Penerbangan dari 'Neraka', Penumpang dan Pramugari Mendadak Sakit

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Penerbangan dari 'Neraka', Penumpang dan Pramugari Mendadak Sakit

bonauli - detikTravel
Rabu, 03 Sep 2025 18:39 WIB
Penumpang British Airways sakit saat terbang
Penumpang British Airways sakit saat terbang (Tangkapan layar)
London -

Sebuah penerbangan berubah mencekam ketika penumpang hingga awak kabin mendadak jatuh sakit. Kekacauan di udara itu membuat banyak orang menyebutnya sebagai penerbangan dari neraka.

Insiden itu terjadi di penerbangan British Airways dari London, Inggris ke Mesir pada 23 Desember 2024. Penerbangan neraka itu kembali bikin heboh setelah seorang penumpang perempuan asal East Sussex menceritakan pengalamannya dalam penerbangan itu.

Adalah Melanie Wells (61), penumpang perempuan yang menceritakan pengalaman tersebut. Dia melakukan perjalanan bersama puterinya yang berusia 19 tahun saat itu. Mereka hendak liburan ke Sharm El Sheikh, sebuah kota indah di Laut Merah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Petaka itu terjadi setelah pesawat lepas landas.

"Saat kami naik, suhunya sangat ekstrem sehingga saya mulai merasa tidak enak badan. Panasnya luar biasa. Saya akhirnya mengalami sakit kepala yang sangat parah," ujar salah satu penumpang seperti dikutip dari New York Post pada Rabu (3/9/2025).

ADVERTISEMENT

Awalnya, Wells mengaitkan gejala sakit kepala dengan kondisi panas di dalam pesawat. Hingga kemudian, dia menyadari bahwa bukan hanya dia yang merasa mual.

"Sekitar satu setengah jam di udara, para awak pesawat tiba-tiba berlarian di lorong maju mundur. Saya tidak tahu apa yang terjadi," kata dia.

"Ada seorang ibu yang matanya berbalik ke atas. Awak pesawat yang merawat mereka bahkan ikut pingsan," dia menambahkan.

Wells juga mengatakan ada enam orang jatuh sakit di dalam pesawat. Wells yakin gejala yang dirasakannya itu disebabkan oleh asap beracun di dalam pesawat.

Setelah pendaratan darurat di Venesia, Italia, ambulans dan mobil pemadam kebakaran mengepung pesawat. Kemudian, kru darurat yang mengenakan pakaian hazmat dan alat bantu pernapasan bergegas naik ke pesawat dan mulai melakukan tes kepada penumpang dan awak yang terdampak.

"Saya benar-benar ketakutan. Saya berpikir, apakah kita semua menghirup asap beracun?" kata Wells.

Ia menambahkan bahwa staf maskapai yang biasanya teguh juga berada dalam "mode panik murni".

Dia mengatakan saat itu para penumpang tidak diberi tahu. Saat itu, penumpang ketakutan.

"Kapten sama sekali tidak memberi kami informasi apa pun," kata penumpang.

Setelah penundaan delapan jam di Italia, pesawat kembali ke London. Pesawat itu mendarat di Mesir keesokan paginya.

"Itu benar-benar penerbangan dari neraka," kata dia.

Wells menyebut pengalaman itu mengerikan, dan melampiaskan kekesalannya.

"Kami bepergian selama 40 jam. Kami benar-benar kelelahan," kata dia.

Penumpang yang kelelahan itu dilaporkan mengajukan keluhan kepada British Airways, yang kabarnya menawarkan kompensasi hampir USD 3.000 atau Rp 49 juta atas pembatalan penerbangan, biaya makan, dan kesulitan lainnya.

Namun Wells mengklaim bahwa maskapai tersebut menolak mengembalikan uangnya sebesar USD 667 untuk malam pertama mereka yang terlewat di Mesir karena penundaan.

"BA telah bertindak dengan sangat angkuh. Kesusahan dan trauma yang kami alami, sungguh traumatis. Kejadian ini merusak awal liburan kami," kata Wells.

Perwakilan maskapai belum menjelaskan secara rinci penyebab penyakit dalam penerbangan, melainkan mengklaim bahwa pesawat dialihkan sebagai tindakan pencegahan karena masalah teknis.

"Kami telah meminta maaf kepada pelanggan kami atas pengalaman mereka dan telah menawarkan kompensasi yang sesuai," kata juru bicara tersebut.

Mereka menambahkan bahwa tidak ada bukti adanya asap di dalam pesawat. Maskapai juga memastikan pesawat telah diperiksa dan kembali beroperasi keesokan harinya.




(bnl/fem)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads