Mendaur ulang produk ekonomi kreatif, terutama industri fashion penting untuk dilakukan supaya tidak menghasilkan sampah berlebih yang bisa mencemari lingkungan.
Kementerian Ekonomi Kreatif pun mempunyai jurus untuk mendaur ulang seragam kantor yang tidak terpakai menjadi produk baru guna mendukung praktik fesyen berkelanjutan.
"Fesyen sirkular bukan hanya mengedepankan estetika, tetapi juga functionality. Maka, kita harus paham sustainable seperti apa daur ulang masuk dalam fenomena fast fashion, mengingat 10 persen dari limbah-limbah yang ada di sekitar kita berasal dari produk fast fashion," kata Wakil Menteri Ekraf, Irene Umar seperti dikutip Antara, Jumat (19/12/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Irena pun berharap, setiap kita selesai berbelanja produk fashion, harus diingat akan ada dampak ekonomi dan lingkungan yang dihasilkan.
"Let's choose wisely, let's live wisely as a valuable human being," kata dia sembari mengajak warga untuk memilih produk secara bijak serta menjalani hidup secara bijak.
Menurut riset Pable, mendaurulang setiap kilogram pakaian seragam yang tidak terpakai bisa mengurangi emisi karbon dari pembuatan kain baru setara dengan 315 kilogram CO2 dan menyelamatkan 14 pohon.
Setiap tahunnya limbah tekstil global mencapai 92 juta ton, tetapi hanya sekitar satu persen yang diolah kembali. Sistem ekonomi sirkular bisa menjadi salah satu solusi dalam upaya mengatasi masalah limbah tekstil.
Sedangkan menurut data Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Indonesia menghasilkan sekitar 2,3 juta ton limbah tekstil setiap tahun.
Dari jumlah itu, hanya 300.000 ton yang dapat didaur ulang, sisanya berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) atau dibakar, yang berkontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca.
(wsw/wsw)












































Komentar Terbanyak
Bonnie Blue, si Artis Porno Penuh Sensasi Itu Akhirnya Diusir dari Bali
5 Negara yang Melarang Perayaan Natal, Ini Alasannya
Fadli Zon Jumpa PB XIV Mangkubumi di Jakarta, Bahas Kepemimpinan Keraton Solo