Gajah Sumatera Jadi Kunci Pemulihan Ekosistem di Tesso Nilo

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Gajah Sumatera Jadi Kunci Pemulihan Ekosistem di Tesso Nilo

Nyimas Amrina Rosada - detikTravel
Jumat, 28 Nov 2025 13:07 WIB
Seekor anak gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) yang baru lahir berada di dekat induknya di Camp Flying Squad Taman Nasional Tesso Nilo Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Jumat (1/9/2023). Induk gajah bernama Lisa yang berumur 41 tahun tersebut melahirkan seekor bayi gajah berjenis kelamin betina dengan berat 139 kg pada 31 Agustus 2023. ANTARA FOTO/Yudhie/tom.
Gajah sumatera di TN Tesso Nilo (Nova Wahyudi/Antara)
Jakarta -

Populasi gajah sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) tetap stabil dan berperan penting menjaga keseimbangan ekosistem. Satwa itu membantu menyebarkan benih, membuka jalur hutan, dan melindungi habitat bagi spesies lain.

TNTN menghadapi tantangan serius akibat penyusutan luas hutan dari sekitar 81.793 hektare menjadi hanya 12.561 hektare. Saat ini, pemerintah dan Balai TNTN tengah berupaya melakukan konservasi tetapi tidak berjalan mulus. Pekebun sawit ilegal menentang, termasuk melakukan perusakan di gerbang TNTN.

Fotografer satwa liar Regina Safri menekankan pentingnya gajah bagi keseimbangan ekosistem.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Gajah adalah 'insinyur hutan'. Mereka membantu menyebarkan benih pohon, membuka jalur alami, dan menjaga struktur hutan tetap sehat. Jika gajah terjaga, hutan juga sehat, dan manusia mendapat manfaat dari oksigen dan lingkungan yang lebih baik," kata Regina dalam perbincangan dengan detikTravel, Kamis (27/11/2025).

ADVERTISEMENT

Gajah adalah insinyur menunjukkan kemampuan gajah yang mampu menjaga struktur hutan, kestabilan ekosistem, dan keberlangsungan alam.

Gajah sumatra juga spesial dengan kemampuannya membuka jalur alami hutan. Saat mereka berjalan, gajah membersihkan semak-semak, merobohkan pepohonan yang sudah mati, dan menciptakan ruang agar sinar matahari masuk ke daerah tak terjangkau hutan.

Pergerakan itu membantu mempertahankan struktur lanskap hutan. Jalur yang dilalui dapat digunakan oleh satwa lain dan menumbuhkan mikroorganisme alami di dalam hutan.

Selain itu, gajah digambarkan sebagai penyebar benih alami yang sangat efektif. Gajah membawa biji-bijian dari berbagai jenis pohon melalui jarak yang jauh. Benih itu terbawa melalui sistem pencernaan mereka dan keluar bersama kotoran yang kaya nutrisi, sehingga memberi potensi hidupnya mikroorganisme baru.

Para penliti juga menemukan bahwa banyak pohon berkepadatan karbon tinggi dapat tumbuh besar dari proses penyebaran benih oleh gajah. Tanpa gajah, regenerasi alami pohon-pohon besar semakin rentan dan membutuhkan waktu yang lebih lama.

DI TNTN, penggundulan lahan secara tidak langsung merenggut jalur jelajah gajah sumatra. Kondisi itu berdampak pada mereka yang kehilangan akses ke sumber makanan dan menghambat proses penyebaran benih di wilayah yang lebih jauh.

Karena gajah hidup dan bergerak di wilayah yang sangat luas, upaya perlindungan terhadap mereka secara otomatis ikut menjaga berbagai spesies lain yang berada dalam jangkauan tersebut. Inilah yang membuat gajah dikenal sebagai spesies payung.

Konsep spesies payung ini menegaskan perlunya menyediakan ruang hidup yang sangat luas bagi gajah untuk menjaga kelangsungan populasinya.

Menjaga keberlangsungan kawasan hutan sebagai habitat dan rumah asli gajah sumatra menjadi tujuan utama untuk mencegah populasi gajah dari kepunahan.




(fem/fem)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads