Ada Danau Purba di Bandung?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ada Danau Purba di Bandung?

Hardiyansah Eko N - detikTravel
Sabtu, 25 Agu 2018 13:42 WIB
loading...
Hardiyansah Eko N
Pipa besar yang harus dilalui sebelum ke Sanghyang Heleut
Jalan setapak melewati kebun pisang
Perjalanan ke Sanghyang Heleut mengikuti arah sungai
Sanghyang Heleut dengan air terjun kecil
Pipa besar yang harus dilalui sebelum masuk ke kawasan Sanghyang Heleut
Ada Danau Purba di Bandung?
Ada Danau Purba di Bandung?
Ada Danau Purba di Bandung?
Ada Danau Purba di Bandung?
Ada Danau Purba di Bandung?
Jakarta - Akhir pekan memang paling pas untuk dihabiskan untuk liburan seru bareng sahabat! Di Bandung Barat katanya ada sebuah danau purba cantik yang tersembunyi...Pada pagi hari yang sejuk saya sudah memanaskan mesin motor saya. Waktu itu saya dan teman-teman akan mengunjungi Sanghyang Heleut sebuah telaga dengan pemandangan indah di kabupaten Bandung Barat. Di kawasan tersebut ada dua tempat lagi yaitu Sanghyang Poek dan Sanghyang Tikoro yang menurut para ahli merupakan sisa-sisa keberadaan danau purba di Bandung. Setelah perbekalan sudah siap kemudian saya bergegas pergi ke tempat kumpul. Jalanan masih sepi sehingga perjalanan cukup lancar dan cepat sampai. Setelah teman-teman yang ditunggu sudah tiba, kami semua segera menuju Sanghyang Heleut. Perjalanan dimulai dari Bandung. Jarak yang kami tempuh ke Sanghyang Heleut sekitar 53 km. Cuaca waktu itu cukup panas dan lalu lintas padat sehingga membuat saya kesulitan mengikuti rombongan. Sesampainya di Padalarang, jalanan macet parah dan panjang hingga ke Citatah. Ketika memasuki kawasan pertambangan kami pun harus berhati-hati karena banyak truk pengangkut batu kapur dan marmer yang berlalu lalang bahkan ada truk flatbed pembawa bongkahan batu besar sekali dengan berat sekitar 10-20 ton tanpa pengaman apa pun berada di sebelah kami, sungguh keadaan yang mendebarkan. Tidak lama kemudian kami keluar dari zona macet, dan tiba di pertigaan PLTA Saguling. Dari situ kami harus memacu kendaraan lagi sejauh 5 km ke tempat parkir dekat gardu listrik. Perjalanan menuju tempat parkir tidak terlalu melelahkan walaupun naik turun dan berliku-liku, karena disuguhkan pemandangan indah hutan yang berada di sisi kiri kanan kami. Kemudian setelah berkendara menyusuri jalan tibalah kami di sebuah pertigaan, disana ada petunjuk arah ke Sanghyang Heleut. Kami ikuti petunjuk itu dan berhenti di tempat parkir lalu melepas lelah dengan makan dan minum di warung. Untuk mencapai Sanghyang Heleut kami pun harus berjalan kaki karena jalannya tidak bisa dilalui kendaraan bermotor. Kami menyewa pemandu dengan harga Rp20.000 per orang.Lalu pemandu mengantarkan kami kesana, sebelum memasuki kawasan Sangyang Heleut, kami harus melewati 2 pipa besar berwarna kuning milik PLTA yang belum pernah saya lihat sebelumnya, permukaan tanahnya pun miring mengarah ke bawah, jadi kami pun harus berhati-hati. Di pinggir jalur pipa itu ada tangga untuk keluar dari area tersebut, bagi yang takut ketinggian tangga itu cukup menakutkan. Keluar dari pipa itu kami pun turun menyusuri jalan setapak melewati perkebunan, di jalan setapak itu ada kebun pisang juga yang cukup indah untuk difoto. Bukan hanya itu kami juga menemukan kios kosong untuk beristirahan sejenak. Setelah itu kami lanjutkan perjalanan sampai menemukan sungan dengan batu-batunya yang besar, kami pun harus menyebrang dari batu ke batu yang lain. Nah, tidak jauh dari sungai ada sebuah warung yang akhirnya dapat membuat kami melepas dahaga setelah cukup lama berjalan walaupun turun. Setelah istirahan beberapa menit kami pun melanjutkan perjalanan. Kali ini jalan cukup rata, tapi medannya cukup sulit. Kami mulai menyusuri hutan dan mengikuti arah sungai, semakin dekat keΓ‚ Sanghyang Heleut jalannya semakin kasar , becek , dan berbatu, banyak tangga dan jembatan terbuat dari pohon tumbang. Akhirnya setelah melewati jalan berbatu kami pun tiba di telaga yang indah sekali, airnya bersih dan kehijauan serta dikelilingi bebatuan yang tak kalah indah, membuat kami tergoda untuk memotretnya. Di sana banyak orang tapi tidak terlalu ramai juga, mereka berenang dan loncat dari tebing untuk merasakan segarnya air di Sanghyang Heleut. Rasa lelah yang kami lalui kami lampiaskan dengan berenang, tidak sedikit pula teman saya yang loncat dari tebing untuk memacu adrenalinnya. Bagi yang tidak bisa berenang dapat menyewa baju pelampung seharga Rp10.000. Susunan bebatuan yang mengelilingi area telaga beserta air terjun kecil di ujungnya tidak saya lewatkan untuk dipotret, ada pula seorang teman yang menggambar keindahan suasana di Sanghyang Heleut. Perlu diketahui pada saat saya kesana ada area yang dikelilingi garis pembatas, karena di area itu suka ada batu yang berjatuhan bahkan salah satu teman kami hampir terkena batu yang jatuh. Diharapkan kawan-kawan yang ingin berkunjung mematuhi peraturan yang ada disana dan menjaga kebersihannya. Setelah hari semakin sore kami pun memutuskan pulang dan tidak lupa berfoto bersama. Selama perjalanan pulang menuju tempat parkir, kami harus menanjak dan harus melwati pipa besar lagi. Rasa lelah yang didera akhirnya kami memutuskan untuk istirahan sejenak di area pipa besar tadi, saya pun tiduran sambil meluruskan kaki. Ya perjalanan kali ini memang terasa luar biasa, ketika sedang panas-panasnya malah terjebak macet di jalan setelah itu kami pun harus berjalan selama 1 setengah jam menuju Sanghyang Heleut, tapi rasa lelah itu semua terbayar oleh pemandangan menakjubkan yang diberikan alam.
Hide Ads