Gawat, Populasi Pesut Mahakam Tinggal 62 Ekor

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Gawat, Populasi Pesut Mahakam Tinggal 62 Ekor

Femi Diah - detikTravel
Senin, 07 Jul 2025 10:39 WIB
Potret Pesut Mahakam bermain air
Pesut mahakam di Sungai Mahakam tinggal 62 ekor. (Dok Yayasan Konservasi RASI)
Jakarta -

Populasi pesut mahakam (Orcaella brevirostris) mengkhawatirkan. Saat ini, hanya tinggal 62 ekor.

Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq penurunan populasi pesut mahakam itu tidak hanya menjadi indikasi sub-spesies yang hanya hidup di Sungai Mahakam itu semakin langka. Kondisi itu juga menandai bahwa Sungai Mahakam mengalami krisis ekologi.

Hanif mengingatkan bahwa populasi Pesut Mahakam, mamalia air tawar endemik Indonesia yang masuk dalam satwa terancam punah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Angka ini bukan sekadar data statistik. Ini merupakan indikator kuat degradasi ekosistem yang memerlukan perhatian dan tindakan segera," kata Hanif dikutip dari Antara, Senin (7/7).

Hanif mengingatkan bahwa ancaman terhadap pesut mahakam adalah cerminan dari tekanan sistemik terhadap ekosistem sungai. Penurunan populasi pesut menunjukkan bahwa keberlanjutan Sungai Mahakam sebagai sumber kehidupan bagi ribuan spesies dan masyarakat lokal kini berada dalam titik genting.

ADVERTISEMENT

"Pelestarian Pesut Mahakam melampaui kepentingan satu spesies; ini adalah upaya vital untuk menjaga keseimbangan ekologis Sungai Mahakam yang menopang kehidupan ribuan spesies dan masyarakat lokal," ujarnya.

Konservasi Pesut Mahakam menjadi bagian dari agenda prioritas nasional KLH/BPLH dalam menjaga keanekaragaman hayati Indonesia. Untuk itu penting melakukan pendekatan kolaboratif dan lintas sektor yang menyatukan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, akademisi, masyarakat adat, dan LSM dalam kerangka kerja yang sinergis dan berbasis aksi nyata.

Pesut mahakam sendiri merupakan sub-populasi langka dari lumba-lumba irrawaddy yang hanya hidup di Sungai Mahakam. Dengan tubuh abu-abu tanpa moncong dan perilaku sosial kompleks, spesies ini menjadi simbol kekayaan hayati dan identitas budaya masyarakat lokal Kalimantan Timur.

Namun, pesut kini berada di ambang kepunahan akibat kombinasi pencemaran limbah tambang dan domestik, tabrakan kapal tongkang, serta praktik perikanan ilegal seperti penggunaan setrum dan bom ikan.

"Konservasi tidak dapat dilakukan secara parsial. Diperlukan sinergi dari hulu ke hilir, dari perumusan kebijakan hingga aksi nyata di lapangan. Partisipasi aktif masyarakat, khususnya generasi muda, sangat krusial dalam menemukan solusi yang berkelanjutan," kata Hanif.




(fem/fem)

Hide Ads