Gilang Adhipratama|4994|SULUT & MALUT|49
Tentang Tidore
Kamis, 24 Feb 2011 13:02 WIB

MALUKU UTARA - Saat pertama menjejakkan kaki di pelabuhan Rum, Tidore, saya menangkap suasana pelabuhan yang sederhana. Tapi intinya hampir sama seperti pelabuhan-pelabuhan di tempat lain. Ramai angkutan umum dan mobil sewaan. Yang membedakan adalah jalan depan pelabuhan bukan jalan besar yang dilalui truk berukuran jumbo. Hanya terminal kecil dan jalan yang tidak terlalu besar juga.Pelabuhan Rum ternyata berjarak cukup jauh dari kota Tidore, angkutan umum menuju Kota Tidore hanya ada pagi sampai siang, jika sudah sore mulai jarang. Untuk menjelajah Tidore ada kendaraan yang bisa disewa. Tapi jangan kaget harganya bisa sangat mahal untuk ukuran kota kecil ini. Saya beri bocoran, di Bandung saja 300 ribu sudah bisa menyewa mobil, disini harus tambah 200 ribu dulu baru anda boleh menyewa.Β Solusinya, kami menyewa angkot untuk berkeliling Tidore dengan harga setengah dari mobil sewaan. Tidak masalah, hal ini menyenangkan sekali. Karakter angkutan umum di daerah Sulawesi Utara dan Maluku Utara adalah full music. Angkutan boleh sederhana, tapi tetap meriah. Banyak lagu baru yang masih terngiang-ngiang di kepala saya hingga sekarang.Dari laut langsung naik ke Gunung, setelah dari pantai Akasahu kami langsung menuju Gurabunga. Ada perkampungan asli masyarakat Tidore. Ada berbagai fam yang dimana masing-masing fam mempunyai rumah adat untuk berkumpul keluarga. Tidore biasanya ramai saat puasa. Menurut pemuka adat disana, Tidore bisa lebih ramai saat puasa daripada lebaran. Saat bulan puasa keturunan Tidore yang merantau keluar pulau pasti akan kembali untuk berkumpul bersama.Jalan menuju desa Gurabunga mempunyai tanjakan yang ekstrim. Menuju kesana saja harus melalui tanjakan panjang dengan sudut kemiringan hingga 30 derajat. Menuju ke Gurabunga banyak menghabiskan bahan bakar, turun dari Gurabunga banyak menghabiskan kampas rem.Pulau dengan mayoritas penduduk muslim ini semakin sore semakin sepi. Hingga pada saat maghrib kota Tidore sangat sepi. Tidak sopan jika keluar rumah pada saat maghrib, begitu kata pendamping kami yang istrinya adalah orang Tidore. Katanya tidak sopan sama mertuaβ¦Kota Tidore ini unik. Jalan dalam kota bagus, rapi dan besar. Tapi pengguna jalannya masih sedikit. Nyaman sekali karena terjamin tidak ada kemacetan. Jarak 1 mobil ke mobil di depan bisa ratusan meter, karena sangat sepi, lebih banyak pengguna sepeda motor.Trafic light pun begitu, saat naik bentor kita berhenti di pertigaan menunggu lampu hijau.Β Pertigaan sangat sepi, sekitar semenit bentor berhenti menunggu lampu berubah hijau tapi tak ada satupun mobil yang melintas, kendaraan roda dua pun mungkin sekitar 5 buah yang lewat. Tanpa trafic light sebenarnya tidak masalah.Kota Tidore bukanlah kota yang membuat penduduknya stress karena kemacetan, Suasana jauh dari keriuhan yang menjemukan membuat masyarakatnya ramah dan berhati dingin. Walaupun cara bicara keras, tetapi maksudnya baik.Menyenangkan sekali berada di Tidore. Dari kota ke pantai-pantai yang indah dekat. Mau mendaki gunung Tidore yang gagah dengan ketinggian puncak 1750 meter juga dekat. Suatu saat jika ingin mengasingkan diri saya akan ke Tidore lagi. Pulau kecil dengan kota kecil nan bersahaja di Maluku Utara.
(gst/gst)
Komentar Terbanyak
Bus Pun Tak Lagi Memutar Musik di Perjalanan
Ogah Bayar Royalti Musik, PO Bus Larang Kru Putar Lagu di Jalan
Hotel di Mataram Kaget Disurati LMKN, Ditagih Royalti Musik dari TV di Kamar