6 Kisah Tak Terungkap Bung Karno Selama di Ende, Rumahnya Ngontrak

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

6 Kisah Tak Terungkap Bung Karno Selama di Ende, Rumahnya Ngontrak

Rosmha Widiyani - detikTravel
Sabtu, 16 Agu 2025 06:02 WIB
Blusukan ke Rumah Bung Karno di Ende
Rumah Bung Karno di Ende (dok. fahmi salama/d'Traveler)
Jakarta -

Kabupaten Ende di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) menyimpan potongan sejarah penting terbentuknya Indonesia. Di kota pelabuhan inilah, Bung Karno memperoleh inspirasi terbentuknya dasar negara Pancasila. Ketika itu, Bung Karno sedang menjalani pengasingan selama kurang lebih lima tahun.

Dalam kurun waktu 14 Januari 1934-18 Oktober 1938 berbagai hal terjadi pada kehidupan sang proklamator. Mulai dari kesepian karena berpisah dengan teman, sulit melanjutkan cita-cita Indonesia merdeka, menghadapi lingkungan dan masyarakat baru dan wajib adaptasi.

6 Kisah Tak Terungkap Bung Karno di Ende

Selama pengasingan, berbagai hal terjadi dalam hidup Presiden RI pertama tersebut. Dikutip dari buku buku Sukarno di Pengasingan Ende 1934-1938 dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, beberapa potongan cerita terdengar mungkin belum banyak yang tahu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Rumah pengasingan berstatus kontrak

Rumah pengasingan Bung Karno di Ende NTTRumah pengasingan Bung Karno di Ende NTT (dok. PDIP)

Bung Karno menjalani pengasingan bersama istrinya lnggit Garnasih, Amsi mertuanya, dan Ratna Juami keponakan lnggit. Belanda tidak menentukan rumah yang harus ditempati, sehingga Bung Karno mencarinya sendiri. Bung Karno akhirnya ngontrak di rumah milik Haji Abdullah Ambuwaru.

Rumah tersebut berukuran 9 x 18 meter dan belum selesai dibangin di masa awal pengasingan. Seiring waktu, rumah di Pelabuhan Ende yang menghadap timur tersebut akhirnya rampung dengan tiga kamar berderet di sisi kanan untuk para penghuninya. Rumah juga punya satu ruang untuk ibadah Bung Karno serta sumur dengan air yang jernih. Rumah ini ditempati hingga akhir masa pengasingan.

ADVERTISEMENT

2. Bung Karno pintar bercocok tanam dan menerima tunjangan

Selama di pengasingan, Bung Karno menerima tunjangan 150 gulden per bulan. Uang tersebut digunakan untuk bayar kontrakan dan biaya hidup sehari-hari. Bung Karno juga rajin bercocok tanam aneka sayur misal kubis, lobak, bayam, kacang panjang, buncis, untuk mengisi hari-harinya.

Hobi Bung Karno dalam pertanaman menarik perhatian Raja Ende, apalagi sebelumnya tak ada yang berhasil menanam sayur. Setelah berkonsultasi dengan Bung Karno, media pertanaman di Ende berubah menjadi pasir dan tanah setelah sebelumnya hanya pasir. Tanaman sayur berhasil tumbuh yang mempererat hubungan Bung Karno dengan Raja Ende.

3. Perlahan, Bung Karno akhirnya tidak kesepian

rumah bung karno di endeRumah Bung Karno di Ende Foto: Aldi Sanjaya Putra/d'Traveler

Bung Karno menjalin persahabatan dengan mantri ukur pada dinas pekerjaan umum setempat bernama Mas Atmosoedirdjo dan istrinya Khotimah. Saking akrabnya, Bung Karno dan keluarga sempat mengasuh putri pasangan tersebut bernama Sukarti yang diubah menjadi Kartika.

Penghuni rumah makin ramai dengan hadirnya kakak adik dari Sawu bernama Bertha dan Riwoe, yang ikut membantu menyelesaikan urusan rumah tangga. Selain itu ada Asmara Hadi seorang guru muda dari Bandung untuk mengajar anak-anak yang hidup bersama keluarga Bung Karno. Penghuni rumah lainnya adalah Karel, Willem, Paulus, Ja'far, dan Marcus. Rumah Bung Karno dikisahkan selalu rapi dan bersih, meski padat penghuni.

4. Menjadi lebih religius

Buku dari Kemendikbud menjelaskan, Bung Karno jadi lebih sering membaca buku agama dan menjalankan ibadah dengan sebaik-baiknya. Bung Karno juga berkirim surat dengan ulama TH Hasan dari Persatuan Islam (Persis), yang berisi pendapat terkait Islam dan keingin untuk belajar lebih dalam. Ulama TH Hassan menjawab keingin Bung Karno dengan mengiriminya buku tentang hadis, Al-Quran dengan terjemah, dan isu-isu kontemporer.

5. Bung Karno dan pohon sukun

Pohon Sukun di EndaPohon Sukun di Ende lokasi ilham Pancasila diperoleh Bung Karno (dok. Bekti Yustiarti/d'Traveler)

Pohon sukun punya tempat tersendiri terkait ilham penulisan dasar negara Indonesia. Ilham lima butir Pancasila diperoleh Bung Karno saat merenung di bahan pohon sukun rindang. Pohon dengan lima cabang ini tumbuh di bagian barat Lapangan Perse, yang kini dikenal sebagai Lapangan Pancasila.

Dalam keseharian, di bawah pohon sukun adalah lokasi pilihan Bung Karno untuk berdiskusi dengan para tetua. Di spot yang sama Bung Karno kerap merenung sambil menatap laut lepas atau langit biru di bawah pohon rindang. Saat ini, pohon sukun tersebut sudah mati namun telah ditanam kembali sebagai sebuah kenangan.

6. Bikin kelompok sandiwara

Taman Renungan Bung Karno di Ende tempat disusunnya PancasilaTaman Renungan Bung Karno di Ende (dok. Johanes Randy)

Bung Karno terkenal sebagai penyuka seni dalam berbagai media, misal lukisan dan desain bangunan. Hobi ini terbawa hingga ke pengasingan dan menjadi media menyebarkan nilai-nilai revolusi serta pentingnya kemerdekaan. Seni menjadi pilihan ketika menyampaikan pidato atau orasi benar-benar dilarang.

Di pengasingan, Bung Karno membentuk kelompok sandiwara (tonil) Kelimutu yang pentas setiap malam. Sandiwara mementaskan lakon dengan berbagai kisah dengan disisipi nilai-nilai revolusi. Kelompok sandiwara pentas setiap malam di Gedung Gereja setempat.




(row/fem)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads