Mencekam, Turis Terjebak di Kereta Tiga Hari Saat Banjir Besar di Vietnam

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mencekam, Turis Terjebak di Kereta Tiga Hari Saat Banjir Besar di Vietnam

Femi Diah - detikTravel
Selasa, 25 Nov 2025 22:37 WIB
Vietnam banjir, turis dievakuasi
Ilustrasi Vietnam banjir (AFP-Yonhap)
Jakarta -

Seorang turis asal Ceko terjebak di dalam kereta saat banjir besar melanda Vietnam. Bukan satu atau dua jam, tetapi dia berada di dalam kereta itu selama tiga hari.

Turis bernama Nicola Burianova itu tiba di Stasiun Saigon dengan antusias pada 18 November 2025. Saat itu, dia sudah mengetahui bahwa kereta SE2, yang akan ditumpangi, tertunda hingga pukul 19.25. Keterlambatan itu diakibatkan oleh cuaca buruk.

Setelah berjam-jam menunggu, akhirnya dia naik ke kereta. Tak butuh waktu lama, dia pun tertidur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Petaka itu dimulai saat tengah malam. Dia terbangun karena merasa ada yang aneh. Kereta berhenti total. Dari balik jendela dia melihat hujan sedang turun dengan deras.

Kereta kemudian melakukan pemberhentian darurat di Stasiun Tuy Hoa, Dak Lak. Rupanya kawasan itu dilanda banjir. Air yang terus naik membuat jalur di depan berisiko longsor dan membahayakan perjalanan kereta.

ADVERTISEMENT

"Situasinya sangat buruk. Hujan deras dan hampir tidak ada yang bisa berbahasa Inggris," kata Burianova dikutip dari Vietnam Express, Rabu (26/11).

Seiring berjalannya waktu, banjir semakin tinggi dan situasinya semakin mencekam. Jalur kereta Nha Trang-Tuy Hoa dan jalan raya di sekitarnya terputus total.

Ratusan penumpang, termasuk banyak turis asing, terjebak di tengah banjir. Hingga pagi berikutnya, kondisi masih belum membaik.

Para penumpang diizinkan turun di siang hari, tetapi Burianova menyadari bahwa tetap berada di dalam kereta jauh lebih aman. Sebab, jalan-jalan utama Tuy Hoa terendam air setinggi 0,5-1 meter.

"Orang-orang harus berjalan di air setinggi pinggang. Saya beruntung punya tempat kering untuk tidur dan makan," ujar dia.

Petugas kereta bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan air toilet. Kru lain harus menyiapkan makanan buat ratusan penumpang. Di kereta itu bahan makanan hanya cukup untuk satu hari.

Seorang juru bicara perusahaan kereta mengatakan bahwa 30 staf harus menembus banjir hampir tiga kilometer untuk mencapai pasar setempat. Usaha mereka buntu karena banyak kios masih terendam atau tutup.

Setiap kali memasak, mereka membutuhkan sekitar 50 kg beras, lebih dari 10 kg daging, dan puluhan kilogram sayuran, sehingga harus berkeliling ke berbagai kios untuk mengumpulkan bahan makanan.

Burianova membeli bir dan camilan dari toko kecil di dekat stasiun.

Pada 20 November pagi, air kembali naik lebih tinggi. Dari dalam kereta, Burianova melihat warga memanjat atap menunggu penyelamatan, tim perahu dan tim darurat bekerja tanpa henti. Di dalam kereta, sistem sanitasi mulai bermasalah dan bau tidak sedap menyebar, tetapi penumpang sebagian besar tetap sabar.

"Melihat staf kereta yang basah kuyup berusaha memompa air agar penumpang bisa memenuhi kebutuhan dasar, saya merasa ketidaknyamanan saya tidak ada apa-apanya," katanya.

Ketika air mulai surut pada 21 November tengah hari, pihak berwenang mengatur evakuasi, membawa penumpang dengan bus ke Quy Nhon untuk melanjutkan perjalanan. Burianova tiba di Da Nang sekitar pukul 23.00 hari itu juga sebelum terbang ke Hanoi, mengakhiri perjalanan panjang selama 72 jam.

"Saya mengalami pengalaman yang tidak bisa digambarkan oleh buku atau itinerary wisata manapun," kata Burianova sambil menyeruput kopi di Train Street Hanoi pada 22 November pagi.

Sedikitnya 91 orang meninggal akibat banjir, dengan Provinsi Dak Lak menyumbang 63 korban. Banyak bagian dari destinasi wisata populer seperti Quy Nhon dan Phu Yen masih terendam, sementara pemerintah dan masyarakat di seluruh negeri berlomba mengirim bantuan darurat bagi warga terdampak banjir.




(fem/fem)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads