×
Ad

Pakar UI: Kombinasi Maut Hujan Aneh & Deforestasi Penyebab Banjir Ekstrem Sumatera

Femi Diah - detikTravel
Senin, 01 Des 2025 09:31 WIB
Foto udara Jembatan Beutong Ateuh Banggalang yang putus diterjang banjir bandang di jalan lintas tengah Nagan Raya-Aceh Tengah di Desa Kuta Teugong, Beutong Ateuh Banggalang, Nagan Raya, Aceh, Minggu (30/11/2025). (Syifa Yulinnas/Antara)
Jakarta -

Banjir ekstrem yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat memunculkan spekulasi soal kayu gelondongan yang terbawa banjir. Pakar lingkungan Universitas Indonesia Dr. Ir. Mahawan Karuniasa, MM menyebut kayu-kayu itu menunjukkan betapa dahsyatnya hujan yang melanda tiga provinsi Sumatera itu.

Sejumlah video menampilkan ribuan kayu gelondongan terbawa saat banjir bandang di sejumlah daerah di Sumatera Utara (Sumut) viral di media sosial. Kayu-kayu gelondongan yang terbawa banjir dan mengapung di Danau Singkarak, Nagari Muaro Pigai, Solok, Sumatera Barat juga terekam dalam foto udara yang diambil oleh Antara pada Minggu (30/11/2025).

Fenomena kayu gelondongan yang terbawa banjir itu memunculkan spekulasi bahwa banjir di Sumatera terkait dengan illegal logging. Mahawan menilai tudingan tersebut tidak tepat.

"Kayu-kayu yang terbawa banjir sebagian besar adalah pohon yang roboh akibat kekuatan air, bukan karena ditebang. Kalau diperhatikan dari video-video itu, ukuran kayu bervariasi. Fenomena itu lebih mencerminkan skala masif banjir daripada aktivitas penebangan," kata Mahawan dalam perbincangan dengan detikTravel, Senin (1/12).

Pakar lingkungan, dosen Sekolah Ilmu Lingkungan UI Mahawan Karuniasa (dok. pribadi)

Mahawan menjelaskan bahwa banjir di Aceh, Sumut, dan Sumbar akhir November itu bukan hujan biasa. Dia mengatakan hujan deras berhari-hari itu dipengaruhi oleh siklon tropis.

"Ini juga aneh, banjir aneh, penyebabnya juga aneh. Ada bibit siklon 95B, yang kemudian berevolusi menjadi Siklon Tropis Senyar. Yang unik, siklon tropis biasanya menjauh dari ekuator, tapi kali ini muncul di dekat garis khatulistiwa, sehingga terbentuk badai siklon," kata Mahawan.

"Jika hujan normal, air sungai biasanya mengalir tanpa menimbulkan banjir. Namun, ketika curah hujan ekstrem mencapai lebih dari 50 mm per hari, sungai-sungai di wilayah itu, yang secara morfologi tidak dirancang untuk menahan hujan sebesar ini, langsung meluap dan menimbulkan banjir bandang," dia menambahkan.

Mahawan menambahkan merujuk pengalamannya melakukan penelitian di sejumlah sungai di Mandailing dan Tapanuli Selatan, hampir semua sungai di sana memiliki batas toleransi tertentu terhadap aliran air. Saat musim kemarau, sungai bisa kering, tetapi saat hujan ekstrem, sungai-sungai ini tidak mampu menahan volume air yang masuk, sehingga terjadi banjir.

"Terlebih lagi, kehadiran siklon tropis membawa curah hujan yang sangat ekstrem, sementara ekosistem di wilayah tersebut belum siap menghadapi kondisi semacam ini," kata Mahawan.



Simak Video "Video Kabasarnas: 447 Orang Tewas Akibat Bencana Sumatera, 33.620 Jiwa Terdampak"


(fem/fem)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork