Dubai, dari Padang Pasir menjadi Padang Besi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dubai, dari Padang Pasir menjadi Padang Besi

Jurnalis Jh - detikTravel
Jumat, 19 Jan 2018 11:28 WIB
loading...
Jurnalis Jh
Burj Al Arab
Gurun Pasir yang akan berubah
Padang Besi
Tampilan dari Pesawat
Dubai Creek
Dubai, dari Padang Pasir menjadi Padang Besi
Dubai, dari Padang Pasir menjadi Padang Besi
Dubai, dari Padang Pasir menjadi Padang Besi
Dubai, dari Padang Pasir menjadi Padang Besi
Dubai, dari Padang Pasir menjadi Padang Besi
Jakarta - Zaman sekarang, tidak ada yang tidak mengenal Dubai, kota metropolitan yang memiliki banyak fantasi dalam berbagai kemajuan, terutama di bidang infrastruktur perkotaannya. Dubai, bersama Doha di Qatar menjadi lumbung baru perekonomian Timur Tengah. Daerah yang dulunya tandus menjadi tendensius, dulu dipenuhi padang pasir kini rapi bagaikan padang besi, dahulu berbaris para unta, kini berjajar mobil Ferrari. Dubai menjelma dalam hitungan dasawarsa, perpaduan uang melimpah dan pemimpin yang cerdas dan amanah.Dubai adalah kota besar di Uni Emirat Arab, bersama Abu Dhabi sebagai Ibukota negara dan 5 emirat lainnya membentuk sebua negara monarki konstitutional, maksudnya; masing-masing emirat punya penguasa (monarki), namun secara administratif dipegang oleh salah seorang penguasa diantaranya(konstitutional), yakni Emir Abu Dhabi, Syech Khalifa.Kunjungan saya ke Dubai kali ini diawali oleh perjalanan Qatar Airways yang singgah di Doha untuk menurunkan penumpang di Hamad International Airport. Dengan sigap, petugas Qatar Airways menunjukkan kami jalan untuk langsung berpindah pesawat ke Qatar Airways lainnya menuju Dubai.Dubai punya 2 bandara, saya landing di Bandara yang kecil, namun tidak lebih kecil dari Bandara Soekarno Hatta. Bandara terbesarnya adalah bandara Al Maktoum disebelah timur Dubai. Seperti cerita banyak teman yang saya dengar, Dubai memang menyambut tamunya dengan sangat ramah, namun berbayar, hehe. Ratusan galeri brand terkenal disajikan dengan indah sepanjang lorong bandara, bila tidak tahan nafsu belanja, niscaya mengalir ribuan Dirham ke Dubai.Pemerintah Dubai memang gila-gilaan memanjakan wisatawan, karena sektor inilah yang memajukan kota Dubai, bukan dari sektor MIGAS, yang hanya berkontribusi 6% dari pemasukan Dubai. Penguasa Dubai, Syech Muhammad Al Maktoum memberikan keleluasaan kepada orang asing untuk datang dan memiliki aset di Dubai, namun dengan harga yang fantastis.Berdiri secara resmi tahun 1979, Dubai adalah padang tandus yang kering di masa lalu, tempat para nelayan mutiara bekerja dan berada dalam kekuasaan keluarga Al Maktoum sejak tahun 1833. Sebelum dikuasai oleh Inggris Raya, Dubai lebih dahulu diperebutkan oleh Persia dan Ottoman, tidak lain karena permata dan mutiara yang terkandung di lautnya.Kini, dari 2 juta penduduknya, lebih 80 % merupakan warga asing yang mencari pekerjaan dan gaji yang besar di kota yang memiliki rata-rata suhu hingga 50 derajat celcius ini. Dari telusur di Metro Dubai (rangkaian kereta listrik terpanjang di Dunia) ini saya dengan mudah mendapati orang berpostur dan berbicara bahasa India (termasuk didalamnya Bangladesh dan Pakistan) juga Tagalog, Filipina.Bang Ikram, pemuda Calang yang tinggal di Dubai dan menemani saya selama di Dubai menceritakan, imigran dari 2 daerah tersebut memang dengan mudah mendapatkan kerja di Dubai, karena kemampuan bahasa Inggris yang baik dari negara asalnya. Jadi walaupun mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga, di waktu istirahat mereka bisa mengajarkan english kepada anak majikannya, juga mereka bisa dengan mudah berkomunikasi, sehingga disukai majikan orang kaya di Dubai, sementara itu sangat sedikit warga negara Indonesia yang bisa menggunakan english di Dubai, kecuali dari level pendidikan menengah ke atas.Lalu, apa yang membuat Dubai bisa maju pesat seperti sekarang?Penguasa Dubai mengizinkan warga asing menguasai properti di Dubai seperti yang kita kenal dengan Burj Al Arab (hotel bintang 7 tertinggi di dunia), Burj Al Khalifa (Gedung tertinggi di dunia, 818 meter), Dubai Mall (Mall terbesar didunia), Palm Island (pulau buatan terbesar di dunia) dan ratusan menara pencakar langit yang berdiri atas investasi asing dan membayar sewa lahan ke pemerintah Dubai.Pembangunan dan pemasukan dari real estate ini membawa Dubai menjadi surga pencari kerja dan investor yang ikut serta dalam berbagai event olahraga dan hiburan dunia. Gemerlap Dubai tidak hanya memikat para pengusaha, tapi juga dari kalangan artis untuk memiliki properti dan bekerja di Dubai.Saya sempat diajak oleh Bang Ikram ke Hotel Atlantis di Palm Jumeirah, salahsatu kamarnya berada di puncak dan pernah disinggahi oleh aktor kenamaan dunia, Shahru Khan yang menyewa kamar senilai Rp 400 juta semalam selama 4 malam.Kepada investor yang ingin berinvestasi di Dubai, penguasa Dubai memberikan kontrak 99 tahun untuk berbisnis di Dubai, hampir rerata properti mewah di Dubai dimiliki oleh warga asing dengan fasilitas super seperti pantai pribadi, kapal pribadi hingga pulau pribadi.Kota yang hanya disinggahi rintikan hujan kurang dari 10 kali setahun ini dulunya tandus, kini gemerlap dengan lampu gedung bertingkat di malam hari, hilir mudik mobil Ferrari, Lamborgini, Hammer adalah hal yang biasa di Dubai, karena memang harga belinya murah disini.Penguasa Dubai memiliki sebuah visi membangun Dubai yang sangat saya kagumi: "Apa yang saya impikan kemarin untuk Dubai, harus bisa saya implementasikan hari ini untuk bisa dinikmati oleh warga Dubai di esok hari".Dubai adalah perpaduan uang melimpah dan pemimpin yang amanah. Walaupun kaya raya, Penguasa Dubai selalu menasehati warganya untuk hidup sederhana, kekayaan yang dimiliki Dubai adalah semata-mata untuk kebutuhan bisnis dan kepentingan sosial warga Dubai yang dapat memiliki fasilitas pendidikan, kesehatan dan kebutuhan sosial lainnya gratis hingga akhir hayatnya.
Hide Ads