Kisah Kota Gaoling di China Ubah Sampah Jadi Listrik

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Kota Gaoling di China Ubah Sampah Jadi Listrik

Wahyu Setyo Widodo - detikTravel
Selasa, 15 Jul 2025 16:45 WIB
Pengolahan sampah di China
Pusat Pengolahan sampah di China (dok. Istimewa)
Gaoling - Kota Gaoling di China dikenal sebagai penghasil porselen sejak ratusan tahun silam. Kini, kota itu dikenal dengan teknologi mengubah sampah jadi listrik.

Distrik Gaoling di kota Xi'an, provinsi Shaanxi, sejak dulu kala dikenal sebagai salah satu penghasil porselen terbaik di Negeri Panda.

Tanah di pegunungan Gaoling dikenal mengandung deposit kaolin berkualitas tinggi yang sangat dibutuhkan untuk membuat perabotan porselen.

Bahkan, Kaisar Shizong yang memerintah pada tahun 947-951 Masehi menyebut tanah kaolin dari Gaoling bisa menghasilkan porselen yang 'putih bagai permata, bening bagai kaca dan tipis bagai kertas'.

Punya Teknologi Ubah Sampah Jadi Listrik

Kini Gaoling tak hanya terkenal akan porselen, tapi juga teknologinya yang maju dan bisa mengubah sampah menjadi listrik atau waste to energy (WTE).

Fasilitas WTE di Gaoling merupakan salah satu proyek andalan berskala besar SUSenvironment di China yang dilengkapi dengan sistem insinerasi ramah lingkungan. Lokasinya terletak sekitar 30 km dari pusat kota Xi'an.

Beroperasi sejak Januari 2020, fasilitas ini melayani lima distrik dan lebih dari 2,6 juta penduduk, dengan kapasitas pengolahan mencapai 2.250 ton sampah per hari.

Area penerimaan sampah di fasilitas WTE SUS Gaoling dilengkapi dengan tiga tungku pembakaran mekanis dan dua turbin generator, fasilitas ini berhasil memproses 4,14 juta ton sampah untuk menghasilkan lebih dari 2 miliar kWh listrik.

Fasilitas ini juga menerapkan teknologi emisi ultra rendah yang memenuhi standar nasional Tiongkok dan Uni Eropa. Selain itu, teknologi kecerdasan buatan (AI) juga diterapkan di sini untuk memastikan efisiensi dan keamanan operasional.

Fasilitas WTE di Gaoling juga memberikan kontribusi terhadap tujuan sosial dan lingkungan. Dengan menggantikan gas alam, fasilitas ini memasok 0,9 juta GJ panas setiap musim dingin tiba.

Tak hanya itu, mereka juga menyuplai pemanas ruangan bagi lebih dari 30.000 rumah tangga di China. Itu setara dengan pengurangan konsumsi batu bara sebesar 43.000 ton dan penghijauan setara dengan 11 juta pohon.

Fasilitas ini pun diakui sebagai pusat edukasi lingkungan bersertifikasi nasional, dan menerima ribuan pengunjung setiap tahunnya.

Banyak delegasi mahasiswa dari Indonesia pun berkunjung ke sini untuk belajar soal pengelolaan limbah dan energi terbarukan. "Kami berharap ini dapat menjadi titik awal kolaborasi yang lebih dalam antara China dan Indonesia dalam bidang pengelolaan sampah modern," ujar Chairman LongJisheng, dikutip dari Xinhua, Selasa (15/7/2025).


(wsw/wsw)

Hide Ads