Semakin lengkap informasi terkait perjalanan yang telah didapatkan, pastinya traveler semakin siap untuk menempuh petualangan di tempat tujuan. Dari informasi seperti objek wisata di tempat tujuan, penginapan, transportasi, hingga apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Sumber informasi ini juga beragam dan bisa dipilih sesuai keinginan.
Sebelum internet merajalela, traveler tentunya banyak mencari informasi secara offline. Baik melalui buku, brosur atau bertanya langsung dengan teman yang pernah pergi ke tempat tujuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak kalah dengan penerbit luar negeri, penerbit lokal juga tak sedikit yang mengeluarkan buku traveling. Buku-buku tersebut memang bagus, tapi traveler memang harus mengeluarkan uang yang kadang tidak sedikit untuk membelinya.
Harga buku lokal biasanya lebih terjangkau, tapi terkadang informasi yang lebih mantap tentang negara itu ada di buku impor. Sebut saja serial Lonely Planet, harganya berkisar Rp 100 ribu hingga di atas Rp 400 ribu. Buku Fodor's Travel edisi Eropa pun bisa di atas Rp 300 ribu.
Di era modern seperti sekarang pun banyak yang beralih mencari informasi yang lebih praktis lewat internet. Cukup bayar biaya internet atau menumpang WiFi gratis saja sudah bisa mendapat informasi.
Situs perjalanan Agoda pun sempat mengungkapkan hasil survei sumber panduan wisata yang banyak dipakai para traveler pada bulan Mei lalu. Hasilnya, 71% traveler mencari informasi lewat online.
Soal kelengkapan, memang informasi online tak kalah dengan apa yang ada di buku. Traveler bisa membaca situs resmi objek wisata, situs pariwisata pemerintah setempat, ulasan perjalanan di dalam blog atau media online seperti detikTravel yang keterangannya lengkap!
Media sosial juga terkadang menjadi sumber informasi. Tak sedikit traveler yang bepergian lalu mengupdate kisahnya di medsos. Dari foto-foto di Instagram, Facebook atau kalimat 140 kata yang disebarkan lewat Twitter.
Membaca via internet juga lebih simpel. Hampir semua traveler memegang ponsel setiap hari, jadi informasi bisa diraih kapan saja dan di mana saja. Namun sisi buruknya adalah, wisatawan tak bisa mencari informasi jika sedang ada di daerah tanpa sinyal internet.
Berbagai metode pencarian informasi lewat buku atau internet memang punya plus minus. Tapi semuanya bisa saling melengkapi, agar acara jalan-jalan Anda lebih maksimal.
(sst/sst)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum