Ide Liburan: Naik Gunung Guntur

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ide Liburan: Naik Gunung Guntur

Kharina Windi - detikTravel
Jumat, 30 Nov 2018 12:55 WIB
loading...
Kharina Windi
Pemandangan Gunung Guntur, si miniatur Gunung Semeru
Di tengah perjalanan antara camp site dan puncak
Menikmati panorama alam di Puncak 1 Gunung Guntur
Sang fajar yang keluar perlahan dari peraduannya
Berada di Puncak 1 Gunung Guntur
Ide Liburan: Naik Gunung Guntur
Ide Liburan: Naik Gunung Guntur
Ide Liburan: Naik Gunung Guntur
Ide Liburan: Naik Gunung Guntur
Ide Liburan: Naik Gunung Guntur
Jakarta - Mau naik gunung di akhir pekan ini, Gunung Guntur bisa jadi pilihannya. Gunung ini berlokasi di Garut, Jawa Barat.Jumat malam sekitar jam 22.00 WIB aku dan rombongan melesat menggunakan bus yang sudah kita sewa. Selama perjalanan kugunakan waktu dengan istirahat supaya pendakian bisa lebih fit. Hawa dingin di Basecamp Gunung Guntur menyambut kedatangan kita.Kulihat jam menunjukkan pukul 05.00 WIB. Fasilitas di area basecamp cukup lengkap, ada tempat untuk istirahat, ada musala, warung makan, warung kelontong, dan banyak toilet umum yang disediakan warga. Jam 07.45 WIB, kita berdoa bersama agar perjalanan lancar dan kita kembali dengan selamat.Langit pagi ini cukup cerah. Kita berjalan beriringan. Trek menuju Pos 1 masih terbilang bersahabat dengan view Gunung Guntur yang gersang. Gunung Guntur ini memiliki ketinggian 2.249 mdpl. Eiits.. jangan dilihat dari ketinggian yang masih di bawah gunung Jawa Barat lainnya. Nyatanya gunung ini disebut-sebut sebagai miniatur Gunung Semeru yang berarti tidak bisa disepelekan.Tidak jauh dari basecamp, kita melewati bekas penambangan pasir yang berada di kiri jalan. Alih-alih menikmati pemandangan di sekitar Guntur, aku berjalan dengan tempo yang lambat dan baru sampai di Pos 1 jam 08.50 WIB. Di pos ini terdapat warung yang menjajakan minuman es dan berbagai makanan seperti mie instan, lontong, gorengan, cemilan ringan hingga bakso cuangki. Nah, aku baru tahu kenapa namanya cuangki, padahal jajanan ini sudah akrab dari jaman SD. Cuangki itu kependekan dari Cari Uang Jalan Kaki. Oalah!Pos 1 ini merupakan pos terakhir yang menjual makanan. Masih di area Pos 1, kita akan menemukan pos untuk pendataan para pendaki yang biasanya dilakukan oleh pegawai BKSDA. Perjalanan kembali dilanjutkan.Setelah 20 menit kita sampai di Air Terjun Citiis. Airnya dingin sesuai namanya tiis yang dalam bahasa Sunda berarti dingin. Dari air terjun ini, trek mulai terlihat terjal. Beberapa kali aku berhenti istirahat. Belum lagi cuaca yang sudah mulai panas.Jam 11.20 WIB akhirnya kita sampai tempat camp di Pos 3. Peserta laki-laki mulai mendirikan tenda. Aku duduk sembarang sambil menutupi badan dengan matras. Di sini benar-benar panas dan kita tiba di saat matahari sedang terik-teriknya. Tips untuk kalian yang mau ke gunung ini, lebih baik berangkat agak siang agar sampai di camp sore hari.Tenda selesai dibangun. Kita segera santai-santai. Kelelahan dan kemudian tidur? Tidak. Di dalam tenda hawanya bisa tambah panas. Menyeduh kopi setelah mendirikan tenda layaknya kalau mendaki di gunung lain? Bukan juga.Tidak mungkin kan hawa panasginiminum kopi panas. Kita pun berbincang-bincang ringan di depan tenda yang dipasang flysheet.Jam 13.30 WIB kita makan bersama. Nikmat. Amat nikmat makan dalam kebersamaan dan belajar berbagi. Setelah itu kita mulai bersih-bersih dan melaksanakan shalat. Di pos 3 ini cukup lengkap. Ada pos yang menjual suvenir, ada beberapa toilet yang dipisah antara laki-laki dan perempuan, ada tempat wudhu, dan yang paling membuat nyaman adanya musala lengkap dengan alat salat. Sekembalinya di tenda, aku dan teman-teman menikmati pemandangan kota Garut dari salah satu spot yang lapang.Malam tiba, kita berbincang sambil meminum coklat panas. Hari semakin malam dan kita mulai tidur agar besok bisa summit attack dengan semangat. Oh ya carrier dan sepatu kita masukkan ke dalam tenda. Antisipasi karena di gunung ini terkenal rawan pencurian barang.Mundur 60 menit dari jadwal, jam 04.00 kita mulai menyusuri gelap menuju puncak. Headlamp sudah terpasang di kepala. Ku tengadahkan kepala ke atas. Ratusan bintang sedang bersinar menghiasi langit yang indah. Waw!Hawa dingin yang sebelumnya menyelinap masuk ke dalam tubuh, lambat laun hilang setelah beberapa menit perjalanan. Trek menuju puncak benar-benar membuat mengelus dada. Jalur menanjak, berdebu, dan berkerikil.Beberapa orang pun bergumam, Gunung Guntur, dekat di mata lemas di kaki. Aku yang hampir tidak pernah lagi olahraga, semakin memperparah ritme jalanku. Setelah menemukan batang pohon pengganti trekking pole, perjalanan serasa lebih mudah karena ada tumpuan untuk bergerak di kemiringan. Cahaya oranye perlahan-lahan mulai muncul. Aku berhenti dan menikmati sunrise di tengah perjalanan. Dengan background trek yang aduhai membuatku tersenyum senang.Perjalanan dilanjutkan dan akhirnya aku sampai di Puncak 1 jam 07.30. Banyak teman-temanku yang sudah sampai dan lagi-lagi aku berada di rombongan paling belakang. Aku duduk memandangi suguhan pemandangan yang ditawarkan Gunung Guntur. Segala lelah yang terasa dari Pos 3 lenyap sudah. Akhirnya aku menginjakkan kaki di atas ketinggian. Bagiku ada sebuah kepuasan tersendiri. Melewati jalan yang tidak mudah untuk mencapai satu titik. Dan di titik ini aku terdiam.Aku menatap sekeliling area puncak. Perjalanan yang amat berkesan. Memang, dengan naik gunung aku bisa banyak belajar. Ada proses yang sulit untuk menggapai apa yang kita inginkan. Ada kekuatan mental yang membuat kita bisa berdiri tegak di atas ketinggian. Bukan untuk meninggi tapi untuk membumi karena sejatinya kita bukanlah siapa-siapa di hadapan alam dan Tuhan.
Hide Ads