PERJALANAN GUNUNG SLAMET

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

PERJALANAN GUNUNG SLAMET

- detikTravel
Selasa, 07 Feb 2012 10:26 WIB
Indonesia, Jawa Tengah, Purwokerto -

Kamis, 12 mei 2011 pukul 16.00 tim ekspedisi seven summits sudah berkumpul di sekre fakultas kehutanan. Pada awalnya kita akan berangkat ke Gn. Slamet menggunakan kereta pukul 17,00, namun berhubung yang masih banyak perlengkapan yang belum lengkap maka keberangkatan baru pada pukul 20.00 lewat stasiun lempuyangan Yogyakarta. Pukul 23.00 tepat kita sampai di stasiun Purwokerto, ya walaupun badan letih lesu karena 3 jam perjalanan harus kita lalui dengan berdiri di kereta tapi teman-teman tetap bersemangat (ihiiirr…).

Menginjakkan kaki di tanah Purwokerto dilanjutkan dengan menyewa mobil panther untuk menuju rumah saudara teman kami, Aziz. Sesampainya dirumah kakeknya Aziz, kita disuguhi santapan mie rebus yang hangat. Lalu setelah makan kita segera tidur untuk mempersiapkan fisik keesokan harinya.

Pagi hari jumat 13 mei 2011, Purwokerto diselimuti hujan grimis, di hari kedua perjalanan menuju Gn.Slamet siap kita hadapi. Setelah sarapan pagi dan menyipkan bekal seperlunya yang perlu dibawa, kita menuju base camp pendakian baturaden di kaki gunung slamet dengan menyewa angkot. Sampai di wisata baturaden, kita disambut hujan deras yang cukup membuat teman-teman khawatir. Apalagi ketika kita mengetahui bahwa jalur baturaden dilarang untuk pendakian karena memang jalurnya yang berbahaya. Setelah berunding cukup alot akhirnya diputuskan untuk menumpang truk sayur dari pancuran 7 (curug pitu) ,baturaden ke base camp pendakian bambangan yang berada di kabupaten purbalingga. Truk yang kita tumpangi berhenti sekitar 4 km di bawah base camp pendakian bambangan, maka dengan sangat terpaksa lagi kita menyewa mobil jenis carry untuk mencapai base camp pendakian.

Sampai pada akhirnya kita berada di base camp pendakian bambangan, kita disambut oleh seorang warga yang bernama mawar( nama disamarkan). Kita dilarang untuk mendaki sendiri tanpa adanya seorang porter (pemandu), dan harga 1 orang porter sebesar 300ribu(mereka minta 2 orang, jadi 600rbu. Gileeeee ajaa…). Semua kebingungan, namun setelah melalui perundingan tawar menawar sampai salah satu teman yang bernama Woki mengatakan kalimat sakral pada saya dan anjar β€œgue pegang kata-kata loe”. Akhirnya kita diperbolehkan mendaki dengan 1 orang porter seharga 200rbu (fiuh…). Pukul 14.45 wib kita berangkat.

Awal perjalanan, sekitaran kawasan pertanian warga, Vella dan Yuni yang baru pertama kali mendaki gunung tampak sudah kecapekan. Maklumlah adaptasi awal pendakian pasti seperti itu, semua terasa sangat berat(semua pasti mengalami). Beberapa kali kita istirahat dan pada akhirnya tas carrier Vella dibawakan porter (200rbu gituuu…) dan juga ada sebagian bekal yang kita simpan disemak belukar, berharap persediaan bekal pada saat kita pulang nantinya. Sekitar pukul 16.30 POS 1 (PONDOK GEMBIRUNG) sudah kita lewati. Menjelang petang (Pk.18.00) kita sampai di POS 2 Gn. Slamet, di sini kita ngecamp dengan 3 doom, teman-teman sudah sibuk sendiri-sendiri dengan pekerjaannya masing-masing, pokoknya gak ada yang nganggur. Mendirikan tenda, memasak, sampai beres-beres area sekitar kita kerjakan bersama-sama. Malam mulai larut, ketika semua telah selesai dengan pekerjaannya masing-masing dan juga beribadah diketinggian sekita 2300an mdpl saatnya makan malam. Makan nasi yang sudah mulai mengeras dengan lauk pauk seadanya (kalo gak salah telor, abon, dan tempe).

Hari ketiga pendakian Gn. Slamet teman-teman masih sangat bersemangat, capek 2 hari kemarin terhapus dengan tidur nyenyak semalaman, yang suasananya sangat dingin karena sempat diguyur hujan. Berangkat dari POS 2 ( PONDOK WALANG) sekitar Pk. 07.45 wib, perjalanan masih ditemani porter sampai pukul 09.00, mas porter ada acaranay katanya. Ya mau gimana lagi, rasa was-was lagi-lagi menusuk pikiran teman-teman. Padahal POS 3 aja belum sampai, ya sudah kita tetap memutuskan untuk terus jalan walaupun ditinggal porter sendirian. Kembali lagi ke formasi awal, 10 orang mahasiswa pemberani(hahaha…). Akhirnya sampai juga di POS 3(PONDOK CEMARA), istirahat dan foto-foto sebentar kemudian jalan lagi. Gak kerasa POS 4 (PONDOK SAMARANTU) sudah kita tempati, perjalanan terasa begitu mengasikkan dengan canda gurau, nyanyian-nyanyian serta bunyi-bunyi yang sedikit beracun jika dihirup manusia.

