Curhat Setelah Plesir dari Pasar Terapungnya Thailand
Senin, 05 Nov 2018 14:15 WIB
Asri Vernon
Jakarta - Inilah pengalaman saya mendatangi floating market di Thailand. Destinasi hemat dan pastinya tak membuang waktu percuma.Pasar apung yang sudah sangat terkenal di Thailand ini sudah menjadi tujuan pariwisata mereka. Mungkin banyak orang penasaran dengan floating market dan tidak sedikit juga orang-orang bercerita bagaimana pengalaman menikmati saat mereka diajak ke floating market yang ada beberapa di Thailand di blog masing-masing. Namun tidak ada menurut saya yang bercerita secara jujur bagaimana sebenarnya keadaan di sana.Saya memang tipe traveler yang tidak suka mendatangi tempat-tempat yang saya rasa tidak ada nilai. Hingga akhirnya beberapa minggu lalu saya berkesempatan membawa rombongan ibu-ibu untuk jalan-jalan ke Floating Market Damnoen.Perjalanan dari kota Bangkok menuju Damnoen memakan waktu 1,5 jam. Sesampai di lokasi, kami langsung diarahkan ke sebuah meja yang sudah mereka nomori. Nah saat kami di suruh duduk di meja inilah, saya mulai merasakan sesuatu yang menurut saya sangat tidak nyaman.Rombongan kami yang sebenarnya agak bingung kenapa kami hanya disuruh menunggu tanpa penjelasan dan akhirnya saya berinisiatif untuk bertanya kepada orang-orang Thailand yang mampu berbahasa Inggris dan dengan agak kesal mereka menjelaskan kepada kami kenapa harus menunggu di meja. Intinya adalah saat kami sampai kami harus duduk di meja menunggu giliran rombongan yang lain untuk menunggu kapal berikutnya datang.Kesan yang saya tangkap adalah cara menjual wisatanya seakan kita yang butuh mereka. Padahal seharusnya mereka yang butuh kita untuk bisa menikmati floating market yang mereka jual. Jadi kita harus benar-benar mengikuti perintah mereka dan setelah giliran kita, kita di di suruh berbaris dan menuju 1 meja yang di meja itu sudah menunggu seorang yang akan menjelaskan dengan singkat berapa biaya yang harus kita keluarkan untuk bisa menikmati floating market.Harga yang ditawarkan untuk naik boat bermuatan 6 orang 4000-8000 baht. Menurut saya itu sangat mahal. Belum lagi untuk wisata lainnya seperti naik gajah dan lainnya jika kita melihat situasinya dari awal ini yang buat saya agak curiga kenapa tidak pas di meja saja mereka menerangkan berapa rincian biayanya. Jadi seakan-akan kita sebagai turis dipaksa secara halus dan mau tidak mau karna kita sudah jauh-jauh datang dan ketika melihat harga yang menurut hemat saya terlalu mahal harus bayar.Jadi kalau kita tolak, kita sudah jauh datang dan kita tidak boleh ada di area floating market dan kalau kita ikut, harga terlalu mahal. Sejujurnya ada kekecewaan dan keterkejutan di wajah ibu-ibu rombongan saya waktu tahu angka yang di tawarkan cukup mahal namun karna kesepakatan akhirnya sebagian naik boat dan sebagian menunggu di luar.Saat menikmati floating market membuat saya mengambil kesimpulan untuk tidak akan mau lagi mendatangi floating market Thailand. Perjalanan boath kami berawal dari mendatangi pedagang-pedagang memanggil-manggil kita untuk mampir ke rumah-rumah panggung mereka di atas air dan hanya beberapa yang menggunakan sampan. Dan sesekali driver boath akan menghentikan kapalnya ketepian agar kita bisa melihat dan berbelanja.Sejujurnya barang-barang yang dijual adalah souvenir yang bisa dengan mudah kita temukan di Kota Bangkok dan di mana-mana. Dan yang paling membuat saya kaget betapa mahalnya mereka menjual dan harganya bisa 4x lipat dari harga pasaran yang bisa kita temukan di darat dan tidak musti ke floating market, padahal kita audah cukup mahal bayar kapalnya.Beberapa kali rombongan boath saya mencoba menawar barang-barang yang dijual dan akhirnya kami diusir karena kami menawar seharga harga didarat. Hingga akhirnya salah seorang ibu membeli manggo sticky rice yang tidak segar karna kepalang sudah menghampiri ibu pedagang yang menggunakan sampan. Dan apa yang paling tidak membuat nyaman kami adalah bagaimana driver kapal ini akan sangat kesal apabila setiap dia menepikan kapalnya agar kita belanja namun ternyata kita tidak berbelanja karena tidak ada kecocokan harga. Dan jika drivernya kesal maka dia akan ugal-ugalan membawa kapalnya. Dari cerita saya di atas, mungkin sebaiknya pikirkan kembali apabila hendak ke floating market di Thailand. Keindahan yang di tampilkan di foto-foto itu hanya isapan jempol buat saya. Saya hanya mencoba bercerita jujur tentang pengalaman saya. Dan setelah kami selesai dengan waktu 45 menit mengelilingi Floating Market Damnoen, tidak ada kesan yang indah yang didapatkan oleh rombongan ibu-ibu yang saya bawa. Sepertinya ada bias penyesalan sudah ikut. Apalagi setelah kami berjalan-jalan di Bangkok dan berbelanja di kios-kios suvenir seperti di Wat Arun betapa kagetnya rombongan saya melihat perbedaan harga yang ditawarkan di floating market sama di ibu kota Thailand yang jauh lebih murah bahkan lebih segar untuk makanannya.












































Komentar Terbanyak
Sumut Dilanda Banjir Parah, Walhi Soroti Maraknya Deforestasi
Foto Tumpukan Kayu Gelondongan di Pantai Padang dan Danau Singkarak
Hutan Sumatera Dicap 'Merah' UNESCO, Kerusakan Lingkungan Mencemaskan