Sst, Ini Pantai yang Masih Perawan di Bali

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sst, Ini Pantai yang Masih Perawan di Bali

Fakhri Dhiaulhaq - detikTravel
Senin, 12 Feb 2018 11:40 WIB
loading...
Fakhri Dhiaulhaq
Pantai Nyang-nyang membentang
Traveler harus turun dulu menuju Pantai Nyang-nyang
Akses Menuju Pantai Nyangnyang
Batu berbentuk wajah
Jalan yang masih tanah
Sst, Ini Pantai yang Masih Perawan di Bali
Sst, Ini Pantai yang Masih Perawan di Bali
Sst, Ini Pantai yang Masih Perawan di Bali
Sst, Ini Pantai yang Masih Perawan di Bali
Sst, Ini Pantai yang Masih Perawan di Bali
Jakarta - Di antara sekian banyak pantai di Bali, masih ada saja yang belum banyak terjamah oleh tangan manusia. Salah satunya adalah Pantai Nyang-nyang.Tepat pada hari ini, adalah hari yang kami tunggu. Seperti biasa, agenda liburan wajib setiap tahunnya kami mendatangi tempat-tempat yang anti mainstream. Bali adalah tempat tujuannya.Β Pagi itu kami bangun lebih awal untuk memastikan tidak telat datang ke Bandara Husein Sastra Negara. Tiket yang saya dapatkan adalah tiket promo salah satu mskapai yang sedang mengadakan promo, lumayan dapat diskon hampir 50% dari harga tiket biasa.Mengapa Bali, bukannya tempat itu sudah mainstream? Begini, ada puluhan (bahkan ratusan) pantai yang berada di bali yang sebagiannya hampir jarang terjamah oleh wisatawan-wisatawan. Berbekal keyakinan itu, kami terbang ke bali dengan penuh semangat.Dua jam di dalam pesawat cukup membuat saya bosan karena otomatis ponsel saya dalam keadaan airplane mode, ya tidak ada hiburan. Mau tidak mau kami menghibur diri dengan membaca salah satu majalah traveling yang disediakan maskapai tepat di belakang kursi yang menghadap kami.Di antara tulisan pantai yang bergaya arial bold tersebut, terselip satu nama pantai yang asing didengar, tulisan nya kecil, yaitu Pantai Nyangnyang.Penasaran dengan nama pantai unik itu, setelah landing di Bandara Internasional I Gusti Ngurah rai, kami langsung mencari tahu nama tempat tersebut melalui mesin pencari di ponsel.Β Sambil menunggu bagasi kami turun dari pesawat, baterai ponsel yang hampir habis saya paksa untuk mencari-cari tahu Pantai Nyangnyang.Setelah saya melihat dari gambar-gambar di internet,foto-foto nya membuat kami penasaran. Sangat keren! Kemudian ada salah satu artikel yang membahas pantai tersebut, lengkap dengan rute dan ulasan menuju Pantai Nyangnyang.Dalam artikel disebutkan bahwa jalan menuju pantai Nyangnyang masih cukup sulit dilalui, itu karena Pantai yang terdapat di daerah Uluwatu tersebut masih bisa dibilang perawan.Β Singkat membaca ulasan dari artikel tersebut, kami positif akan langsung berangkat menuju Pantai Nyangnyang setelah taruh barang di hotel nanti.Hotel yang kami tempati berjarak 10 KM dari Bandara ke arah utara, berada di Jalan Sunset Road. Memang cukup jauh, tapi terbayar dengan suasana hotel yang bagus, mempunyai kolam renang di rooftop nya, serta harga yang murah. Itu yang paling penting.Rute menuju pantai Nyangnyang sebenarnya tidak terlalu sulit, jika kalian mencarinya memakai google maps, kalian akan dibawa ke rute yang sama dengan arah Pura Uluwatu. Ya, akses masuk ke Pantai Nyangnyang memang hanya berjarak kurang lebih 3KM dari Pura Uluwatu.Jam menunjukan pukul 10.15 WITA, Menggunakan sepeda motor kami menuju selatan Bali melalui jalan Sunset Road mengarah ke bundaran Toll Bali Mandara-Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Dari situ terus lurus mengarah ke selatan di mana kalian bisa mengikuti petunjuk ke arah Pecatu Uluwatu.Β Saat itu Kondisi jalanan di dekat bundaran toll Bali Mandara sedang tidak bagus karena sedang ada proyek pembuatan underpass, semoga untuk kalian yang nanti akan mengunjungi Bali proyek nya sudah selesai ya guys!Medan jalanan sepanjang jalan By Pass sampai dengan jalan Raya Uluwatu sangat bagus, terlebih kami yang menggunakan sepeda motor tidak merasa kesulitan saat berkendara.Di sepanjang jalan Raya Uluwatu kalian bisa melihat pembangunan Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) dari kejauhan, hal itu sontak membuat kami kagum dengan kemegahannya. Cukup menghibur kebosanan kami di atas motor yang kami sewa untuk 4 hari kedepan.Tepat 3-4 KM sebelum Pura Luhur Uluwatu, kami mulai sedikit kesulitan menemukan tanda arah jalan menuju Pantai Nyangnyang, harus benar-benar teliti jika tidak ingin seperti kami yang 3 kali berputar arah untuk kembali melihat tanda arah jalan menuju Pantai Nyangnyang.Β Tanda Arah Jalan bertuliskan 'Nyangnyang Beach yang terbuat dari papan kayu dengan cat biru sudah kabur akhirnya kami temukan. Jalan kecil berbentang sekita 4 meter yang tidak terlalu meyakinkan kami berhasil mengelabui kami yang sudah memutar arah 3x di Jalan Raya Uluwatu.Jalan kecil bernama Jalan Batu Nunggalan ini kami lalui. Jalan bertekstur aspal keras kering, di samping kiri dan kanan jarang sekali ada rumah-rumah warga.Sesekali kami temukan arah penanda yang menunjukan bahwa jalan yang kami lalui mengarah ke Pantai Nyangnyang. Kurang lebih 1,5 KM kami lalui dengan rasa semakin penasaran kami melihat suatu vila di ujung jalan.Ya, Pantai Nyangnyang yang pada saat kami datangi ini memang belum di kelola oleh pihak-pihak swasta profesional maupun pihak pariwisata pemerintahan setempat.Di jalan buntu yang mengarah ke Villa megah bernama Plenilunio Villa & Villa Polymar hanya ada tulisan 'Parking for Motorcycle here' tepat di samping villa yang bersebelahan dengan rumah sederhana penduduk.Sepeda motor pun kami parkirkan di tempat yang sudah disediakan. Tempat parkir yang menyatu dengan lahan kebun milik warga setempat, ditumbuhi banyak pepohonan rindang membuat sepeda motor kami terlindung dari paparan sinar matahari yang cukup Menyengat, mengingat jam menunjukan pukul 11.30 waktu setempat.Benar-benar sepi, jarang ada orang, bahkan di Villa Plenilunio dan Villa Solymar pun seperti tidak ada aktifitas sama sekali. Hanya ada beberapa patung cantik khas bali dengan pintu kayu megah villa tersebut yang membuat area parkir menjadi tidak membosankan.Β Melihat ke arah selatan dari tempat kami berdiri ada satu jalan kecil yang belum sama sekali di aspal. Terdapat sepetak sawah kecil di sampingnya, berdiri sebuah papan petunjuk 'Beach' mengarah ke jalan kecil dengan lebar kurang dari 1 meter, beralaskan tanah becek yang harus kami lalui.Ya, apa yang diceritakan di artikel yang saya baca di bandara benar-benar kami alami. Kami harus melalui jalanan sepi, kecil, dan tidak meyakinkan.