Mitos Kahyangan, Tempat Nyi Roro Kidul Memadu Kasih
Jumat, 24 Jan 2020 15:45 WIB

Renky Liniaryadi

Jakarta - Kisah Nyi Roro Kidul selalu menarik perhatian publik. Sebuah petilasan di Wonogiri katanya adalah tempat sang ratu memadu kasih dengan Raja Mataram.Bagi sebagian besar orang, ketika mendengar kata Kahyangan yang terbesit adalah suatu tempat di langit nan indah yang di dalamnya banyak terdapat bidadari-bidadari cantik. Namun siapa sangka, ternyata tempat yang selama ini kita dengar dari cerita legenda rakyat itu ada di dunia nyata, tepatnya di Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri.Tetapi Kahyangan tersebut merupakan sebuah petilasan Panembahan Senopati, sang pendiri Kerajaan Mataram. Dalam bahasa Jawa, Petilasan itu merujuk pada suatu tempat yang pernah disinggahi atau didiami seseorang yang sangat penting untuk bertapa atau bertirakat mendapatkan wahyu. Maka dari itu banyak sekali pengunjung yang datang dari luar kota untuk wisata spiritual atau semedi agar mendapatkan berkah yang diinginkan. Konon katanya, nama Kahyangan sendiri telah ada jauh sebelum masa Kerajaan Mataram Islam, tapi sejak kerajaan Majapahit dan Singosari.Untuk mencapai lokasi ini, jika berangkat dari Solo arahkan menuju Wonogiri lalu ke Kecamatan Tirtomoyo. Sedangkan jika dari Jogja, jalur terdekatnya bisa melalui Wonosari lalu Pracimantoro hingga ke Tirtomoyo. Setelah sampai di Tirtomoyo masih harus melalui jalan desa sekitar 8 km. Sepanjang jalan ini kita akan disuguhi pemandangan sawah yang asri. Perlu diketahui, jalur desa yang dilewati ini merupakan rute gerilya Panglima Besar Jendral Sudirman lho. Meskipun jalannya berliku, papan penunjuk jalan menuju Kahyangan sangat jelas sekali, sehingga tidak perlu takut akan tersesat.Masuk kawasan wisata Kahyangan tidak dipungut biaya, hanya iuran sukarela saja. Berhubung tempat ini merupakan tempat yang sakral, para pengunjung harus menaati pantangan yang ada, yaitu dilarang mengenakan pakaian berwarna hijau, karena ini ada hubungannya dengan Nyi Roro Kidul seperti di Pantai Selatan.Saat masuk, kita akan melewati Selo Pengapit yaitu lorong yang terbentuk dari dua batu besar berhimpitan. Suara aliran sungai dan aroma dupa mulai mengiringi pengunjung yang datang ke tempat ini. Setelah itu kita akan menemukan sebuah pelataran yang terdapat batu besar menyerupai payung atau yang biasa disebut Selo Payung. Di sinilah Panembahan Senopati bertapa sebelum menjadi Raja Mataram. Beberapa sesaji berupa bunga dan air dalam botol nampak memenuhi area ini karena sering digunakan untuk ritual.Dari Selo Payung, saya melanjutkan perjalanan menanjak melewati jalan setapak dan semak-semak. Di sini saya disambut dengan kawanan monyet abu-abu ekor panjang (Macaca Fascicularis). Kadangkala beberapa monyet tersebut menyeberang dengan berenang melewati sungai yang berarus, lucu sekali.Setelah berjalan tak sampai lima menit, kita sampai di suatu tempat yang dinamakan Pesiraman. Tempat ini berupa air terjun kecil dan kolam aliran sungai yang cukup dalam. Bagi yang bisa berenang bisa mencoba terjun dari atas, tapi jika musim penghujan, tidak disarankan untuk berenang karena debit airnya tinggi dan berwarna coklat. Sesuai dengan namanya, Pesiraman ini dulunya tempat mandi Danang Sutawijaya (nama sebelum jadi Raja Mataram) dan di tempat inilah dipercaya pertama kalinya Panembahan Senopati bertemu dengan Ratu Kidul dan memadu kasih.Menurut cerita yang beredar, Ratu Kidul bersedia membantu mendirikan Kerajaan Mataram asalkan Panembahan Senopati mau menjadikan Ratu Kidul sebagai istrinya. Bahkan dalam perjanjian gaibnya semua Raja Mataram di tanah Jawa harus menjadi suami Ratu Kidul. Suatu hari, konon katanya, seorang abdi dalem pernah memergoki mereka memadu kasih. Ratu Kidul yang mengetahui hal itupun terkejut dan segera kembali ke Pantai Selatan. Dalam proses perginya Ratu Kidul ke pantai selatan, tak sengaja menarik tasbih Panembahan Senopati hingga putus dan bijinya jatuh ke dalam air. Dari cerita itulah, saat ini banyak sekali peziarah yang datang untuk mencari biji tasbih tersebut untuk digunakan sebagai batu cincin dengan berbagai cara ritual. Mereka percaya benda itu memiliki kesaktian dan banyak manfaatnya.Meskipun tempat wisata spiritual ini terkenal angker dan sering digunakan uji nyali, kita tidak perlu terlalu khawatir selama menaati aturan yang ada. Yang penting jaga kesopanan dan selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!