Sabang, Tempat Terbaik untuk Menikmati Pantai

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sabang, Tempat Terbaik untuk Menikmati Pantai

Oktavia Sari Wijayanti - detikTravel
Rabu, 17 Okt 2018 15:42 WIB
loading...
Oktavia Sari Wijayanti
Sunrise di Pantai Iboih
Diving di Pulau Rubiah
Pantai Rubiah
Pemandangan dari atas Benteng Jepang
Tugu 0 kilometer Indonesia
Sabang, Tempat Terbaik untuk Menikmati Pantai
Sabang, Tempat Terbaik untuk Menikmati Pantai
Sabang, Tempat Terbaik untuk Menikmati Pantai
Sabang, Tempat Terbaik untuk Menikmati Pantai
Sabang, Tempat Terbaik untuk Menikmati Pantai
Jakarta - Pantai menjadi tempat pelarian traveler dari kejenuhan hidup. Pantai terbaik untuk eskapisme itu ada di Sabang.Pantai adalah 'Best Escape Anyone Can Have'. Pelarian dari kesedihan, kemarahan, kejenuhan dan kebahagiaan. Saya mengenal diri bersamanya. Semua orang menikmati pantai dengan caranya masing-masing dan pergi ke pantai dengan alasannya masing-masing.'Best Escape Anyone Can Have' memang pas banget buat jadi singkatan BEACH atau pantai. Semua orang bisa menikmati pantai dengan caranya masing-masing dan pergi ke pantai dengan alasannya masing-masing. Untuk sebagian orang, pantai adalah kebahagiaan. Tempat rekreasi menghabiskan penghujung minggu bersama kawan maupun keluarga. Sebagian orang lainnya berpendapat bahwa pantai adalah tempat yang tepat untuk mengobati luka, dan sebagian lagi menganggap pantai adalah tempat bagi yang terkekang untuk mencari kebebasan.Begitu pun saya. Berbagai emosi pernah kubawa ke pantai untuk melebur bersama ombak. Di pantai saya bisa tertawa terbahak-bahak dengan kawan atau sekedar duduk dan merenung bersama senja yang membenamkan diri di laut lepas. Pantai memberikan ketenangan dan kebahagiaan, sekaligus rasa syukur dan renungan tentang hidup. Karena itulah, saya memilih pantai sebagai tempat untuk mengenal diri sendiri.Dalam rangka ingin menyepi dari keramaian ibu kota, saya memilih Sabang sebagai destinasi liburanku kala itu. Selain memiliki cita-cita untuk bisa menginjakan kaki di pulau paling barat Indonesia itu, pantai di sana juga konon katanya indah. Jika ke Sabang, saya juga mendapatkan bonus melihat titik 0 km Indonesia yang monumennya didirikan di sana.Pesawat pagi itu membawa saya terbang dari Jakarta menuju Aceh dan ketika tiba ternyata Aceh sedang gerimis. Cuaca di Aceh ternyata sedang tidak bagus, bahkan beberapa hari yang lalu kapal Aceh-Sabang tidak diperbolehkan beroperasi karena ombak yang sedang tinggi dan angin yang kencang. saya menunggu hingga 2 hari untuk memastikan cuacanya bagus dan aman untuk perjalanan. Saya sebenarnya hampir membatalkan perjalanannya karena bagaimana pun, keselamatan menjadi yang utama apalagi saya hanya sendirian ke sana. Akhirnya kamis pagi, saya meninggalkan Pelabuhan Ulee Iheue Aceh menuju Sabang menggunakan kapal Express Bahari dan cuaca yang cerah. Tidak sampai sejam, kapal Express Bahari sudah merapat ke Pelabuhan Balohan, Sabang. Sinar matahari siang itu terik. Saya disambut dengan berbagai tawaran tour yang dijajakan masyarakat sekaligus penggiat wisata di sana. Tetapi, saya sudah terlebih dahulu menghubungi seorang guide diving yang akan menjemput di pelabuhan, namanya Bang Putra. Bang Putra kemudian memperkenalkan diri dan kami langsung pergi meninggalkan pelabuhan.Teriknya cahaya matahari membuat mata saya menyipit, tapi keindahan laut Sabang yang saya lihat diperjalanan ke Iboih memaksa mata saya untuk terbuka lebar. Terlihat laut biru yang asri di sana. Kami berhenti sejenak untuk berfoto di tugu selamat datang. Ya, saya sekarang berdiri di sini, Pulau Weh, pulau paling barat Indonesia. Kemudian perjalanan dilanjutkan dengan melewati daerah hutan dan perbukitan. Sesekali terlihat beberapa monyet bermain di pinggir jalan atau bahkan sekedar menyebrang. Butuh waktu sekitar 45 menit dari Pelabuhan Balohan untuk sampai di Pantai Iboih.Mengapa memilih menginap di Iboih? Keindahan pantainya sudah tidak perlu diragukan lagi. Karena saya tidak datang bukan di akhir pekan, pantainya sepi dan terlihat hanya ada beberapa wisatawan di sana. Setelah beristirahat sejenak, saya langsung berganti pakaian untuk menikmati alam bawah laut Pulau Weh yang indah.Setelah briefing dan pengenalan alat selam, saya dan Bang Putra yang menjadi guideku menyeberang ke Pulau Rubiah yang memiliki spot diving. Waktu penyebrangan hanya sekitar 10 menit menggunakan perahu kayu. Sesampainya di Pulau Rubiah, saya menjatuhkan diri ke laut lengkap dengan peralatan selam dan wetsuitenya. Praktik keamanan penyelaman dilakukan terlebih dahulu sebelum benar-benar menyelam. Meskipun sebelumnya pernah diving, tapi tetap saja saya excited dengan pemandangan bawah laut di Pulau Rubiah ini.Pemandangan di awal adalah puing-puing bangunan dan barang-barang yang karam. Ikan-ikan bergerombol berenang menghampiri. Semakin jauh, pemandangan terumbu karang berwarna-warni akhrinya tampak. Saya berenang berhati-hati karena takut mengenai terumbu karang yang ada di sana. Saya bertemu Nemo, Dori dan berbagai macam ikan berwarna-warni. Saya juga bertemu dengan Lion Fish yang sedang berenang sendirian. Setelah puas melihat pemandangan bawah laut, saya berenang ke permukaan dan memesan mie kuah karena merasa lapar dan lelah. Sambil menunggu makanan yang dipesan datang, saya memperhatikan beberapa orang yang sangat sumringah bisa bermain langsung dengan ikan di laut dan tak peduli dengan teriknya matahari yang akan membuat terbakar kulit mereka, seperti saya.Hari beranjak sore dan saya memilih menghabiskan waktu di Tugu 0 kilometer dengan pemandangan matahari terbenam yang luar biasa. Jaraknya tak jauh dari Pantai Iboih. Sore itu, langit tertutup awan sehingga warnanya tidak begitu memesona. Tugu 0 kilometer berada di atas tebing yang dibawahnya laut. Pemandangan dari atas sana sangat indah. Bahkan katanya, pemandangan bawah laut disana lebih indah dari pada di Pulau Rubiah bahkan Bang Putra pernah bertemu dengan paus ketika diving di salah satu spot diving di sana.Di sana pula saya bertemu teman baru dari Libya yang sama-sama sedang melsayakan perjalanan sendirian, namanya Ahmed. Kami bertukar cerita. Ini kali kedua dia mengunjungi negeri ini dan menceritakan betapa mengagumkannya Indonesia hingga dia pun tidak pernah bosan menghabiskan liburannya di sini. Dia pun jatuh cinta dengan Sabang. Rencananya yang hanya akan menghabiskan 2 hari di Sabang, berubah menjadi 4 hari. Dia bahkan bisa berbahasa Indonesia lho. Mengagumkan. Kami berpisah sore itu dan berjanji akan bertemu lagi besok. Malam itu saya tidur dengan nyenyak ditemani sayup-sayup ombak yang terdengar hingga ke kamar. Penginapan saya memang sangat dekat dengan pantai, bahkan balkon kamar menghadap langsung ke pantai. Pagi itu saya terbangun karena alarm handphone yang memang sudah saya setting untuk berbunyi bertepatan dengan matahari terbit. Saya tidak mau melewatkan momen yang terkadang hanya bisa saya nikmati di pantai.Saya bergegas keluar dari kamar dan lari ke pantai. Di pantai saya duduk di atas pasir menghadap ke arah terbitnya matahari. Tak ada yang saya lakukan, hanya duduk dan melamun menunggu matahari naik. Pantai yang tadinya gelap, perlahan-lahan terlihat keindahannya. Saya masih termenung mengagumi proses terciptanya pagi oleh yang maha kuasa. Inilah pemandangan dan suasana hati yang hanya bisa didapatkan ketika di pantai.Pantai memang tak pernah menjanjikan apa-apa, tapi nyatanya selalu membuatku tumbuh menjadi manusia yang lebih baik lagi. Di pantai lah, saya bisa melihat keindahan bawah laut Indonesia yang membuatku tak bisa berkata-kata. Saya bersyukur bisa langsung melihat pemandangan indah ini. Di pantai lah, saya bertemu kawan baru yang menyadarkan beruntungnya saya tinggal di pangkuan Ibu Pertiwi dengan berbagai anugerahnya. Di pantai lah saya menemukan ketenangan yang saya inginkan. Seperti rumah, yang selalu menenangkan dan menerima apa adanya.Siang itu saya bekeliling mengunjungi berbagai pantai di Sabang bersama Bang Putra dan Ahmed. Selain pemandangan yang menakjubkan, yang saya suka dari pantai di Sabang adalah pantainya yang masih sepi dan alami. Tak ada kios-kios penjual yang menghalangi pantai juga tak ada sampah yang berserakan disana. Perjalanan antar pantainya relatif dekat sehingga bisa ditempuh dalam jangka waktu yang tidak lama.Setelah berjalan-jalan, Bang Putra dan Ahmed mengantarkan ke Pelabuhan Balohan Sabang untuk menyeberang kembali ke Aceh. Bang Putra membantu mengantre membeli tiket, sedangkan Ahmed membekali dengan satu kresek buah salak yang harus saya bawa untuk menjadi bekal perjalanan. Perjalanan ini mempertemukan saya dengan teman baru yang sangat baik. Saya banyak belajar dari mereka.Ada satu pantai lagi yang membuatku penasaran akan keindahannya yang sudah tersohor ke seluruh dunia, Maldives. Pantai ini menawarkan pemandangan yang luar biasa dengan berbagai fasilitas berbintang yang membuatnya eksklusif. Setelah berlibur di berbagai pantai di Indonesia, saya rasa ini saatnya mencari suasana baru. Menyenangkan sekali bukan jika bisa menginjakan kaki di Maldives dan menikmati liburan mewah bersama Resor Club Med Kani Maldives dan terbang bersama Air Asia? Seperti yang saya katakan di awal, berbagai emosi pernah saya bawa ke pantai untuk melebur bersama ombak. Jika diberikan kesempatan ke sana, semoga emosi bahagia yang teramat itu tak hanya akan melebur bersama ombak tapi juga menghasilkan karya dan cerita baru.
Hide Ads