Air Terjun Cantik di Bogor yang Belum Banyak Orang Tahu

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

d'Traveler Jelajahi Indonesiamu

Air Terjun Cantik di Bogor yang Belum Banyak Orang Tahu

Derry Nurmansyah - detikTravel
Rabu, 15 Agu 2018 11:00 WIB
loading...
Derry Nurmansyah
Aliran Curug Jeblug yang memecah keheningan.
Aliran air Curug Kembar yang tidak terlalu deras.
Trekking naik turun bukit di jalan setapak yang tertutupi rimbunnya dedaunan.
Saling bahu membahu saat trekking menerabas hutan belantara.
Batang pohon yang tumbang di salah satu kolam alami Curug Kembar dengan kedalaman sekitar 2.5 meter yang seolah-olah menjadi jembatan.
Air Terjun Cantik di Bogor yang Belum Banyak Orang Tahu
Air Terjun Cantik di Bogor yang Belum Banyak Orang Tahu
Air Terjun Cantik di Bogor yang Belum Banyak Orang Tahu
Air Terjun Cantik di Bogor yang Belum Banyak Orang Tahu
Air Terjun Cantik di Bogor yang Belum Banyak Orang Tahu
Jakarta - Bogor punya banyak curug alias air terjun. Tahu Curug Jeblug dan Curug Kembar? Air terjun cantik ini belum banyak orang tahu dan butuh perjuangan ke sana.Adalah Curug Jeblug dan Curug Kembar yang menjadi tujuan saya kali ini bersama Mey dan Rico yang terletak di Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Nama kedua curug tersebut masih sangat asing di telinga dan memang belum di kenal umum oleh orang banyak. Kami berangkat sepagi mungkin dengan mengendarai sepeda motor dan jarak yang harus di tempuh selama 2,5 jam perjalanan dari Bojong Gede sebagai titik keberangkatan.Setelah memasuki wilayah Leuwiliang, kami memilih rute jalan menuju Gunung Salak Balong Endah yang sangat landai kemudian melintasi medan jalan perbukitan yang naik-turun berpanoramakan pemandangan Gunung Salak yang bersanding dengan gumpalan-gumpalan awan putih yang menggantung di langit biru layaknya lukisan mahakarya sang maestro.Sangat banyak rentetan curug-curug yang ada di wilayah Pamijahan yang terpampang jelas pada sebuah banner yang terikat di batang-batang pohon ataupun plang yang tertancap di tepi jalan sebagai petunjuk, kami terus melajukan sepeda motor dengan mengikuti rute yang tertera di Gmap menuju Curug Kiara yang menjadi titik akhir perjalanan.Sesampainya di sana, kami memarkirkan sepeda motor di salah satu rumah warga, kemudian dilanjutkan dengan trekking menanjak ke atas di medan jalan yang berbatu melewati area persawahan dan pintu loket Curug Ciparay. Kami terus trekking hingga sampai di atas yang sudah di tunggu oleh Kang Robi yang menjadi pemandu kami menuju Curug Kembar dan Curug Jeblug.Kedua curug tersebut belum di buka umum karena letaknya yang sangat jauh berada di dalam hutan, oleh sebab itu untuk mencapai kedua curug ini harus menggunakan warga setempat sebagai pemandu karena belum adanya petunjuk jalan menuju ke tempat tersebut.Perjalanan pun di mulai dengan menapaki tangga batu lalu melewati parit buatan untuk aliran air yang mengairi persawahan dan perkebunan sepanjang kurang lebih 200 meter. Setelah itu, kami mulai memasuki jalan setapak perkebunan yang menurun kemudian melewati jembatan bambu dan kembali menanjak ke atas memutari bukit.Suasana hening kian menyeruak setelah memutari bukit, kami harus melewati sebuah perkebunan dengan beragam tanaman. Kami terus berjalan mengikuti langkah Kang Robi yang berjalan di depan kemudian memasuki sebuah jalan setapak yang tertutupi oleh semak belukar, menerabas hutan belantara. Dan pada titik tertentu, kami harus berjalan menurun dengan penuh hati-hati karena sedikit curam.Jarak yang harus kami tempuh sepanjang 2 kilometer dari titik pertemuan dengan Kang Robi dan diperlukan 1 jam perjalanan dengan langkah cepat yang tanpa henti. Kemudian kami tiba di hamparan bebatuan dan aliran air yang mengalir. Airnya cukup jernih layaknya kaca tapi bebatuan yang ada di aliran air tersebut terlihat kuning karena dampak dari Kawah Ratu yang masih satu jalur.Kami terus berjalan di tepi aliran air lalu melompat dari satu batu ke batu yang lain hingga mencapai di Curug Kembar. Dinamakan Curug Kembar karena ada dua aliran air terjun yang jatuh bersamaan dari atas bukit yang menjulang tinggi.Dalam lelah yang tak terbilang, kami beristirahat sejenak di Curug Kembar yang saat itu debit airnya sedang tidak deras. Lantas kami menuruni sebuah batu besar dengan merayap yang menjadi dinding aliran air. Cukup banyak kolam-kolam yang ada di tempat ini dengan kedalaman yang bervariasi.Namun pandangan kami tergoda pada salah satu kolam dengan kedalaman sekitar dua meter yang di tengah-tengahnya terdapat batang pohon besar yang tumbang dan di aliri air. Batang pohon tersebut seolah-olah menjadi jembatan untuk melewati kolam tersebut. Cukup lama kami berada di kolam tersebut menikmati kesegaran airnya yang jernih, sementara Kang Robi menunggu di atas sambil mengawasi karena tidak ada seorangpun selain kami berempat.30 Menit kemudian, kami beranjak dari dalam kolam alami lalu mengajak Kang Robi untuk ke Curug Jeblug yang harus di tempuh selama 20 menit trekking melewati jalan setapak yang tertutupi semak belukar. Dinamakan Curug Jeblug karena ketika debit air terjun sangat deras (musim penghujan) akan mengeluarkan suara 'blug-blug' saat menghantam kolam.Sesampainya di Curug Jeblug, terdapat hamparan bebatuan dengan beragam bentuk ukuran yang menghiasi kolam alaminya yang sangat besar. Namun saat itu, debit air terjun yang mengalir dari atas tebing dengan ketinggian sekitar kurang lebih 8 meter tidak terlalu deras. Sesekali kami berendam di dalam kolamnya menikmati kesegaran air yang mengalir dalam balutan dingin yang mengiris setiap inci kulit.Setelah itu, kami beristirahat sejenak duduk di sebuah batu besar sambil menatap dinding-dinding tebing di bawah hembusan udara sejuk yang berbisik di antara rimbunnya dedaunan bersanding dengan alunan gemericik air yang tumpah.Saat sore datang, kami segera beranjak untuk kembali sebelum gelap malam datang mengikis terang. Lalu Kang Robi membawa kami melewati jalur yang berbeda dengan melompat dari satu batu ke batu yang lain di atas aliran air yang mengalir dan terdapat satu lagi curug mini, saya menyebutnya Curug Bantet karena bentuknya yang kecil.Karena waktu yang terus bergulir, kami tidak berlama-lama berada di Curug Bantet karena harus cepat kembali dan kami trekking melewati jalan setapak yang berbeda, tertutupi rimbunnya semak belukar menerabas hutan belantara selama 1 jam hingga sampai di titik tempat kami bertemu dengan Kang Robi. Lalu kami membayar jasa pemandu sebesar Rp 150.000.Nah, untuk Anda yang menyukai petualangan dan ingin merasakan sensasi yang berbeda tapi berada di luar kota Jakarta atau kota Bogor tidak perlu khawatir. Karena di era digital yang serba cepat dan mudah, Anda hanya tinggal download aplikasi @pegi_pegi untuk mencari tiket pesawat, tiket kereta atau hotel dengan tujuan kota Jakarta kemudian dilanjutkan dengan mobil atau sepeda motor dengan jarak tempuh sekitar 3,5 jam perjalanan menuju curug tersebut.Selain itu, terdapat harga spesial untuk Anda yang telah mengunduh aplikasi Pegipegi. Dan dari berbagai fitur yang memudahkan anda, juga terdapat fitur travel tips yang bisa membantu Anda, jadi tunggu apalagi, download aplikasinya dan rencanakan liburan Anda. #Pegipegiyuk untuk #JelajahiIndonesiamu
Hide Ads