk pendakian harus didampingi oleh ahli atau pemandu wisata gunung yang besertifikat (guide) dan porter, namun perlu adanya pengawasan yang lebih ketat lagi untuk memastikan bahwa SOP tersebut dipenuhi.
Kementerian Pariwisata bersama pihak terkait terutama Kementerian Kehutanan, Basarnas, dan pemerintah daerah setempat juga sudah melakukan diskusi untuk segera melakukan perbaikan SOP Pendakian Rinjani.
Pemerintah juga sudah melakukan skrining yang ketat untuk pendaki di pos pendakian awal seperti cek kesehatan sampai dengan briefing para pendaki.
Ia pun juga berpesan pada wisatawan yang ingin berwisata di tempat wisata ekstrem, wajib mencari tahu tentang tempat yang akan mereka kunjungi terkait peraturan, standar, persiapan yang perlu dilakukan dan risiko di tempat wisata tersebut.
Wisatawan juga perlu memastikan agen perjalanan (TA/TO) dan pemandu yang digunakan jasanya sudah besertifikasi dan memastikan menjalankan SOP pendakian.
"Jika standar yang diharuskan tidak dapat terpenuhi, untuk tidak memaksakan tetap mengunjungi tempat tersebut," ujar dia.
(fem/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum