Organisasi pecinta satwa, People for the Ethical Treatment of Animals (PETA) Australia menuding tiga destinasi wisata di Bali melakukan tindakan penyiksaan gajah.
Penyiksaan gajah itu dituding terjadi di destinasi yang menampilkan atraksi hewan gajah di Bali. PETA menyebut ketiga destinasi wisata itu menjauhkan gajah dari habitat aslinya dan mengelabui wisatawan untuk membayar penyiksaan hewan.
"PETA mendorong wisatawan untuk melakukan riset dahulu dan menghindari destinasi dengan klaim 'menyelamatkan', namun memaksa gajah berinteraksi dengan wisatawan," kata Penasihat Kampanye Senior PETA Australia, Mimi Bekhechi, dikutip dari laman peta.org.au, Kamis (11/12/2025).
PETA yang merupakan lembaga nirlaba untuk melindungi hak-hak hewan menungkapkan gajah dewasa sekarang banyak yang hidup dalam perbudakan, dirantai saat tidak bekerja, dan diancam terus menerus dengan kekerasan fisik dan hukuman psikologis.
Gajah seharusnya hidup dalam kawanan yang dipimpin induk betina, saling melindungi, dan berbagi tanggung jawab memelihara bayi gajah dalam kawanan. Sayangnya, kata Mimi, induk gajah dipaksa menjadi objek wisata sehingga anaknya dipisahkan sejak bayi.
Dalam rekaman video tersembunyi yang menampilkan para pawang gajah, mereka dengan terbuka membawa alat bernama angkusa (bullhook) saat menaiki gajah.
Angkusa (bullhook) merupakan tongkat dengan mata pisau dari logam yang tajam dan melengkung di salah satu ujungnya. Bentuknya menyerupai pengait dengan ujung yang runcing.
Dalam tayangan berdurasi satu menit tersebut, pawang gajah kerap mengarahkan ujung runcingnya ke kepala gajah untuk mengendalikan mereka. Menurut PETA, alat ini membuat gajah menderita dan terluka.
Simak Video "Video: Heboh Anak Babi di NTT Bentuknya Mirip Gajah"
(wsw/wsw)