d'Traveler Jelajahi Indonesiamu
Cirebon, Antara Wisata Batik dan Kuliner
Jumat, 24 Agu 2018 19:50 WIB
Novi Kusumayanti
Jakarta - Liburan ke Cirebon, mengapa tidak? Siap-siap disambut aneka kuliner enak dan batik-batiknya yang cantik.Berwisata ke suatu tempat rasanya kurang lengkap tanpa mencicipi kuliner khasnya. Demikian juga saat saya dan teman-teman berkunjung ke Kota Udang, Cirebon. Di sela-sela kunjungan wisata kami menyempatkan untuk mencicipi aneka makanan khas Cirebon.Dengan menggunakan aplikasi dari pegipegi.com kami memesan tiket kereta ekonomi seminggu sebelumnya. Proses pemesanan mudah dan dapat memilih tempat duduk sehingga kami berempat dapat duduk berdekatan. Setelah menempuh perjalanan selama sekitar 3 jam, kereta kami pun sampai di stasiun Perujakan, Cirebon.Hari masih pagi, dengan kondisi perut yang lapar karena belum sarapan kami dihadapkan pada dua pilihan tempat dan menu untuk sarapan; antara gado-gado khas Cirebon atau nasi jamblang! Pilihan jatuh pada gado-gado khas Cirebon karena lokasinya yang tidak terlalu jauh dari stasiun Perujakan.Gado-gado ini rasanya beda, lebih gurih dengan tampilan yang sama dengan gado-gado di tempat lain tetapi dengan penambahan mie selain sayuran. Bumbu kacang terasa lebih gurih karena di tambahkan kuah kari berwarna kuning pada saat pengulekkan bumbu kacang.Setelah perut terisi nyaris penuh, kami bergegas menuju ke taman batu goa Sunyaragi. Walaupun panas tetapi tidak menyurutkan semangat kami untuk berfoto dan mengeksplor tempat ini. Perjalanan pun dilanjutkan ke perkampungan batik di Trusmi. Karena hari semakin siang dan sepertinya perut sudah minta diisi lagi setelah berkeliling di goa Sunyaragi, akhirnya kami mampir di salah satu rumah makan yang menyediakan menu empal gentong.Karena di rumah makan ini menyediakan beberapa makanan khas Cirebon, kami memesan makanan yang berbeda untuk saling mencicipi. Ramailah meja kami dengan berbagai makanan; empal gentong, nasi lengko, mi koclok dan tahu gejrot.Empal gentong semacam gulai berkuah santan dan berwarna kuning dengan isi daging sapi dengan atau tanpa jerohan. Bagi yang suka makanan pedas, dapat menambahkan cabe merah bubuk. Empal gentong dimakan bersama lontong atau nasi.Nasi lengko datang dengan tampilan nasi putih dengan toping sayuran berupa taoge yang dilayukan dengan air panas, potongan ketimun, potongan tahu dan tempe goreng serta potongan daun kucai yang disiram dengan kuah kecap.Mi koclok bagi teman-teman saya terasa unik karena jarang ditemukan. Mie rebus dengan kuah kental bersantan dengan taburan irisan daging ayam, telur ayam, potongan kol dan daun bawang. Dimakan saat masih panas terasa sedapnya.Tahu gejrot selalu menjadi makanan yang dicari saat berlibur ke Cirebon. Potongan tahu goreng dengan kuah kecap yang dicampur dengan ulekan kasar bawang merah dan cabe rawit hijau menjadi makanan penutup siang hari ini.Pekampungan pengrajin batik di Trusmi saat kami datang tidaklah terlalu ramai. Mungkin karena bukan musim liburan. Hal ini justru membuat kami leluasa untuk memilih kain-kain batik yang menurut saya, semuanya terlihat cantik sehingga bingung untuk memilihnya. Rasanya waktu berputar cepat saat berada di Trusmi, tak terasa beberapa toko batik sudah kami datangi dan beberapa helai kain batik sudah berpindah tangan dari penjual ke kami. Akhirnya perburuan kain batik pun harus dihentikan karena hari sudah menjelang sore dan itu waktunya kami harus kembali ke Jakarta.Sebelum kembali ke Jakarta, kembali kami mampir untuk makan sore. Menu kali ini adalah nasi jamblang yang beruntung dapat kami temukan pada sore hari. Nasi hangat yang dibungkus dengan daun jati dengan pilihan aneka lauk sebut saja ada semur tahu, sate kerang, pepes jamur, potongan ikan asin goreng, tahu dan tempe goreng dan lain sebaginya, Tentu saja primadonanya adalah sambal cabe merah yang diiris halus dan blakutak, cumi-cumi yang dimasak dengan tintanya.Sebagai oleh-oleh, kami membeli tape ketan yang dibungkus daun jambu. Tape ini dijual dalam wadah berupa ember berwarna hitam dengan berbagai ukuran. Cocok dimakan setelah didinginkan di dalam lemari pendingin. Tape ini dibuat dari beras ketas yang sudah ditanak dan diberi ragi dalam proses fermentasi. Setelah diinapkan dalam wadah tertutup selama beberapa hari, nasi ketan berubah menjadi lunak dan berair dengan rasa yang manis dan siap untuk disajikan. Kalau pada saat berangkat kami menggunakan kereta ekonomi, maka saat pulang kembali ke Jakarta kami menggunakan kereta bisnis yang berangkatnya dari stasiun Cirebon atau yang lebih dikenal dengan sebut stasiun Kejaksan.Tiket kereta untuk berangkat ke Cirebon dan kembali ke Jakarta kami pesan melalui aplikasi Pegipegi karena prosesnya yang mudah dan bisa sekalian memilih tempat duduk. Untuk menghindari kehabisan tiket, kami langsung membeli tiket untuk berangkat dan pulang.Tentunya masih banyak destinasi wisata di Indonesia yang harus dikunjungi termasuk dengan kuliner tradisionalnya yang patut untuk dicicipi. Dengan aplikasi dari pegipegi.com akan sangat memudahkan untuk mengeksplor keindahan Indonesia dan merasakan kekayaan kuliner Indonesia.#Pegipegiyuk #JelajahiIndonesiamu @pegi_pegi












































Komentar Terbanyak
Koster: Wisatawan Domestik ke Bali Turun gegara Penerbangan Sedikit
Ditonjok Preman Pantai Santolo, Emak-emak di Garut Babak Belur
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina