Perjuangan Melestarikan Budaya Minum Jamu ke Generasi Muda

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Perjuangan Melestarikan Budaya Minum Jamu ke Generasi Muda

Wahyu Setyo Widodo - detikTravel
Selasa, 18 Nov 2025 19:36 WIB
β€˜Jamuuu, Jamuuu, Jamuuu…’ Pekikan suara itu terdengar di lorong jalanan sempit Ibu Kota. Para pelanggan setianya pun langsung menghampiri dan menyambutnya.


Produksi jamu tradisional yang biasa dijajakinya itu mengalami peningkatan hampir lima kali lipat dari biasanya selama pandemi Covid-19. Seperti yang terungkap dari salah satunya penjual Jamu Gendong di Kelurahan Gunung, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Ilustrasi penjual jamu gendong (Rengga Sancaya/detikcom)
Jakarta -

Budaya minum jamu di zaman modern seperti sekarang sudah mulai terkikis. Butuh perjuangan panjang untuk mengenalkan dan membudayakan jamu ke generasi muda.

Sulinem berjalan sembari menggendong bakul jamu di punggungnya. Perempuan 59 tahun itu tak seperti usianya. Ia masih segar bugar, badan tegap, kulit kencang, meskipun flek mulai bermunculan menghiasi wajahnya.

Setiap sore, tujuh hari dalam seminggu, ia tak pernah libur menjajakan jamu tradisional racikan tangannya. Resepnya selalu sama, peninggalan sesepuh yang ia rawat sepenuh hati.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sudah jualan jamu ini sekitar 43 tahun, soalnya awal jualan jamu di sini (Kelurahan Leuwigajah) itu tahun 1982," kata Sulinem, Selasa (4/11) dikutip dari detikJabar.

Berjualan jamu semenjak masih gadis, hari demi hari ia lakoni sampai akhirnya menemukan tambatan hati. Sulinem menikah dengan suaminya sampai kini dikaruniai delapan orang anak.

ADVERTISEMENT

"Jadi saya jualan jamu dari zaman harganya segelas itu 25 perak (Rp25), sampai sekarang Rp4 ribu paling mahal. Alhamdulillah bisa menyekolahkan delapan anak, sekarang semua sudah bekerja," kata Sulinem sembari tersenyum.

Ia tak pernah mengeluh, kendati hujan angin langkahnya tetap kokoh. Tubuhnya terjaga, tak cuma karena berjalan puluhan ribu langkah sehari, tentunya karena dopping minum jamu yang ia olah setiap hari.

"Kalau capek ya pasti ada, cuma kan saya juga minum jamunya. Keluarga juga, jadi memang khasiatnya terasa. Jamu kan manfaatnya enggak instan, memang karena rutin, pasti terasa setelah tua," imbuhnya.

Perjuangan Sulinem berjualan jamu gendong selama puluhan tahun, ternyata tidak hanya bisa menghidupi keluarganya tetapi juga bisa melestarikan resep jamu yang selalu sama, peninggalan para sesepuh yang ia rawat dengan sepenuh hati.




(wsw/wsw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads