Bermalam di Tengah Lembah Harau

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kinanti Desyva|49882|SUMBAR|13

Bermalam di Tengah Lembah Harau

- detikTravel
Jumat, 15 Jul 2011 13:30 WIB
Sumatera Barat - Malam ini petualangan kami, saya dan Nonadita dilanjutkan ke timur kota Bukittinggi menuju Payakumbuh. Selain terdapat objek wisata Ngalau Indah, yaitu goa goa yang terbentuk secara alami juga terdapat Lembah Harau yang sudah sangat dikenal gaungnya di kalangan pemanjat tebing. Tebing tebing granitnya yang berkilauan saat air merembes katanya sangat cocok digunakan oleh orang orang yang memang gemar olah raga tersebut. Di beberapa sisi tebing bahkan sudah ada jalur yang telah dibuat oleh orang orang yang pernah memanjat di sana.
Perjalanan dari Bukittinggi ke Payakumbuh membutuhkan waktu kurang lebih dua jam karena jalannya yang berkelok kelok. Kami Β akhirnya sampai di penginapan Echo Homestay pukul delapan malam. Dengan sedikit lelah karena tour yang dilakukan sepanjang hari, saya turun dari mobil dengan setengah mengantuk. Namun udara segar yang berhembus saat membuka pintu mobil membuat kantuk saya hilang. Saya melihat sekeliling, tidak banyak yang dapat saya lihat, karena suasana yang gelap. Tidak banyak rumah penduduk di dekat penginapan ini. Saat saya mengadahkan kepala ingin melihat keadaan langit yang belakangan selalu berawan, saya dibuat tidak bisa berkata kata dengan taburan bintang yang memenuhi langit malam itu. Terlihat sangat jelas. Sampai Uni Miya, pendamping tim kami buru buru mengambil kameranya dan mengabadikan langit malam itu.
Kami melintasi beberapa petak sawah untuk memasuki penginapan satu satunya di lembah ini. Penginapan ini berbentuk cottage yang berbentuk rumah rumah kaya yang berbeda model setiap unitnya. Jadi setiap pengunjung yang bermalam di sini akan memiliki pegalaman yang berbeda beda. Setelah menaruh barang dan beristirahat sejenak, kami berkumpul di sebuah meja panjang di depan cottage. Sambil memandangi langit berbintang, telinga kami juga dimanjakan oleh suasana β€˜back to nature’ yang sangat sesuai dengan konsep penginapan Echo Homestay ini. Tidak hanya jangkrik yang meramaikan suasana malam ini tapi monyet monyet yang saling bersautan juga seperti tidak mau kalah.
Pagi harinya saya dibangunkan oleh kicauan burung berpadu dengan suara suara satwa yang tinggal di cagar alam dan konservasi Lembah Harau. Saat melihat ke jendela, saya dikagetkan oleh pemandangan yang tidak saya dapati tadi malam. Dinding granit lembah membentang sepanjang mata memandang. Dan saat saya memandang sekitar, ternyata memang benar, kami bermalam tepat di tengah lembah yang tidak jauh dari titik zero echo. Dimana saat kita teriak di titik itu, akan terdengar tujuh gema yang akan bersahut kembali.
Sudah berada di Lembah Harau, sepertinya wajib untuk mengunjungi empat air terjunnya yang terkenal yaitu Sarasa Aia Luluah, Sarasa Bunta, Sarasa Akar Berayun dan yang terakhir Sarasa Murai. Tetapi yang saya kunjungi kali ini hanya dua, Sarasa Aia Luluah dan Sarasa Bunta. Air terjun yang luar biasa cantik. Airnya sejuk dan bening. Kita juga bisa berenang di sana. Ukuran danau di bawah air terjun masing masing berbeda. Sehingga memiliki keistimewaan masing masing.
Sayang, kami tidak bisa berlama lama di sini. Semoga saja suatu hari saya dapat berlibur di Lembah ini lagi. Untuk bermalam di Echo Homestay tidak terlalu mahal, harga kamar berkisar Rp 400.000 / malam. Harga yang cukup terjangkau untuk Suasana dan kenyamanan yang dapat dinikmati di Lembah Harau.
(gst/gst)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads