Viswashkumar Ramesh merupakan satu-satunya korban selamat kecelakaan Air India yang jatuh pada 12 Juni 2025. Orang-orang menyebutnya keajaiban, tapi baginya kenyataan ini tak ubahnya penyiksaan.
Empat bulan setelah kecelakaan itu terjadi, Ramesh muncul Kembali di depan awak media. Ramesh yang tinggal di Leicester, Inggris, lewat wawancara dengan BBC, menceritakan bagaimana hidupnya kini berubah 180 derajat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski disebut keajaiban, bayang-bayang maut itu terus berputar di kepalanya. Ajay, adik laki-lakinya yang menjadi salah satu korban tewas, tak luput dari ingatannya. "Sejak kembali ke rumahnya di Leicester, Ramesh berjuang melawan gangguan stres pascatrauma (PTSD)," kata para penasihatnya.
Ramesh bahkan tidak berbicara kepada istri dan anaknya yang berusia empat tahun. "Saya satu-satunya yang selamat. Namun, saya masih belum percaya. Ini sebuah keajaiban," ungkap Ramesh dalam Bahasa Gujarati dengan bantuan penerjemah.
Kehilangan Ajay menjadi tamparan keras untuk Ramesh. Ternyata Ajay-lah yang selama ini menjadi tulang punggung untuknya dan keluarga.
"Selama beberapa tahun terakhir dia selalu mendukung saya. Sekarang saya sendirian. Saya hanya duduk di kamar, tidak berbicara dengan istri dan putra saya," kata Ramesh.
"Saya suka menyendiri di rumah," lanjutnya.
BBC melakukan wawancara dengan diskusi yang sangat hati-hati. Ramesh bukan sekadar korban, tapi juga satu-satunya yang hidup dari 241 orang di pesawat itu. Saat ditanya tentang kenangan tentang hari kecelakaan itu, Ramesh hanya menjawab singkat.
"Saya tidak bisa mengatakan apa-apa tentang itu sekarang," ujarnya.
Ditemani oleh tokoh masyarakat setempat Sanjiv Patel dan juru bicara Radd Seiger, Ramesh mengatakan terlalu menyakitkan untuk mengingat kembali peristiwa bencana tersebut. Ramesh pun menangis tersedu-sedu dalam wawancara itu.
"Bagi saya, setelah kecelakaan ini... sangat sulit. Secara fisik, mental, juga keluarga saya, secara mental... ibu saya selama empat bulan terakhir, ia duduk setiap hari di luar pintu, tidak berbicara, tidak ada apa-apa," lanjutnya
Ramesh mengaku tidak suka berbicara dengan siapa pun. Ia menderita secara mental. "Setiap hari terasa menyakitkan bagi seluruh keluarga," ujarnya.
Tak hanya mental, penderitaan fisik pun masih dirasakannya. Saat kecelakaan, tubuhnya terlempar dari kursi 11A melalui celah di badan pesawat.
Ada rasa nyeri yang tertinggal di kaki, bahu, lutut dan punggung. Ia masih belum bisa bekerja dan mengemudi sejak tragedi itu. "Ketika saya berjalan, tidak berjalan dengan benar, perlahan, istri saya membantu," tambahnya.
"Ramesh didiagnosis menderita PTSD saat dirawat di rumah sakit di India, tetapi belum menerima perawatan medis apa pun sejak kembali ke rumah," kata para penasihatnya.
Dalam laporan awal yang diterbitkan oleh Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India, kecelakaan ini terjadi karena pasokan bahan bakar ke mesin, ditutup beberapa detik setelah pesawat terbang. Penyelidikan masih berlangsung.
Baca juga: Pilot India Waswas dengan Pesawat Boeing  | 
(bnl/ddn)












































                    
            
            
 
 
 
 
 
 
 
 
Komentar Terbanyak
IKN Disorot Media Asing, Disebut Berpotensi Jadi Kota Hantu
Thailand Minta Turis Israel Lebih Sopan dan Hormat
Wisatawan di IKN: Bersih dan Modern Seperti Singapura, tetapi Aneh dan Sepi