Β Untungnya kami bepergian selalu memakai sendal outdoor untuk mengantisipasi medan yang acak yang harus dilalui dengan berjalan kaki.Jalanan setapak sepanjang kurang lebih 30 meter kami lalui dengan rasa penasaran yang semakin tinggi, yang akhirnya tiba-tiba kami sampai di ujung tebing yang sangat tinggi dengan pemandangan air laut membentang luas bulat dari ujung barat ke ujung timur. Sangat indah!Β Kami pun tidak percaya sedang berada di ketinggian 100-150 meter dari permukaan laut. Tidak ada yang bisa kami ungkapkan selain sangat, sangat, sangat indah!Β Hampir 15 menit kami habiskan di tempat kami berdiri melakukan hal-hal yang tidak produktif. Kami sangat menikmati indahnya apa yang ada di depan mata kami. Sampai salah satu kawan saya bilang 'hey, mau ke bawah ga nih? masa mau berdiri di sini aja!"Kami pun bergegas menuju jalan setapak dengan rangkaian batu alam yang sempit yang berada di samping kiri tempat kami berdiri dan berteduh di salah satu tenda warung kosong.Β Batu-batu yang terbentuk secara alami menjadi tangga bagi kaki kami yang bernafsu untuk turun ke bawah, dengan sedikit licin yang mungkin dikarenakan semalam daerah sini diguyur hujan, terlihat terdapat tanah-tanah basah menghiasi batu keras.Jika kalian pernah mendatangi pantai Green Bowl di selatan Bali (lokasinya tidak jauh dari Pantai Pandawa) yang terdapat ratusan anak tangga yang harus dilalui, Pantai Nyang-nyang jauh lebih ekstrim!Β Tidak ada tangga beton buatan, hanya ada tanah alam yang dibentuk sedemikian rupa agar kaki bisa berpijak dengan batu alam tadi yang saya ceritakan dengan daun dan batang tanaman liar sebagai pegangan tangan.Sambil berjalan turun ke bawah kami cukup kaget berpapasan dengan 2 orang wisatawan asing yang mengarah berlawanan menuju ke atas jalan pulang.Melihat raut wajah mereka yang memerah dengan keringat di sekujur tubuhnya membuat salah satu teman kami mengerenyutkan dahinya. 'Bro, lihat bule itu, gila kebayang jauhnya sampai bawah!" Sontak kami pun tertawa dengan sedikit tertantang untuk terus berjalan sampai bibir pantai.Sesekali kami berhenti setiap menemukan bagian tanah yang datar untuk mengambil foto dan sekedar istirahat meminum air mineral. Sekitar 15 menit lamanya kami turun.Kami menemukan suatu tempat istirahat yang lebih baik dan luas, tanah datar yang ada tenda warung di atasnya. Kami duga memang sempat ada warung yang buka di sini untuk tempat istirahat para turis.Setengah jalan kami lalui, kami masih menikmati duduk di kursi kayu dibawah tenda warung tua memandang luas Pantai Nyang-Nyang yang benar-benar sepi dan luas sekali, cocok bagi mereka yang sudah bosan dengan pantai itu-itu saja di Bali. Cocok bagi wisatawan yang anti keramaian.Kami menghabiskan waktu hampir 30 menit di tenda warung tua tersebut, sambil bercengkrama, menikmati pemandangan sangat indah, sampai-sampai entah dari mana datangnya langit tiba-tiba gelap, menandakan hujan akan turun.Kami sedikit kecewa karena sebelumnya panas terik mengiringi perjalanan sampai Pantai Nyang-nyang, dan memang saat itu situasi Cuaca di Bali bagian Selatan sedang sulit di prediksi.Β Dengan berbagai pertimbangan dan demi keselamatan bersama, dengan berat hati kami tidak melanjutkan turun ke bawah mencapai bibir pantai.Β Gerimis kecil disertai sinar matahari yang mulai meredup seolah memaksa kami untuk naik kembali ke lokasi di mana sepeda motor kami parkir. Di Kemudian hari kami berjanji untuk datang kembali membayar hutang, ya, turun ke bawah Pantai Nyangnyang.
Hide Ads