Kisah Pramugari di Penerbangan Nonstop Terpanjang Dunia 18 Jam

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Pramugari di Penerbangan Nonstop Terpanjang Dunia 18 Jam

bonauli - detikTravel
Rabu, 09 Jul 2025 21:10 WIB
Awak Kabin Singapore Airlines
Ilustrasi pramugari Singapore Airlines (Singapore Airlines)
Jakarta -

Madeline Khaw, seorang pramugari di Singapore Airlines. Ia bukan pramugari biasa, ia adalah kru di penerbangan terpanjang dunia.

Khaw terbang dengan rute Bandara Internasional John F. Kennedy (JFK) di New York City ke Bandara Internasional Changi Singapura (SIN), dengan waktu ditempuh 18 jam 45 menit.

Penerbangan panjang lintas benua tentu memiliki tantangan tersendiri. Namun ia tidak sendiri, ia akan bekerja bergiliran dengan awak pesawat lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awak pesawat dibagi ke dalam periode istirahat yang ditentukan di tempat tidur awak," kata Khaw kepada Travel & Leisure.

"Sangat penting untuk memastikan bahwa semua anggota awak mendapatkan istirahat yang cukup, sehingga mereka waspada dan mampu memberikan layanan yang konsisten serta memenuhi standar keselamatan yang diperlukan selama perjalanan."

ADVERTISEMENT

Namun, beristirahat di ketinggian tidak selalu mudah. Turbulensi, kebisingan kabin, dan perbedaan zona waktu dapat mengganggu siklus tidur.

Bagi Khaw, yang sering melintasi hingga 15 zona waktu dalam satu perjalanan, kelelahan merupakan masalah yang nyata.

"Menerbangkan penerbangan jarak jauh memang memiliki tantangan tersendiri, dengan kelelahan menjadi salah satu efek jangka panjang yang paling terasa," aku Khaw.

"Seiring waktu, kelelahan dapat menyebabkan hal-hal seperti kelelahan yang terus-menerus dan jerawat sesekali."

Khaw menghidrasi kulitnya dengan masker dan perawatan kulit lainnya. Ia juga menjaga pola tidur yang sehat saat berada di darat.

Saat terbang, ia dan kru yang bertugas punya suatu ikatan batin satu sama lain.

"Sejak kami memulai tugas, ada pemahaman tak terucapkan bahwa kami perlu saling mengandalkan selama 18 jam - tidak hanya untuk efisiensi layanan, tetapi juga untuk menjaga moral dan energi," jelas Khaw.

"Berbagi tawa atau momen dengan kru selama masa jeda benar-benar penambah energi."

Semua persiapan itu dimulai sebelum naik pesawat. Khaw tak hanya menjaga tubuhnya agar tetap sehat, tapi juga mentalnya.

Sebelum lepas landas, ia fokus menghabiskan waktu bersama keluarga, dan berbagi makanan rumahan dengan orang-orang terkasih membantunya merasa tenang.

Mengemas daftar periksa, seragam tambahan, perlengkapan perawatan kulit, dan vitamin memungkinkan Khaw menikmati perjalanan.

"Menerbangkan penerbangan jarak jauh telah membawa saya ke tempat-tempat yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya," ujarnya.

"Saya terbang ke New York, salah satu kota paling menarik di dunia, dan saya telah berlatih keras untuk berada di sini. Rasa bangga itu membuat saya tetap fokus."




(bnl/wsw)

Hide Ads