Investigasi Awal Emirates Kecelakaan-Tercebur ke Laut: Mesin Ngebut Saat Mendarat

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Investigasi Awal Emirates Kecelakaan-Tercebur ke Laut: Mesin Ngebut Saat Mendarat

Retno Ayuningrum - detikTravel
Rabu, 19 Nov 2025 14:39 WIB
BALI, INDONESIA - JUNE 01: Airbus A380-800 operated by Emirates Airlines parked is seen after landing as airplane takes off in the back at Ngurah Rai International Airport in Kuta, Bali, Indonesia on June 1, 2023. The biggest passengers plane in the world which carries 460 passengers landed for the first time in Indonesia as part of to boost tourism industries in Bali and increase the international connectivity after pandemic era. The airplane will be used regularly for Denpasar-Dubai flight. (Photo by Johannes P. Christo/Anadolu Agency via Getty Images)
Ilustrasi Emirates (Anadolu Agency via Getty Images/Anadolu Agency)
Jakarta -

Investigasi awal kecelakaan pesawat kargo Emirates di Bandara Internasional Hong Kong pada 20 Oktober terungkap. Salah satu mesin pesawat itu justru menggeber tenaga setelah menyentuh landasan, bukan melambat.

Dikutip dari scmp.com, Rabu (19/11/2025), pesawat yang mengalami kecelakaan itu adalah Emirates bernomor EK9788 yang terbang dari Dubai dan dioperasikan oleh maskapai kargo Turki, ACT Airlines. Saat mendarat di landasan utara, pesawat tiba-tiba membelok dan kehilangan kendali sebelum masuk ke perairan dekat landasan.

"Analisis ini akan membantu tim investigasi menentukan kondisi, penyebab, dan faktor yang berkontribusi terhadap kecelakaan tersebut," demikian isi laporan Otoritas Investigasi Kecelakaan Udara Hong Kong (AAIA).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut laporan awal yang dirilis AAIA, salah satu dari empat mesin pesawat, mesin nomor 4, mengalami percepatan yang tidak normal setelah pesawat menyentuh landasan. Data menunjukkan mesin itu melonjak hingga 90% tenaga (N1 forward thrust) pada pukul 03.52, lalu naik lagi hingga 107% hanya dalam 12 detik.

ADVERTISEMENT

Dua ahli penerbangan menyebut kondisi tersebut tidak lazim. Mereka menilai seharusnya mesin tidak menambah tenaga saat pesawat mendarat.

Nah, akibat dorongan mesin di sisi kanan, pesawat langsung membelok ke kiri, keluar dari landasan utara, dan menabrak mobil patroli keamanan sebelum tercebur ke laut.

Dua petugas bandara tewas dalam kejadian itu.

"Saat mendarat, seharusnya tidak ada penambahan tenaga mesin karena tujuannya memperlambat pesawat," ujar Darryl Chan Chun-hoi dari Hong Kong Institute of Engineers.

Senada, Steven Dominique Cheung, chairman Hong Kong Professional Airline Pilots Association, mengatakan hilangnya kendali dalam kondisi satu mesin bertenaga dan tiga mesin tidak aktif pasti membuat arah pesawat tak bisa dipertahankan.

Laporan itu juga mengungkap bahwa thrust reverser mesin nomor 4 sudah tidak berfungsi sejak sebelum penerbangan, tetapi dengan status itu pesawat masih diperbolehkan untuk terbang. Dengan kondisi itu pesawat tetap bisa mengandalkan sistem autobrake dan tiga reverser lainnya.

Namun, setelah touchdown, autobrake mendadak nonaktif, sehingga kru harus mengerem secara manual. Sebab hilangnya autobrake belum diketahui dan masih menunggu investigasi lanjutan.

Pemerintah Hong Kong mematok target laporan lengkap rampung dalam satu tahun, meskipun investigasi serupa biasanya membutuhkan waktu lebih lama.




(fem/fem)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads