Bukan Topan, Ini Ancaman Nyata bagi Pariwisata Chiang Mai

Muhammad Lugas Pribady - detikTravel
Kamis, 25 Sep 2025 12:39 WIB
Topan Super Ragasa. (Lisa Marie David/Reuters)
Jakarta -

Topan super Ragasa tak memberikan dampak serius terhadap sektor pariwisata di Chiang Mai, Thailand. Tapi, Chiang Mai justru terancam oleh menguatnya nilai tukar bath.

Badai memang memicu banjir bandang di Chiang Mai, namun skalanya ringan. Sudah begitu, badai itu terjadi saat musim sepi wisatawan dan area yang terdampak relatif kecil.

Melansir Bangkok Post, Kamis (25/9/2025) Wakil Presiden Kamar Dagang Chiang Mai, Punlop Saejew, memastikan Chiang Mai relatif lebih aman dari topan Ragasa.

"Banjir kali ini tidak separah tahun lalu dan dampaknya bersifat jangka pendek," kata Punlop.

Ia menyebut lalu lintas di pusat kota sempat terganggu beberapa jam akibat hujan deras, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap aktivitas wisata. Wilayah yang sempat terdampak banjir seperti distrik Mae Chaem, bukanlah destinasi wisata utama, melainkan kawasan pedesaan dan lahan pertanian.

Punlop menjelaskan bahwa saat musim hujan, wisatawan cenderung menghindari lokasi pegunungan. Sementara itu, kawasan wisata favorit seperti Mae Taeng dan Mae Rim tetap jadi pilihan utama bagi pelancong asing.

Untuk menyambut musim ramai mendatang, operator pariwisata di Chiang Mai mulai gencar promosi. Salah satu dorongan positif datang dari maskapai Etihad Airways yang akan membuka penerbangan langsung ke Chiang Mai pada November 2025.

Dia berharap kondisi itu bisa menarik lebih banyak wisatawan dari Timur Tengah dan Eropa. Namun, ada kekhawatiran lain yang mulai muncul yakni nilai tukar baht yang menguat.

Punlop menyebut wisatawan dari negara tetangga seperti dari Korea Selatan mulai menahan kunjungan ke Thailand karena harga paket wisata lebih mahal dibandingkan dengan Vietnam.

"Agen perjalanan di Korea mengatakan biaya wisata ke Thailand kini kurang kompetitif," ujarnya.

Adapun Presiden Asosiasi Hotel Thailand wilayah utara, Paisarn Sukjarean, mengungkapkan hal serupa. Menurutnya, meski biaya hidup di Chiang Mai lebih rendah dibanding Bangkok atau Phuket, tetap saja kota tersebut dinilai lebih mahal daripada Vietnam, terutama akibat kurs baht yang tinggi.

"Hotel bintang empat di Chiang Mai bisa 10-15 persen lebih mahal dibanding hotel dengan kelas yang sama di Vietnam," kata Paisarn.

Ia juga menyoroti strategi agresif Vietnam yang memberikan diskon besar untuk biaya parkir pesawat, mendorong maskapai membuka rute baru dan menurunkan harga tiket sehingga menarik lebih banyak wisatawan.

Meski begitu, Chiang Mai tetap mencatat pemesanan awal dari wisatawan China untuk libur Golden Week bulan depan, meski jumlahnya diprediksi lebih rendah dari tahun lalu. Paisarn menambahkan tingkat hunian hotel selama Festival Loy Krathong diperkirakan tetap tinggi, bahkan bisa menembus 90% berkat kedatangan wisatawan domestik dan pelancong jarak jauh.

Secara keseluruhan, performa hotel di kuartal keempat diperkirakan stabil di angka 80%, seperti tahun lalu. Namun ia mengakui, nilai tukar baht yang kuat menyulitkan penyesuaian tarif kamar.

"Hal ini membuat wisatawan merasa Thailand lebih mahal dibanding tahun lalu, apalagi dengan kondisi ekonomi global yang tidak menentu," kata dia.



Simak Video "Video Dampak Topan Ragasa Taiwan: Ratusan Orang Hilang hingga Jalan Putus"

(upd/fem)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork