4 Tips Memperlakukan Sampah yang Benar di Gunung

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Traveler Peduli Sampah

4 Tips Memperlakukan Sampah yang Benar di Gunung

Johanes Randy - detikTravel
Senin, 06 Jul 2015 17:05 WIB
4 Tips Memperlakukan Sampah yang Benar di Gunung
(Thinkstock)
Jakarta - Naik gunung memang menyenangkan, tapi jangan lupa bawa turun kembali sampahnya. Sebelum mulai naik gunung, sebaiknya perhatikan dulu 4 tips memperlakukan sampah yang benar di gunung.

Tidak membuat api unggun sampai sampai jangan lupa mengubur bekas kotoran yang kita buang, merupakan beberapa cara untuk menjaga gunung tetap lestari. Berdasarkan obrolan dengan founder Trashbag Community Ragil Budi Wibowo beberapa waktu lalu, detikTravel menghimpun 4 tips memperlakukan sampah di gunung:

1. Jangan buat api unggun

(Thinkstock)
Tidak sedikit pendaki yang membuat api unggun saat naik gunung, adapun hal itu sebaiknya dihindari. Faktanya, api unggun berpotensi untuk menjadi tempat berkumpulnya sampah hingga memicu kebakaran hutan.

"Kita sangat keras untuk melarang anak-anak buat api unggun, pertama itu jelas pemicu kebakaran hutan, kedua itu cikal bakal spot sampah baru," ujar salah satu founder Trashbag Community, Ragil Budi Wibowo.

Jika seandainya perlu api untuk memasak, sebaiknya bawa saja kompor gas atau parafin. Kedua barang itu jauh lebih ramah lingkungan ketimbang membakar kayu atau membuat api unggun.

2. Bawa yang organik

(Thinkstock)
Sampah plastik yang dibawa pendaki adalah sampah yang lama terurai. Untuk menyikapi hal tersebut, usahan untuk membawa barang yang bersifat organik saat naik gunung. Fungsinya tentu saja agar sampah lebih cepat terurai.

"Lebih memaksa teman-teman untuk membawa yang organik seperti sayur atau buah-buahan," ujar Ragil.

3. Sampah jangan dibakar

(dok Trashbag Community)
Jika naik gunung, pastikan untuk selalu membawa sampah turun dan tidak membakarnya. Selain salah, sampah yang dibakar bisa jadi mengandung zat yang berbahaya untuk tubuh dan alam, seperti misalnya sampah plastik.

"Sampah jangan dibakar, terutama sampah plastik, karena bisa jadi mengandung zat berbahaya yang dikeluarkan (kalau dibakar-red)," ujar Ragil.

4. Kubur tinja yang benar

(Iie/Istimewa)
Faktanya, kotoran manusia merupakan salah satu sampah yang cukup banyak ditemui di gunung. Kurangnya kepedulian pendaki untuk membersihkan dan mengubur sisa fesesnya membuat gunung menjadi kotor dan menjijikkan.

"Kalau buang sampah bekas feses itu dikubur seperti kucing, jangan bertebaran di sumber air atau jalur pendakian," ujar Ragil

Siapa yang tidak jijik jika menjumpai feses manusia saat tengah mendaki. Buang air merupakan kebutuhan biologis manusia, tapi lakukan dengan penuh tanggung jawab sesuai aturan yang ada.
Halaman 2 dari 5
Tidak sedikit pendaki yang membuat api unggun saat naik gunung, adapun hal itu sebaiknya dihindari. Faktanya, api unggun berpotensi untuk menjadi tempat berkumpulnya sampah hingga memicu kebakaran hutan.

"Kita sangat keras untuk melarang anak-anak buat api unggun, pertama itu jelas pemicu kebakaran hutan, kedua itu cikal bakal spot sampah baru," ujar salah satu founder Trashbag Community, Ragil Budi Wibowo.

Jika seandainya perlu api untuk memasak, sebaiknya bawa saja kompor gas atau parafin. Kedua barang itu jauh lebih ramah lingkungan ketimbang membakar kayu atau membuat api unggun.

Sampah plastik yang dibawa pendaki adalah sampah yang lama terurai. Untuk menyikapi hal tersebut, usahan untuk membawa barang yang bersifat organik saat naik gunung. Fungsinya tentu saja agar sampah lebih cepat terurai.

"Lebih memaksa teman-teman untuk membawa yang organik seperti sayur atau buah-buahan," ujar Ragil.

Jika naik gunung, pastikan untuk selalu membawa sampah turun dan tidak membakarnya. Selain salah, sampah yang dibakar bisa jadi mengandung zat yang berbahaya untuk tubuh dan alam, seperti misalnya sampah plastik.

"Sampah jangan dibakar, terutama sampah plastik, karena bisa jadi mengandung zat berbahaya yang dikeluarkan (kalau dibakar-red)," ujar Ragil.

Faktanya, kotoran manusia merupakan salah satu sampah yang cukup banyak ditemui di gunung. Kurangnya kepedulian pendaki untuk membersihkan dan mengubur sisa fesesnya membuat gunung menjadi kotor dan menjijikkan.

"Kalau buang sampah bekas feses itu dikubur seperti kucing, jangan bertebaran di sumber air atau jalur pendakian," ujar Ragil

Siapa yang tidak jijik jika menjumpai feses manusia saat tengah mendaki. Buang air merupakan kebutuhan biologis manusia, tapi lakukan dengan penuh tanggung jawab sesuai aturan yang ada.

(sst/sst)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads