×
Ad

Weleh, Erupsi Semeru Malah Jadi Wisata Dadakan!

Allysa Salsabillah Dwi Gayatri - detikTravel
Jumat, 28 Nov 2025 15:54 WIB
Foto: Nur Hadi Wicaksono/detikJatim
Lumajang -

Aktivitas Gunung Semeru hingga saat ini masih Level IV (Awas), masih teramati 11 kali letusan dengan asap putih kelabu mencapai ketinggian 1.000 meter pada periode 26-27 November.

Namun, justru ketika aktivitas Semeru sedang tinggi-tingginya beberapa waktu lalu, cukup banyak masyarakat yang berdatangan untuk berwisata.

Berdasarkan laporan khusus Badan Geologi Kementerian ESDM, pada periode 26-27 November 2025 hingga pukul 12.00 WIB aktivitas erupsi Semeru terus berkelanjutan.

Gunung tampak jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah tidak teramati dan terlihat 11 kali letusan dengan ketinggian mencapai 1.000 meter tersebut.

Badan Geologi menegaskan kejadian letusan yang terjadi belakangan masih sejalan dengan pola aktivitas pasca-awan panas yang terjadi pada 19 November 2025, yang menunjukkan karakter erupsi eksplosif dengan skala kecil-menengah dari Kawah Jonggring Saloka. Hingga periode pengamatan yang sama pukul 12.00 WIB terjadi 251 kali Gempa Letusan, 11 kali Gempa Guguran, 20 kali Gempa Embusan, dan 7 kali Gempa Tektonik Jauh. Di tengah situasi seperti inilah, ketika warga di beberapa desa di Lumajang diminta untuk mengungsi demi keselamatan mereka, justru muncul warga dari berbagai daerah lain selain Lumajang yang sengaja ngonten dan menjadikan situasi erupsi Semeru ini sebagai 'wisata dadakan'. Lokasi bencana yang seharusnya menjadi area terbatas malah dijadikan spot foto dan tontonan.

Warga Dilarang Datang untuk Foto-foto

Sejumlah konten di media sosial viral menunjukkan bagaimana orang-orang ini berdatangan ke sejumlah lokasi terdampak bencana untuk berfoto atau sekadar menonton.

Salah satunya di Jembatan Gladak Perak. Kelakuan ini membuat polisi bertindak tegas dengan mengusir dan melarang warga menjadikan area terdampak APG sebagai wisata dadakan.

Kapolres Lumajang AKBP Alex Sandy Siregar memerintahkan jajarannya untuk mengusir dan melarang warga berdatangan ke lokasi bencana erupsi Gunung Semeru yang dijadikan wisata dadakan.

Saat itu pihaknya mengimbau dan melarang keras warga datang ke lokasi bencana hanya untuk berwisata. Ia menegaskan bahwa lokasi terdampak erupsi adalah area musibah, bukan tempat wisata. "Kami perintahkan anggota yang ada di sejumlah titik lokasi bencana terdampak paparan vulkanik Awan Panas Guguran (APG) Gunungapi Semeru untuk mengusir dan melarang warga yang datang ke lokasi hanya untuk berfoto ria. Ini bukan tempat wisata, ini musibah," kata Alex kepada wartawan, Kamis (20/11).

Menanggapi fenomena ini, pengamat sosial Prof. Dr. Bagong Suyanto, Drs., M.Si., menilai bahwa tindakan tersebut tidak memiliki empati sama sekali. Mereka hanya peduli tentang engagement untuk akun media sosial pribadi.

"Influencer instan cenderung tidak memiliki kepekaan sosial. Yang dikejar bagaimana mendapatkan viewer sebanyak mungkin. Ini soal empati. Mestinya bencana tidak dijadikan moment untuk membuat konten," ujar Prof. Bagong, kepada detikJatim, Kamis (27/11/2025).

***

Artikel ini sudah tayang di detikJatim, Baca selengkapnya di sini.



Simak Video "Video Nyaris Gelap! Sore Bak Malam di Jalur Lumajang-Malang gegara Abu Semeru"

(ddn/ddn)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork