Jejak kejayaan peradaban Sunda Kuno masih bisa dilihat hingga kini di Sukabumi, Jawa Barat tepatnya Kampung Salak Datar. Situs berupa punden berundak berusia ratusan tahun ini bahkan masih dikunjungi akademisi, peneliti, pemerintah, dan peziarah yang ingin mengenang jejak leluhur.
Sebagai informasi, peradaban Sunda Kuno berjaya pada 932-1579 Masehi dengan pusat di wilayah barat Pulau Jawa. Peradaban diawali Kerajaan Tarumanagara lalu makin luas meliputi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah serta wilayah selatan Sumatra.
Peradaban di wilayah kaya air dan subur ini masih membawa tradisi megalitikum di zaman sebelumnya. Zaman megalitikum berlangsung sekitar 3500-1000 tahun sebelum Masehi, yang ditandai penggunaan batu besar untuk ibadah dan pemakaman. Batu besar disusun sedemikian rupa sesuai ajaran para tetua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Lokasi Salak Datar di Desa Cimaja kali pertama dilaporkan penjelajah dan ahli botani Justus Karl Hasskarl asal Jerman tahun 1842. Laporan ditindaklanjuti dengan mendatangi lokasi Kampung Salak Datar, yang saat ini berada di Kecamatan Cikakak.
"Hasskarl melaporkan adanya bangunan punden berundak di Salak Datar. Setelah diteliti di area Salak Datar, ada susunan batu di tengah sawah dari satu batu besar (monolit) dengan hiasan menhir atau dakon," kata Eldi dari Tim Ahli Cagar Budaya (TACG) Kabupaten Sukabumi dikutip ari detik Jabar.
Setelah Hasskarl, riset dilanjutkan peneliti dalam dan luar negeri dari pemerintah atau swasta. Beberapa periset ini adalah Vordeman tahun 1885, NJ Krom pada 1914, Puslit Arkenas di 1977, serta beberapa peneliti lain dari banyak universitas. Hasilnya, Salak Datar merupakan lokasi Peradaban Sunda Kuno dengan ciri tradisi Megalitik.
Ciri ini terdapat pada punden berundak khas era megalitikum yang tradisinya berkembang pada masa prasejarah periode perundagian sekitar awal kalender masehi. Sejak September 2023, Salak Datar dengan punden berundak dan peninggalan Peradaban Sunda Kuno ditetapkan sebagai kawasan Cagar Budaya yang dilindungi oleh Undang-undang.
Situs Salak atar Masih Digunakan Hingga Kini
Menurut juru kunci situs Salak Datar, Nurdin Maulana, lokasi tersebut tak hanya dikunjungi dengan tujuan penelitian. Peninggalan sejak zaman Sunda Wiwitan ini juga ramai didatangi dengan tujuan mengenang atau menghormati leluhur, pada bulan-bulan tertentu di kalender Islam.
"Pengunjung yang datang ke sini tujuannya ziarah, silaturahmi, dan menelusuri jejak sesepuh dahulu. Biasanya di bulan Muharam, Sapar, dan Mulud, ada juga di bulan biasa kadang satu orang dua orang seminggu," kata Nurdin.
![]() |
Menurut Eldi, situs Batu Datar dengan punden berundak dan temuan lain memang menjadi tempat ritual untuk mengagungkan leluhur. Misalnya menhir dan sebuah batu dengan permukaan datar, yang digunakan sebai tempat pertemuan serta memuliakan para pendahulu.
Secara umum, setiap batu di situs Batu Datar memiliki arti dan fungsi mirip peninggalan sejenis lainnya di masa lampau. Peran ini didukung lokasi Salak Datar yang dekat sumber air dengan radius 4 meter. Air adalah komponen penting dalam tradisi religius dan spiritual tradisi megalitik, yang meggunakan air untuk bersuci dan pemujaan.
(row/fem)
Komentar Terbanyak
Bus Pun Tak Lagi Memutar Musik di Perjalanan
Ogah Bayar Royalti Musik, PO Bus Larang Kru Putar Lagu di Jalan
Hotel di Mataram Kaget Disurati LMKN, Ditagih Royalti Musik dari TV di Kamar