POS 5 (PONDOK MATA AIR), tepat sekitar Pk. 12.00 kita sampai diketinggian sekitar 2750an mdpl. Saatnya makan siang, shalat, ada yang buang hajat, mandi. Karena memang di POS 5 ini ada mata airnya, jadi ya sekalian isi ulang perbekalan aja. Di POS 5 ini kita bertemu pendaki lain dari Bekasi. Ya sekedar saling sapa, bertukar bekal dan berkenalan. Karena di gunung semua pendaki adalah saudara kita. Semua belajar mencoba manghargai dan berbagi dengan sesama. Istirahat di sini cukup lama, Pk. 13.30 kita berangkat lagi. Semangat teman-teman tidak ada matinya,perjalanan cukup cepat menuju POS-POS berikutnya. Dan pada pukul 16.00 kita sudah sampai di POS 7 (PONDOK SYAMYANG KENDIT) yang merupakan POS terakhir yang ada shelternya dan biasa digunakan untuk bermalam.

Si Molen dan Yuni memutuskan untuk istirahat di POS 7 dan yang lainnya tetap bersemangat menuju puncak. Pendakian menuju puncak terasa begitu cepat karena memang perbekalan yang kita bawa hanya sedikit yaitu berupa makanan, senter, mantel dan juga semangat yang berapi-api. POS 9 ( PELAWANGAN/BATU MERAH) merupakan POS terakhir Gn. Slamet, disini batas terakhir vegetasi tumbuh-tumbuhan dengan batu-batuan berwarna merah. Diposisi ini sadikit sulit menggambarkan kondisi teman-teman, namun perlu diacungkan 4 jempol kepada semua teman-teman yang pada saat itu mencapai dataran tertinggi di jawa tengah tersebut. Melalui perjuangan yang tak pernah henti dan semangat yang terus berkobar untuk yang pertama kalinya kita berhasil menaklukkan Gn. Slamet dengan ketinggian 3.400 mdpl(gunung tertinggi ke2 di pulau jawa).

Setelah mencapai puncak, acara rutin yaitu poto-poto, menikmati bekal yang telah kita bawa dan berdoa dengan meneteskan air mata haru bahagia kita menuruni puncak pada Pk. 17.30 wib. Kondisi pada saat itu sangat dingin, dengan terpaan angin sore yang sangat kencang. Namun kita juga disuguhi pemandangan yang sangat menakjubkan dan sunset di ketinggian 3400 mdpl yang mungkin tidak dapat diungkapkan dan digambarkan dengan cara bagaimanapun.

Sesampainya di POS 7 kita istirahat sejenak dan kemudian dilanjutkan dengan masak untuk makan malam dan beribadah. Setelah perut penuh dengan santapan sarden dan mie rebus saatnya kita mendirikan doom dan beristirahat.

Hari ke 4 pendakian Gn. Slamet diawali sunrise yang indah di ketinggian 3200an mdpl, suasana yang sangat indah dengan pancaran sinar matahari pagi yang sangat menyilaukan mata. Dari ketinggian ini dapat terlihat beberapa gunung di jawa tengah antara lain Gn. Sumbing, Gn. Sindoro dan sedikit terlihat Gn. Merbabu. Saatnya Molen dan Yuni menuju puncak ditemani bang Hendro.

Sembari menunggu teman-teman yang sedang menuju puncak, teman-teman yang lain sarapan, beres-beres dan tidak lupa untuk foto-foto mengabadikan keindahan Gn. Slamet. Tepat pukul 11.00 kita mulai menuruni Gn. Slamet. Turun gunung terasa sangat cepat dan lebih santai, dengan bernyanyi-nyanyi, saling bercanda dan ngobrol-ngobrol pada Pk. 15.00 wib kita sudah berada di POS 1. Istirahat sebentar dan kemudian kita melanjutkan turun pada pukul 15.30 wib dengan kondisi hujan yang sangat lebat sekali. Hingga seluruh pakaian yang kita gunakan basah semua.

Pukul 17.00 kita sudah sampai di base camp bambangan, lalu menyewa mobil colt untuk perjalanan pulang menuju rumah kakeknya Aziz. Lagi-lagi hujan lebat menemani kita semua…

Sampai di rumah kakeknya Aziz, kondisi rumah kosong karena sedang ada acara keluarga. Terpaksa kita loncat pagar untuk dapat masuk ke halaman rumahnya, pada saat itulah mulai invasi makanan(hahaha). Semua makanan kecil yang kita dapatkan habis dilahap… Hingga beberapa menit kemudian yang punya rumah pulang dan kita dipersilahkan masuk dan beristirahat.

Hari terakhir perjalanan Gn. Slamet, saatnya kita pulang ke Jogja dengan perasaan bangga pada diri kita sendiri karena ke 10 orang mahasiswa ini telah berhasil menaklukkan Gn. Slamet. Kita pulang dengan diantar oleh saudaranya Aziz menggunakan 2 mobil ke Stasiun Purwokerto pada Pk. 03.00 wib. Belum berakhir disini, kita yang sudah kehabisan uang untuk perjalanan nekat naik kereta tanpa beli tiket. Dan pada akhirnya untuk biaya pulang kita hanya membayar tiket kereta sebesar 50rbu untuk 10 orang. Dan pada pagi hari Pk.07.00 sampailah kita di Stasiun Lempuyangan Yogyakarta dengan selamat.

Mungkin sekian cerita singkat dari saya, semoga semua bermanfaat bagi kita semua.

(gst/gst)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads