Melihat Gejala Turis China Meninggal di Hostel Canggu, Dokter: Bukan Musibah, Ini Tragedi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Melihat Gejala Turis China Meninggal di Hostel Canggu, Dokter: Bukan Musibah, Ini Tragedi

Femi Diah - detikTravel
Sabtu, 22 Nov 2025 06:00 WIB
Turis asal China ditemukan meninggal di penginapan bertarif murah di Bali. Dia dicurigai keracunan.
Turis China Deqing Zhuoga ditemukan meninggal di penginapan bertarif murah di Bali. Dia dicurigai keracunan. (Daily Mail)
Jakarta -

Seorang turis China Deqing Zhuoga meninggal dunia di sebuah hostel di Canggu, Bali diduga keracunan pestisida untuk kutu busuk di penginapan tersebut. dr. Erta Priadi Wirawijaya, SpJP menilainya sebagai sebuah tragedi.

Dikutip dari Daily Mail, Jumat (21/11/2025), Deqing meninggal setelah sempat pingsan. Dia juga muntah-muntah hebat dan menggigil saat tinggal penginapan bertarif USD 9 (Rp 150 ribu) per malam tersebut.

Sempat memeriksakan diri ke klinik, tetapi dia memilih untuk kembali ke penginapan karena tidak memiliki cukup uang. Petaka berlanjut, dia tewas di kamar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya Deqing yang celaka, sejumlah turis lain yang menginap di sana juga sakit. Turis China lainnya, Leila Li, dan wisatawan Jerman Melanie Irene dan Alisa Kokonozi, warga negara Saudi Alahmadi Yousef Mohammed, tamu Filipina Cana Clifford Jay, dan turis China lainnya Leslie Zhao, juga mengalami gejala serupa.

"Ini bukan sekedar musibah. Menurut saya ini tragedi yang sebenarnya itu bisa dicegah 100 persen," kata dr Erta dalam unggahan video di Instagramnya. detikTravel sudah mendapatkan izin untuk mengutip pernyataannya dalam video itu.

ADVERTISEMENT

Dalam video itu dr Erta membeberkan kronologi. Mulai dari beberapa tamu hostel mulai mengalami gejala aneh. Mereka muntah hebat, pusing, lemas, dan beberapa dari tamu itu bahkan kolaps.

"Mereka mengira mungkin karena makanan atau kurang minum. Tapi setelah ada pemeriksaan lebih lanjut dari berbagai pihak, muncul satu fakta penting. Hostel itu punya riwayat infestasi serangga, tepatnya bedbugs alias kutu kasur. Ini adalah serangga kecil yang suka hisap darah," kata dia.

"Kalau digigit, memang gantalnya itu bisa bikin Anda menggaruk seperti sedang merawat kenangan pahit ya. Tapi, sekali lagi, bedbugs ini tidak pernah menyebabkan muntah, pingsan, diare parah, kolaps, apalagi kematian. Jadi bukan serangganya yang berbahaya, tapi cara membasminya," dia membeberkan.

Diduga karena Pembasmian Kutu Kasur dengan Insektisida Kuat

Kemudian, dr Erta membeberkan bahwa hostel itu kemungkinan melakukan pembasmian kutu kasur dengan cara yang tidak aman dan tidak tepat.

"Nah, inilah masalah besarnya ya. Hostel tersebut diduga melakukan fumigasi menggunakan insektisida yang sangat kuat. Banyak tempat murah itu menggunakan bahan kimia, golongan organofosfat atau karbamat. Contohnya itu diklorfos, melation, chloropyrifos, atau karbaril," kata dia.

"Nah, ini adalah insektisida yang sebenarnya tidak boleh digunakan sembarangan di ruangan tertutup. Kalaupun mau digunakan di ruangan, ya ruangannya itu sebaiknya ventilasinya bagus dan harus dikosongkan selama tiga hari.

dr. Erta lantas menjelaskan dampak saat bahan kimia itu terhirup oleh manusia di dalam ruang tertutup. Dia mengatakan bahwa gejalanya sangat khas.

"Dampaknya bagaimana kalau sampai terhirup? Kalau misalnya terhirup, dalam konsentrasi tinggi, organophosphat ini langsung bekerja menyerang sistem saraf, memblokir enzim yang dibutuhkan tubuh untuk mengatur nafas," ujar dia.

"Gejalanya itu khas, muntah terus-menerus, air liurnya berlebihan, keringat dingin, pupil mengecil, pusing, ototnya berkedut, kejang, dan akhirnya ada gagal nafas akut. Itu sebabnya seseorang itu bisa tidak bangun lagi, bukan karena diare, tapi karena paru-parunya itu berhenti bekerja," dia menegaskan.

Sempat Ditangani Medis, tapi Mau Tak Mau Kembali ke Penginapan

Dari kronologis yang diungkap oleh Daily Mail, Deqing sempat diperiksa di sebuah klinik di Canggu. Namun, dia memilih untuk kembali ke penginapan karena tidak memiliki uang untuk biaya perawatan.

"Yang menyedihkan adalah korban tersebut sebenarnya sempat dibawa ke dokter malam sebelumnya. Namun, karena dia tidak bisa membayar biaya perawatan, dia dipulangkan," kata dr Erta.

"Padahal untuk pasien dengan gejala keracunan seperti itu, langkah paling penting yang bisa dilakukan dokter adalah memberikan infus, oksigen, cuci lambung kalau perlu, dan antidotum seperti atropin untuk keracunan organofosfat," ujar dia lagi.

"Bahkan, kalau dokter hanya menahan pasien semalam untuk observasi, memberikan cairan, dan memastikan dia tidak kembali ke ruangan yang penuh racun itu, besar kemungkinan pasien ini masih hidup di hari ini. Tapi, karena tidak ada asuransi, tidak ada dana, tidak ada sistem perlindungan turis yang wajib, dia dipaksa kembali ke kamar. Dan kamar itu tanpa ia sadari adalah ruangan dengan konsentrasi gas pestisida yang mematikan," dia membeberkan.

Halaman 3 dari 2


Simak Video "Video Minibus Wisatawan China Tabrak Pohon di Bali, 5 Orang Tewas"
[Gambas:Video 20detik]
(fem/wsw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads