Kota Roma terus berjuang untuk melindungi warisan budaya Italia. 300 petugas terjun ke lapangan, namanya Carabinieri TPC (Tutela Patrimonio Culturale).
Pada Juni 2023, sebuah video viral membuat Kota Roma geger, seorang turis mengukir "Ivan + Hayley 23" di dinding Colosseum. Pelaku berusia 27 tahun dan tinggal di Inggris, ia akhirnya dilacak oleh polisi Italia dan menghadapi tuntutan dengan potensi denda €15.000 dan hukuman penjara hingga lima tahun.
Insiden ini menjadi berita utama internasional, tetapi bagi mereka yang bekerja untuk melindungi warisan Roma, ini hanyalah satu dari ratusan kasus.
Dikutip dari Wanted in Rome pada Kamis (27/11/2025), Colosseum dikunjungi lebih dari tujuh juta pengunjung pada tahun 2023, dengan jumlah pengunjung harian seringkali melampaui 20.000 selama puncak musim panas di tahun 2024.
Arus wisatawan yang tak henti-hentinya ini telah menyebabkan kerusakan alami dan vandalisme yang disengaja. Kasus-kasus lain pun terus bermunculan.
Demi menjaga itu, Italia menugaskan Komando Carabinieri untuk Perlindungan Warisan Budaya, yang dikenal sebagai TPC (Tutela Patrimonio Culturale).
Didirikan pada tahun 1969, setahun sebelum Konvensi UNESCO tentang perlindungan properti budaya, TPC merupakan kepolisian khusus pertama di dunia yang didedikasikan untuk memerangi kejahatan seni dan barang antik. Saat ini, TPC beroperasi dengan sekitar 300 petugas yang tersebar di 16 unit regional di seluruh Italia.
Pencapaian TPC dalam memulihkan karya seni yang dicuri tercatat mengesankan. Pada tahun 2023 saja, unit ini telah memulihkan lebih dari 105.000 karya seni, meningkat dari lebih dari 80.000 pada tahun 2022.
Pada tahun 2020, meskipun terjadi pandemi, mereka telah memulihkan 501.574 properti budaya yang dicuri. Unit ini mengelola basis data barang budaya curian terbesar di dunia, Banca Dati Leonardo, yang berisi sekitar 1,3 juta berkas.
Tak sampai di situ, pekerjaan mereka meluas secara internasional. Irak, Kroasia, Albania, dan Lebanon meminta bantuan TPC dalam perlindungan warisan budaya pascakonflik dan bencana alam.
Meski sudah dipercaya dalam kancah internasional, namun kasus vandalisme di monumen Italia dianggap tak mudah. 300 petugas yang bertanggung jawab untuk melindungi seluruh warisan budaya Italia, ternyata tidak mempan.
Banyaknya pengunjung dan lokasi situs warisan yang tersebar di seluruh negeri membuat sebagian besar tindakan vandalisme dianggap remeh, bahkan ketika disaksikan dan dilaporkan.
Banyak turis yang ketahuan merusak monumen mengaku tidak tahu hukum atau makna dari apa yang mereka rusak. Seorang pelaku bersikeras bahwa ia tidak tahu bahwa Colosseum setua itu.
Turis Swiss berusia 17 tahun mengukir inisial namanya di monumen Colosseum dan mendapat perlindungan dari orang tuanya.
"Dia hanya seorang gadis muda, dia tidak melakukan kesalahan apa pun," ujar orang tuanya.
Kerumunan besar di tempat-tempat populer membuat pemantauan perilaku individu menjadi sangat sulit. Saat turis masuk tanpa pemandu, pengawasan menjadi semakin sulit.
Menanggapi masalah ini, Italia memberlakukan undang-undang yang lebih ketat. Pada April 2023, undang-undang baru meningkatkan denda maksimum untuk kerusakan monumen menjadi €60.000 (Rp 1.155.000.000), yang bertujuan untuk mencegah potensi vandalisme dan untuk mengimbangi biaya restorasi.
Undang-undang ini tidak hanya menyasar vandalisme biasa, tetapi juga aktivis lingkungan yang semakin banyak menyasar situs budaya untuk menarik perhatian pada tujuan mereka.
Para pakar konservasi menekankan bahwa praktik pariwisata berkelanjutan harus diprioritaskan. Ini mencakup pelapis pelindung untuk permukaan yang rentan, jalur pengunjung yang terkendali, dan kampanye edukasi. Tur realitas virtual dan rekonstruksi digital sedang dieksplorasi sebagai alternatif yang dapat mengurangi dampak fisik sekaligus mempertahankan akses pengunjung.
Beberapa pakar menyarankan untuk membatasi akses fisik sepenuhnya ke area sensitif. Jika penasaran, turis bisa menikmatinya lewat tur virtual.
TPC, di sisi lain, menekankan bahwa perlindungan warisan budaya yang efektif membutuhkan kolaborasi dan kesadaran publik. Sebagaimana dicatat dalam salah satu publikasi CoESPU tentang perlindungan tersebut.
"Kesadaran bahwa warisan budaya adalah bagian dari identitas kita, 'rumah' kita, adalah satu-satunya alat yang dapat memastikan perlindungan yang berkelanjutan dan efektif," ujar pejabat TPC.
Simak Video "Video AC Milan Vs AS Roma: Dybala Gagal Penalti, Rossoneri Menang 1-0"
(bnl/ddn)