Pacu jalur mendunia berkat Dhika dkk, si penari cilik di ujung jalur. Sudah viral, seharusnya pemerintah merespons dan menentukan langkah lanjutan untuk menjaganya.
Dhika dkk mendunia berkat tren aura farming. Aksinya berjoget untuk memberikan semangat kepada para pedayung ditiru oleh warga dunia dan viral di media sosial. Budaya balap perahu di Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau tengah itu dengan cepat menguasai algoritma media sosial dan dijadikan tren oleh berbagai bintang dunia.
Profesor Azril Azhari, pemerhati kebijakan publik pariwisata, kembali meminta perhatian pemerintah atas pariwisata dan budaya Indonesia. Dia menjelaskan bahwa dalam bahasa Sumatra, pacu artinya lomba dan jalur adalah sampan. Lomba itu memang diselenggarakan saat pesta rakyat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pacu Jalur ini olahraga tradisional, perpaduan sosial budaya. Ada kultur dan warisan budaya," kata Azril pada detiktravel lewat sambungan telepon pada Kamis (10/7).
Ia sangat bangga bahwa Pacu Jalur dapat membawa nama Indonesia harum sampai ke pemain bola.
"Mereka meniru karena menghibur, padahal anak tarian itu memotivasi pendayung agar seirama. Kenapa anak-anak? karena ringan," ujar dia.
Dalam catatan sejarah, Azril mengatakan bahwa Pacu Jalur dulunya digunakan dalam perayaan peringatan ulang tahun Ratu Wilhelmina dan terus diturunkan hingga sekarang.
Selain anak tarian, keunikan lain adalah sampan itu sendiri. Tak seperti perahu, sampan Pacu Jalur terbuat dari satu pohon yang dipahat bagian dalamnya. Pohon yang dipilih harus sangat besar karena nantinya akan berkapasitas sampai 40 pendayung.
"Ini daya tarik Indonesia, jarang ditemukan ditempat lain. Ini keunikan, keotentikan dan keeksotisan yang harus diangkat," ujar dia.
pria yang juga menjabat sebagai ketua umum Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia itu menjelaskan bahwa Indonesia harus segera mendaftarkan Pacu Jalur sebagai warisan budaya Nusantara ke UNESCO sebelum diambil oleh negara lain.
"Pendaftaran budaya ini dilihat dari siapa yang pertama daftar. Pemerintah harus segera mendaftarkan karena sudah viral, sebelum diambil oleh Malaysia," kata dia.
Pengembangan pariwisata harus bergerak dari bawah agar dapat berkelanjutan. Pacu Jalur sudah memenuhi syarat dalam hal wisata berkelanjutan karena memang dipraktikkan langsung oleh masyarakat, sehingga pemerintah tinggal mengembangkannya.
"Keterbatasan kita itu dalam mem-package wisata, kalah dari Thailand. Kurang sekali," ujar dia.
Padahal, di momen inilah harusnya kementerian pariwisata bergerak dan mendorong Pacu Jalur dengan lebih ugal-ugalan. Dorongan pemerintah tentu membuat masyarakat semakin semangat dalam menjaga dan mempertahankan budayanya.
"Setelah viral hal lain yang harus dibenahi adalah keamanan. Kita lihat mereka berlomba di sungai besar, harusnya pemerintah menyediakan boat penyelamat dan helikopter. Saat kecelakaan terjadi, kita siap," kata dia.
(bnl/wsw)
Komentar Terbanyak
Foto: Momen Liburan Sekolah Jokowi Bersama Cucu-cucunya di Pantai
Layangan di Bandara Soetta, Pesawat Terpaksa Muter-muter sampai Divert!
Wapres Gibran di Bali Bicara soal Pariwisata, Keliling Pasar Tradisional