Pulau Djerba di selatan Laut Mediterania, lepas pantai Tunisia, punya sejarah panjang sebagai titik temu peradaban besar seperti Fenisia, Romawi, Bizantium, dan Arab.
Beragam situs bersejarah masih berdiri, mulai dari masjid bawah tanah Sedouikech, Gereja St. Joseph, hingga Sinagoga El Ghriba. Namun, kekayaan budaya itu kini terancam: pariwisata yang masif, perubahan iklim, dan kelalaian manusia telah memberi tekanan besar terhadap kelestarian Djerba.
Melansir The Conversation, Selasa (29/7/2025) pada puncak kejayaannya di tahun 1990-an hingga awal 2000-an, Djerba dikunjungi hingga 1,5 juta wisatawan setiap tahun. Hotel tumbuh pesat, menggantikan rumah tradisional seperti houmas, menzel, dan houch.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, kemajuan itu juga memicu masalah lingkungan, mulai dari kekurangan air hingga limbah. Data 2020 menyebut hotel menyumbang 35 hingga 40% sampah di pulau tersebut dan situasi makin memburuk pasca Revolusi Tunisia 2011.
Lemahnya pengawasan membuka ruang untuk vandalisme, pembangunan ilegal, dan penghancuran situs arkeologi. Di sisi lain, perubahan iklim membawa ancaman baru, curah hujan menurun, kekeringan makin sering, dan 14% pantai di Djerba kini sangat rentan terhadap abrasi.
Beberapa situs sejarah seperti reruntuhan Sidi Garous bahkan sudah tenggelam. Studi dari Institut Warisan Nasional Tunisia menyebut banyak situs arkeologi telah hilang secara permanen akibat gelombang laut. Meski banyak bangunan tradisional terbengkalai karena minimnya dana dan lemahnya institusi, masyarakat tak tinggal diam.
![]() |
Organisasi seperti Asosiasi untuk Perlindungan Pulau Djerba aktif mengedukasi warga dan melestarikan struktur lama seperti tangki air kuno. Tapi seperti yang disampaikan dalam sebuah laporan mereka yang mengatakan tak cukup jika hanya dilakukan satu pihak saja.
"Upaya dari akar rumput saja tidak cukup untuk menghentikan warisan budaya Djerba dari kemerosotan pada tingkat yang terjadi saat ini," bunyi laporan itu.
Harapan muncul pada September 2023, saat UNESCO menetapkan Djerba sebagai situs warisan dunia dan Kementerian Kebudayaan Tunisia menyambut baik keputusan ini, hasil dari kerja keras masyarakat dan pemerintah selama bertahun-tahun. Dengan status baru itu, Djerba mendapat perhatian global dan akses pendanaan yang lebih luas.
Pemerintah pun mulai bergerak membentuk satuan tugas untuk memantau pembangunan, menetapkan zona perlindungan, dan merancang proyek pelestarian. Namun, pekerjaan besar masih menanti. Tanpa regulasi ketat dan pendanaan berkelanjutan, warisan Djerba akan terus tergerus.
(upd/ddn)
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour